Ibu, Malaikat Tak Bersayap Utusan Tuhan

Rofifah Hanna Luthfiah
Mahasiswa Jurnalistik Politeknik Negeri Jakarta
Konten dari Pengguna
9 Juli 2021 17:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rofifah Hanna Luthfiah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
(Ilustrasi Ibu dan anak. Sumber: Pinterest)
zoom-in-whitePerbesar
(Ilustrasi Ibu dan anak. Sumber: Pinterest)
ADVERTISEMENT
Jika diibaratkan, sosok Ibu ialah malaikat tak bersayap yang diturunkan Tuhan ke dunia. Menjadi seorang Ibu bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Mengandung 9 bulan dan mempertaruhkan nyawanya ketika hendak melahirkan. Bagiku, Ibu adalah teman dan sahabat pertama untuk selamanya, serta sebagai rumah untuk pulang. Seseorang yang mengorbankan hidupnya untuk anaknya. Seseorang yang selalu memberikan yang terbaik untuk anaknya.
ADVERTISEMENT
Aku adalah anak perempuan kedua dari dua bersaudara. Aku berjanji pada diriku sendiri untuk menjadi orang sukses agar membuat Ibu bahagia. Suatu saat nanti, aku akan terus membahagiakan Ibu dengan bekerja sekuat tenaga seperti dirinya. Ya, Ibu bekerja sendirian untuk menghidupi keluarganya. Sekitar 15 tahun hidup menjadi single parent membuatku selalu bertanya-tanya, kok bisa ya Ibu menjalaninya tanpa mengeluh?. Kelak nanti, aku akan membalas semua jasa yang telah Ibu berikan, walaupun tentunya itu tak sebanding dengan apa yang telah diberikannya.
Bagiku, sosok Ibu sangatlah berharga. Sosok yang sangat mulia yang diberikan Tuhan untukku. Pahlawan tanpa pamrih untuk anak-anaknya. Ibu adalah seorang guru kehidupan terbaik dari seluruh guru di dunia ini. Seseorang yang tidak pernah meminta balas budi sedikit pun. Kasih sayangnya sangat tulus dalam merawat keluarganya. Dan orang terbaik yang selalu ada untukku.
ADVERTISEMENT
Walau terkadang, Ibu bisa saja menjadi harimau agar anak-anaknya selalu berada di jalan yang benar. Selain itu, Ibu juga sangat tegas terhadap anaknya mengenai masalah pendidikan. Menurutnya pendidikan itu sangat amat penting untuk masa depan. Semua anaknya harus menjadi orang yang berpendidikan agar orang-orang tidak bisa menganggap remeh, begitu katanya. Sebab, Ibu belajar dari pengalaman hidupnya yang hanya mampu mengenyam bangku SMA. Ibu juga berharap aku dan kakak laki-lakiku bisa meraih cita-cita yang sesuai dengan apa yang kami inginkan.
Meski Ibu suka marah terhadap kesalahan kecil, tetapi tidak apa-apa, mungkin Ibu sudah merasa lelah seharian bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Aku hanya bisa diam dan hanya kata maaf yang bisa ku ucapkan. Ibu, terima kasih untuk semuanya, untuk segala yang telah Ibu berikan. Terima kasih karena sudah melahirkanku ke dunia ini, dunia yang kejam dan keras. Terima kasih telah menjaga, merawat serta mendidikku hingga saat ini. Aku berharap semoga Ibu selalu diberikan kesehatan oleh Tuhan hingga bisa melihat aku sukses nantinya.
ADVERTISEMENT
Semua doa dan pengorbanan yang telah Ibu berikan, aku tidak bisa mengganti dan membalasnya. Tetapi aku selalu akan terus berusaha dengan sekuat tenaga untuk menjadi apa yang Ibu harapkan. Akan selalu aku ingat pesan Ibu, “tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, Dek” begitu katanya. Ya… itu adalah Ibuku, wanita terkuat yang pernah aku kenal.
Penulis: Rofifah Hanna Luthfiah
Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta