Bagaimana Menerapkan Pembelajaran Scaffolding?

Rohmatulloh
Bergiat di Komunitas Sekolah Sadar Energi
Konten dari Pengguna
5 April 2021 16:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rohmatulloh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pembelajaran secara bertahap atau scaffolding (freepik)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pembelajaran secara bertahap atau scaffolding (freepik)
ADVERTISEMENT
Apakah masih ingat pada saat pertama kali kita dibimbing belajar naik sepeda oleh orang tua kita? Mudah-mudahan kita semua masih ingat ya. Intinya, orang tua kita mengajari anaknya naik sepeda secara bertahap. Memberikan contoh dimulai dari cara naik sepeda, menggowes sepeda dengan bantuan roda empat, menanggalkan rodanya satu persatu hingga menjadi roda dua, dan akhirnya anak lancar mengendarai sepeda.
ADVERTISEMENT
Tetapi, mungkin ada juga yang mengajari naik sepeda dengan menaikkannya di atas sepeda dan langsung mendorongnya. Mana yang lebih efektif? Tergantung masing-masing kita menilainya. Tetapi, menurut penulis bahwa cara yang paling efektif dilakukan secara bertahap sesuai dengan perkembangan dan pengalaman anak. Ini yang disebut dengan pendekatan pembelajaran scaffolding yang ilustrasinya seperti naik tangga secara bertahap hingga mencapai puncaknya.
Apa sebenarnya scaffolding? Istilah scaffolding ternyata lebih dikenal atau populer oleh kebanyakan orang dalam bidang konstruksi sebagai alat yang digunakan sebagai penyangga sementara sebuah bangunan. Dalam konteks pembelajaran, istilah scaffolding merupakan salah satu bentuk pendekatan yang digunakan pendidik atau fasilitator dalam membimbing dan memberikan dukungan kepada peserta didik atau pelatihan dalam belajar yang secara bertahap dan menguranginya apabila sudah mampu atau menguasai materi pelajaran tersebut.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, pembelajaran scaffolding tidak berorientasi pada hasil akhir atau output, tetapi lebih kepada prosesnya. Materi apa pun dapat dilakukan menggunakan pembelajaran secara scaffolding, sekalipun penyelenggaraannya dilakukan secara e-learning. Dalam pembelajaran menulis secara e-learning misalnya, scaffolding tentunya dapat diterapkan seperti yang dilakukan Li (2017) dalam artikelnya yang membahas penulisan bahasa asing menggunakan pembelajaran platform online.
Secara praktis, pendekatan ini digunakan penulis dalam pembelajaran menulis artikel ilmiah dan populer dan terbukti efektif. Tentunya, dalam pembelajarannya seperti ilustrasi belajar naik sepeda pada awal tulisan ini. Peserta tidak langsung diberikan latihan untuk membuat sebuah tulisan yang langsung jadi atau melihat hasil akhirnya. Latihan menulis dibagi atau dipecah ke dalam beberapa tahapan proses yang kecil dan mudah dipahami. Dalam istilah lain, pendekatan ini disebut dengan jenis task scaffolding.
ADVERTISEMENT
Misalnya, pada tahap awal diberikan pesan instruksional kepada peserta pelatihan dengan mengidentifikasi topik yang akan ditulisnya. Setelah ini diberikan masukan umpan balik, selanjutnya dilanjutkan dengan bagaimana membuat pernyataan atau klaim yang akan dimajukan serta dengan beberapa pointer kalimat topik sebagai argumen pendukungnya, serta menyajikannya ke dalam sebuah bagan struktur tulisan.
Berikutnya, tugas membuat narasi singkat yang diawali dengan membuat satu paragraf pendahuluan dan simpulan. Kedua bagian ini menjadi penting karena kualitas sebuah tulisan dapat dilihat dari gerbang pembuka dan penutup sebuah tulisan. Jika ini sudah berhasil maka pesan instruksional selanjutnya dengan menarasikan paragraf-paragraf argumen pendukungnya sehingga menjadi satu kasatuan sebuah tulisan yang utuh.
Banyak lagi pembelajaran berbasis proyek lainnya yang dapat dilalukan secara scaffolding, sekalipun penyampaian materinya dilakukan secara e-learning. Dengan demikian, pembelajaran pada masa adaptasi kebiasaan baru ini walaupun materinya berat tetapi tidak menjadi kendala dalam menyampaikannya kepada peserta belajar dengan menggunakan strategi scaffolding. Wallahua’lam.
ADVERTISEMENT