Bagaimana Menerapkan Pendidkan Bermakna di Rumah?

Rohmatulloh
Bergiat di Komunitas Sekolah Sadar Energi
Konten dari Pengguna
4 Mei 2020 23:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rohmatulloh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Semua orangtua tanpa kecuali sekarang merasakan menjadi guru yang sebenarnya (real teacher) bagi anaknya di rumah. Rumah adalah sekolah atau madrasah yang sesungguhnya sebagaimana fungsinya sebagai tempat pendidikan awal bagi anak sebelum ke sekolah formal. Namun, tantangannya adalah, bagaimana seharusnya menjadi pendidik di rumah? agar dapat menanamkan pendidikan yang bermakna. Karena belum banyak yang paham terhadap makna pendidikan yang sesungguhnya ini.
ADVERTISEMENT
Banyak orangtua memahami pendidikan hanya sebatas pada pencapaian intelektual yang bersifat kognitif sebagai ukuran kesuksesan jika anaknya telah mencapai derajat tersebut. Oleh karena itu, ini menjadi tugas bagi para pelaku pendidikan untuk mengedukasi orangtua tentang pemahaman pendidikan yang sesuai fitrahnya dan bagaimana contoh praktek menanamkan nilai karaker di rumah secara sederhana tetapi mampu menangkap esensinya.
Nah, disini pendidikan yang bermakna yang berbasis pada penanaman karakter menemukan momentumnya seiring dengan himbauan pemerintah agar pembelajaran jarak jauh sekolah (distance learning) pada masa Covid-19. Memang, kalau bicara pendidikan yang sesungguhnya maka tidak lain adalah tujuannya bukan hanya sebatas mencapai tujuan pemahaman atau pengetahuan semata, tetapi lebih dari itu, yakni mencapai tujuan sikap dan perilaku.
ADVERTISEMENT
Kalau meninjau proses perjalanan pendidikan berbasis karakter di Indonesia, ini bukan sesuatu yang baru. Misalnya salah satu tokoh pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara telah mewariskan pemikiran atau filosofinya dalam pendidikan karakter, yakni keterkaitan antara olah hati (etika), olah pikir (literasi), olah karsa (estetika), dan olah raga (kinestetika).
Filosofi ini yang kemudian dikembangkan menjadi nilia-nilai karakter atau akhlak pada program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Kelima nilai karakter yang dikristalisasi menjadi lima nilai utama, yaitu religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas. Nilai karakter universal ini tentunya sebagai milik kita yang khas. Setiap negara juga punya nilai karakter yang khas juga, misalnya Amerika Serikat mengembangkan nilai karakternya dengan sebutan Character Count! yang meliputi pilarnya adalah nilai trustworthiness, respect, responsibility, fairness, caring, dan citizenship.
ADVERTISEMENT
Dalam kondisi mewabahnya Covid-19 sekarang ini, orangtua sejatinya menanamkan nilai utama karakter ini melalui berbagai kegiatan belajar yang diintegrasikan dengan kegiatan ibadah dan kegiatan keseharian lainnya. Secara sederhananya dalam menginternalisasikan nilai tersebut, yaitu:
Pertama, nilai karakter religius bertujuan untuk membimbing anak agar dapat meningkatkan keimanannya pada Allah Swt. Aktifitas yang dapat dikaitkan seperti mengajak untuk melaksanakan ibadah sholat dan mengaji berjamaah di rumah dikaitkan dengan kejadian saat ini yang harus selalu berdo’a agar wabah Covid-19 ini dapat segera berakhir, menerapkan hidup bersih dan selalu cuci tangan yang merupakan ajaran agama, mencintai lingkungan dengan mengajak anak untuk memakai masker, menyiram dan merawat tanaman, dan mematikan lampu jika sudah tidak digunakan atau hemat energi.
ADVERTISEMENT
Kedua, nilai karakter nasionalis untuk membimbing anak memiliki rasa kesetiaan terhadap bangsa dan negara seperti memberikan pemahaman untuk selalu tetap di rumah untuk mencegah meluasnya penularan virus Covid-19 di masyarakat, menghemat penggunaan listrik karena sumber energinya terbatas, dan lainnya.
Ketiga, nilai karakter mandiri membimbing anak untuk mewujudkan cita-cita dengan tenaga dan pikirannya seperti sungguh-sungguh dalam menyelesaikan semua tugas dan kegiatan yang dilakukan selama di rumah.
Keempat, nilai karakter gotong royong membimbing anak untuk melakukan kolaborasi atau kerjasama dengan sesama anggota keluarga dalam menyelesaikan semua tugas pelajarannya dan pekerjaan rumah tangga.
Terakhir, nilai karakter integritas membimbing anak agar menjadi pribadi yang dapat dipercaya. Bentuk konkritnya dengan memberikan tangung jawab menyelesaikan tugas atau pekerjaannya dan memberikan kesempatan untuk melakukannya hingga selesai.
ADVERTISEMENT
Bentuk sederhana penanaman nilai karakter ini yang dapat dilakukan orangtua di rumah dari pagi hingga sore. Penanaman nilai universal ini jika dilakukan secara berulang-ulang selama masa pembelajaran jarak jauh ini, insya Allah dapat membekas pada anak. Namun yang paling penting bahwa dalam penerapan pendidikan berbasis karakter harus disertai dengan peneladanan dari semua anggota keluarga.
Walaupun kelihatannya sederhana tetapi tidak mudah melakukannya. Apalagi di rumah anak memiliki akses yang mudah terhadap peralatan listrik dan elektronik seperti gawai (smartphone) yang selalu digandrungi anak generasi milenial. Berbeda dengan di sekolah yang ada aturan sekolah tidak mengijinkan menggunakannya selama waktu pembelajaran. Wallahua’lam.