New Normal dan Pembelajaran Menyenangkan

Rohmatulloh
Bergiat di Komunitas Sekolah Sadar Energi
Konten dari Pengguna
31 Mei 2020 14:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rohmatulloh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Terminologi kenormalan baru (new normal) menjadi populer pada saat ini. Kenyataannya memang masyarakat akan menyongsong era kenormalan baru dengan sikap dan perilaku yang patuh menjalankan protokol kesehatan di tengah berbagai ikhtiar para ilmuwan untuk mencari solusi menemukan vaksin virus corona ini. Oleh karena itu, semua bidang kehidupan termasuk pendidikan berupaya untuk berikhtiar pula menyiapkan sumber dayanya agar dalam era kenormalan baru ini program pendidikan dan kegiatan pembelajarannya dapat berlangsung dengan baik dan menyenangkan.
ADVERTISEMENT
Memang, pada era ini tidak dapat sepenuhnya program pendididikan melalui kegiatan pembelajarannya akan berlangsung secara normal lagi dengan tatap muka seperti sebelum adanya pandemi atau bahkan masih tetap menunggu untuk belajar di ruang-ruang kelas sekolah atau lembaga pelatihan hingga benar-benar aman dari penyebaran virus. Sehingga, pembelajaran jarak jauh menurut penulis akan tetap eksis terus pada era kenormalan baru dan untuk seterusnya. Apalagi sekarang masyarakat, peserta didik dan pelatihan, serta pendidik atau fasilitator pelatihan sudah memiliki sedikit pengalaman lebih dari dua bulan melakukan pembelajaran jarak jauh di rumah (learning at home) dengan metode daring (e-learning) terlepas dari berbagai kendala dan kekurangan yang dialaminya.
Nah, sekarang pertanyaannya adalah bagaimana bagi para pendidik atau fasilitator pelatihan dapat terus berupaya melakukan perbaikan dalam rangka menyajikan pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik atau pelatihannya?. Dengan demikian, peserta didik atau pelatihan dapat terus memiliki karakter atau akhlak semangat untuk belajar mandiri agar mencapai tujuan pembelajarannya.
ADVERTISEMENT
Untuk memfasilitasi pembelajaran yang tidak menjenuhkan agar peserta dapat selalu memiliki karakter selalu semangat belajar secara mandiri dan berkolaborasi dengan sesama peserta dan pendidik, tentunya memerlukan proses penyiapan yang tidak mudah. Banyak "pekerjaan rumah" atau tantangan yang mesti dijawab dan tentunya berbeda sekali dengan kebiasaan selama ini dalam memfasilitasi pembelajaran secara klasikal tatap muka. Sementara itu, dengan model pembelajaran jarak jauh ini harus melakukan berbagai penyesuaian atau modifikasi.
Ada dua hal penting yang menurut penulis perlu mendapatkan perhatian pendidik agar kegiatan pembelajaran menjadi tidak menjenuhkan. Dan ini merupakan kesenjangan kompetensi yang perlu diisi, meliputi kompetensi dalam mendesain media pembelajaran dan peningkatan dimensi sikap pengajar.
Pertama, masalah keterampilan teknologi mungkin ini yang menjadi kendala bagi pendidik khususnya keterampilan menggunakan perangkat sebagai alat bantu untuk mendesain media pembelajaran yang interaktif. Media memiliki peran penting sebagai alat untuk menyampaikan pesan instruksional dari pendidik ke peserta belajar.
ADVERTISEMENT
Media pembelajaran jarak jauh metode e-learning idealnya diintegrasikan video interaktif (video-based e-learning) yang dapat diatur sendiri oleh peserta sesuai dengan kebutuhan materi yang ingin dipelajarinya sehingga berdampak hasil belajar dan kepuasan peserta. Hasil penelitian ekperimen Zhang, dkk (2006) dalam Instructional video in e-learning: assessing the impact of interactive video on learning effectiveness menemukan bahwa kinerja hasil belajar dan kepuasan peserta didik jauh lebih baik dibanding tiga perlakuan lainnya, yaitu dengan video non interaktif dan tanpa video pada pembelajaran e-learning, serta pembelajaran klasikal.
Kedua, cara atau strategi untuk membangun suasana pelatihan jarak jauh yang dinamis dan cair. Ini sebenarnya yang cukup penting seperti yang disampaikan Mercado (2008) tentang kesiapan implementasi lingkungan e-learning (Readiness assessment tool for an e-learning environment implementation) yang menyinggungnya dalam aspek gaya dan strategi dalam mengajar sebagai salah satu dimensi sikap pengajar.
ADVERTISEMENT
Dalam pembelajaran klasikal, biasanya sebelum masuk ke tahapan inti pembelajaran maka pendidik menggunakan strategi untuk memecah kebekuan dengan kegiatan yang popluler disebut icebreaker. Nah, dalam pembelajaran jarak jauh ini juga semestinya harus dilakukan khususnya pada sesi sinkron kelas daring (online class atau webinar).
Ini penting dan perlu dilakukan dalam rangka membentuk nilai karakter atau akhlak peserta pelatihan agar terus semangat mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran sampai penutup. Bahkan Chlup dan Collins (2010) dalam artikelnya Breaking the ice: using ice-breakers and re-energizers with adult learners menjelaskan penggunaan ice-bereker dan re-energizer dalam belajar orang dewasa yang kemungkinan implementasinya dapat meningkatkan partisipasi, kesungguhan, dan hasil belajar peserta. 
Namun, banyak pendidik termasuk penulis yang ternyata kesulitan bagaimana cara melakukannya dalam kondisi yang tidak saling bertatap muka secara langsung. Tentu ini semua bisa dilakukan dengan kegiatan yang disebutnya dengan virtual icebreaker.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan pendidik yang akan menggunakannya. Sebaiknya melakukan perencanaan terlebih dahulu untuk menentukan keputusan terkait dengan tujuan apa yang ingin dicapai, apakah untuk mendorong kerja kelompok, dan menilai sejauhmana pengetahuan peserta belajar atau pelatihan, atau melibatkan peserta dalam pembelajaran seperti dijelaskan Mansbach (2015) dalam artikelnya pentingnya icebreaker dalam kelas daring (The importance of icebreakers in online classes).
Misalnya, jika tujuannya untuk melibatkan peserta dalam pembelajaran agar minatnya terbangun terhadap topik atau materi pembelajaran, bisa dengan memberikan permainan seperti hujan-hujanan dan menulis satu kata pada pohon harapan di status media sosial yang selanjutnya dibagikan kepada sesama peserta.
Ini sebenarnya kegiatan yang bisa digunakan dalam pembelajaran klasikal. Hanya saja sekarang dilakukan secara virtual. Pada umumnya peserta cukup senang dan terhibur, sehingga minimal sudah dapat memberikan energi ke peserta untuk fokus atau konsentrasi yang baik. Harapannya peserta sudah siap untuk dibawa secara perlahan menuju pintu gerbang topik pembelajaran dengan nilai karakter atau akhlak yang positif penuh semangat.  
ADVERTISEMENT
Banyak lagi contoh kegiatan lainnya seperti dalam buku populer Pike dan Busse, 101 More games for trainers yang tentunya mesti disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuannya. Dalam artikel Chlup dan Collins (2010) juga terdapat berbagai kegiatan yang bisa dimanfaatkan bagi pendidik yang biasa melakukan kegiatan pembelajaran untuk orang dewasa dalam format jarak jauh ini. Beberapa contoh aktifitasnya seperti peserta memposting tulisan kutipan (quote) favoritnya, menulis tiga kata yang menggambarkan keadaan terdahulu, sekarang, dan ke depan, membagikan tema lagu yang mencerminkan hidupnya, mendeskripsikan karakteristik unik yang ada pada dirinya. Selanjutnya peserta merespon postingan yang dibagikan oleh sesama peserta yang saling beresonasi satu sama lainnya. 
Sumber belajar daring lainnya yang menyediakan berbagai contoh ini terdapat dalam laman strategi instruksional pembelajaran daring yang mudah ditemukan. Satu hal yang terpenting bahwa dalam penggunaan aktifitas virtual icebreaker tentunya harus disesuaikan dengan alokasi waktu pembelajaran jarak jauh sehingga tidak berlama-lama yang pada akhirnya peserta jenuh. Akibatnya menjadi kontraproduktif dengan tujuan awal keputusan untuk melakukan virtual icebreaker.
ADVERTISEMENT
Dua tantangan ini sepertinya sederhana tapi dalam implementasinya tidak sesederhana yang dibayangkan, walaupun teorinya mungkin para pendidik sudah paham. Dan ini memerlukan dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak yang konsern untuk peningkatan mutu pendidikan. Semoga. Wallahua’lam.
Penulis adalah mahasiswa S3 Pendidikan Islam UIN Sunan Gunung Djati, Bandung