Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Perjalanan Transformasi Tiongkok Menjadi Pusat Inovasi Global
3 Januari 2025 14:46 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Rolani Sabat D tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Selama beberapa dekade, citra Tiongkok saat itu kerap kali dianggap sebagai “pabrik dunia” yang memproduksi barang-barang yang murah. Negara ini awalnya juga dikenal dengan produk-produk harga murah dan imitasi. Namun kini Tiongkok telah beralih dari negara yang sering disebut “pabrik dunia” dan kini mengalami transformasi yang cukup pesat. Tiongkok kini berambisi untuk mengembangkan teknologi-teknologi yang canggih. Perubahan ini dipicu oleh beberapa faktor seperti tuntutan pasar yang semakin kompetitif dan perubahan kebijakan milik pemerintah. Perubahan paradigma ini tidak hanya merubah citra awal Tiongkok, tetapi juga mempengaruhi pada struktur ekonomi global dan dunia.
ADVERTISEMENT
Pandangan lama Tiongkok
Pada buku "The New China Playbook" milik Keyu Jin, dikatakan bahwa Tiongkok dahulu menempati peringkat sangat tinggi dalam hal kesederhanaan, kerja keras dan pendidikan anak-anaknya. Lalu sekitar akhir abad ke-20 hingga awal tahun 2000-an, Tiongkok saat itu dikenal sebagai pusat perusahaan manufaktur dikarenakan Tiongkok mampu memproduksi barang dengan jumlah cukup besar namun harga produk tersebut yang cukup murah. Dengan populasi warga Tiongkok yang lebih dari satu miliar jiwa, Tiongkok memanfaatkan sumber daya manusia yang melimpah dengan tenaga kerja yang rendah untuk memproduksi dalam jumlah besar. Tiongkok berhasil memproduksi barang konsumsi seperti baju, mainan dan elektronik dengan biaya rendah, dan nantinya di ekspor ke seluruh penjuru dunia. Tidak dapat dipungkiri bahwa Tiongkok dapat menguasai sektor perdagangan global. Status Tiongkok sebagai “pabrik dunia” memberikan dampak bagi masyarakat Tiongkok. Di satu sisi, industri manufaktur dapat memberikan peluang kerja bagi masyarakat. Namun disisi lain, memberikan dampak negatif terhadap lingkungan dan eksploitasi tenaga kerja. Selain itu, salah satu kekurangan Tiongkok yaitu mereka menjadi ketergantungan pada pasar luar negeri dan kurangnya nilai tambah produk dalam ekspor. Tiongkok juga memiliki citra sebagai hasil produk tiruannya atau berkualitas rendah. Sehingga membuat negara ini dipandang sebagai negara penghasil produk imitasi dan tidak kreatif.
ADVERTISEMENT
Transformasi Tiongkok Menjadi Pusat Inovasi
Dalam upaya menghadapi persaingan global yang semakin ketat dan teknologi yang semakin berkembang pesat, Tiongkok mulai bertransformasi dari industri manufaktur menuju pada inovasi dan teknologi tinggi. Tiongkok kini memulai fokus melakukan inovasi pada teknologi tinggi seperti 5G, Kecerdasan buatan (AI), realitas visual (virtual reality/VR), kendaraan listrik, mesin robot dan masih banyak lagi. Dalam beberapa tahun terakhir, Tiongkok mulai memprioritaskan pada pengembangan teknologi AI. Dengan pasar yang luas untuk penerapan AI, Tiongkok memiliki potensi besar untuk memimpin dalam pengembangan teknologi kecerdasan buatan (AI). Hal ini mulai mengubah pandangan masyarakat terhadap Tiongkok dari sekedar “peniru”, Tiongkok kini menjadi pusat inovasi. Transformasi ini menunjukkan bahwa Tiongkok mampu mengikuti beradaptasi seiring berkembangnya zaman dan menciptakan inovasi terbaru.
ADVERTISEMENT
Dampak Global dari Transformasi Tiongkok
Transformasi Tiongkok dari "The Old China Playbook," yang berfokus pada manufaktur murah dan infrastruktur domestik, menuju "The New China Playbook" yang menekankan inovasi teknologi seperti AI, 5G, dan kendaraan listrik, telah membawa dampak global yang signifikan. Melalui inisiatif Belt and Road Initiative (BRI), Tiongkok memperluas pengaruhnya di Asia, Afrika, dan Eropa, meski meningkatkan ketergantungan negara berkembang. Pergeseran fokus ke konsumsi domestik juga membuka peluang pasar baru, sementara kepemimpinannya dalam teknologi memaksa negara lain meningkatkan daya saing mereka.
Dampak dari transformasi ini sangat luas. Di satu sisi, Tiongkok kini memimpin dalam beberapa teknologi utama, memengaruhi standar global dan mendorong persaingan dengan negara-negara Barat. Di sisi lain, pendekatan geopolitik Tiongkok yang semakin asertif memicu ketegangan internasional, terutama dengan Amerika Serikat, dalam isu perdagangan, teknologi, dan militer. Perubahan ini juga menggeser pola rantai pasok global, dengan banyak perusahaan mencari alternatif seperti Vietnam dan India karena meningkatnya biaya produksi di Tiongkok. Melalui diplomasi ekonomi dan investasi global, Tiongkok telah meningkatkan pengaruhnya di negara-negara berkembang, menciptakan lanskap geopolitik baru yang lebih kompleks. Transformasi ini menunjukkan ambisi Tiongkok untuk menjadi kekuatan dominan di dunia, sekaligus membawa tantangan dan peluang baru bagi komunitas internasional.
ADVERTISEMENT
Relevansi untuk Indonesia dan Dunia
Relevansi transformasi Tiongkok dari "pabrik dunia" menuju pemimpin inovasi global sangat penting bagi Indonesia dan dunia. Dalam pandangan lama, Tiongkok sebagai pusat manufaktur murah menciptakan tekanan bagi negara seperti Indonesia yang mengandalkan sektor serupa. Harga produk yang kompetitif dari Tiongkok sering menggantikan produk lokal di pasar global, membatasi peluang ekspor Indonesia. Namun, transformasi ke pendekatan inovasi membuka peluang baru, seperti kolaborasi teknologi dan investasi di sektor strategis seperti AI, 5G, dan energi terbarukan.
Bagi dunia, perubahan ini mendorong persaingan dalam pengembangan teknologi canggih dan menciptakan standar global baru. Inisiatif Belt and Road Initiative (BRI) membawa dampak besar, termasuk infrastruktur yang mendukung perdagangan internasional tetapi juga meningkatkan risiko ketergantungan ekonomi pada Tiongkok. Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, dapat memanfaatkan momentum ini untuk memperkuat kerja sama ekonomi sambil tetap waspada terhadap tantangan geopolitik dan persaingan pasar. Secara keseluruhan, transformasi ini mencerminkan dinamika baru di mana Tiongkok tidak lagi sekadar pemasok barang murah tetapi juga penentu tren global. Hal ini menuntut Indonesia dan dunia untuk beradaptasi dengan realitas baru melalui strategi yang mengedepankan inovasi, diversifikasi ekonomi, dan diplomasi yang seimbang.
ADVERTISEMENT
Novi Lutvitasari, Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Rolani Sabat Damayanti, Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta