Kreativitas Kecerdasan Buatan (AI) yang Meresahkan Para Desainer

Rolip Saptamaji
Founder Poligrabs Infographic
Konten dari Pengguna
17 Desember 2022 12:26 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rolip Saptamaji tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Rolip Saptamaji Via Stable Diffusion : AI Art Menggantikan peran Seniman
zoom-in-whitePerbesar
Rolip Saptamaji Via Stable Diffusion : AI Art Menggantikan peran Seniman
ADVERTISEMENT
Kecerdasan buatan (AI) telah melakukan gebrakan bagi perkembangan teknologi dalam beberapa tahun terakhir, kemampuan untuk menciptakan karya seni menjadi salah satu contoh kemampuannya yang terus berkembang. Perkembangan ini tentu meresahkan para desainer dan seniman digital, sebagian besar menganggap AI sebagai ancaman, sebagian lain menganggapnya sebagai peluang. Namun perdebatan masih terus berlanjut tentang apakah teknologi ini akan menguntungkan bagi ekonomi kreatif atau malah merugikan karena kemampuannya menggeser peran dan kerja-kerja kreatif manusia.
ADVERTISEMENT

Kreativitas Kecerdasan Buatan dalam produksi seni

Belum lama ini, media sosial diramaikan oleh Lensa AI yang mampu mengubah foto selfie menjadi ilustrasi dengan berbagai versi ilustrasi realistis seperti karya seni. Aplikasi ini berhasil menarik perhatian para selebritas hingga viral di media sosial, lalu orang pun berbondong-bondong ikut mencobanya meski harus merogoh koceknya. Kecerdasan buatan yang mengubah teks menjadi gambar sendiri sebenarnya cukup banyak, namun Lensa tergolong populer karena viral di media sosial.
Jason M. Allen via Midjourney: Théâtre D'opéra Spatial
Pada tahun 2022, sebuah program AI bernama Midjourney memenangkan penghargaan blue ribbon dalam kategori seniman digital di kompetisi seni tahunan Colorado State Fair. Karya pemenang, "Théâtre D'opéra Spatial", diciptakan oleh seniman Jason M. Allen menggunakan program AI, yang mengubah baris teks menjadi grafik realistis. Pencapaian ini memicu perdebatan dalam komunitas seni tentang masa depan seniman manusia dalam menghadapi peningkatan perkembangan AI.
ADVERTISEMENT

Dilema seni di hadapan teknologi kecerdasan buatan

Penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam penciptaan karya seni ataupun desain telah menimbulkan pertanyaan tentang masa depan para seniman dan desainer dan keberlangsungan pekerjaannya. Beberapa berpendapat bahwa peningkatan kemampuan AI berpotensi menyebabkan penurunan permintaan bagi industri seni dan desain atau membuat harga jasa semakin murah dan rentang waktu permintaan semakin cepat. Tentu saja kecemasan ini sangat beralasan. Beberapa tahun terakhir, industri desain menghadapi disrupsi digital oleh media sosial dan munculnya perangkat lunak desain seret dan lepas (drag and drop) seperti Canva dan alat kode rendah (low code tools) seperti Figma yang membuat kemunculan AI memancing kekhawatiran baru. Terutama ketika Canva, platform desain seret lepas, telah mengintegrasikan stable diffusion, alat pembuat teks ke gambar AI, ke dalam layanannya beberapa bulan lalu. Namun, penting juga bagi para desainer dan seniman melihat fenomena ini dari perspektif lain terutama dengan mempertimbangkan potensi dampak AI pada industri kreatif sebagai perkembangan teknologi baru. Jika diringkas mungkin akan membentuk dua argumen yang saling bertentangan sekaligus saling melengkapi berikut:
ADVERTISEMENT

Kemajuan AI tidak dapat dibendung

Rolip Saptamaji Via Stable Diffusion : Cyber Davinci generating art
Terlepas dari potensi manfaatnya, pengembangan AI juga menimbulkan kekhawatiran di kalangan ilmuwan. Pada 2017, Lab Riset AI Facebook (FAIR) memutuskan untuk mematikan mesin AI yang mereka kembangkan setelah mulai menggunakan bahasa yang tidak dapat dipahami manusia untuk berkomunikasi. Demikian pula, pada tahun 2016, bot obrolan bertenaga AI bernama Tay, dibuat oleh Microsoft untuk berinteraksi dengan pengguna internet di seluruh dunia, mengirimkan tweet berisi konten yang menyinggung, rasis, dan pro-Adolf Hitler. Insiden ini menyoroti perlunya kehati-hatian dan pengembangan AI yang bertanggung jawab di berbagai bidang, khususnya dalam hal kognitif dan komunikasi.
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan, sekarang bukan lagi masanya terkejut. Sebagaimana disrupsi teknologi lainnya dari masa ke masa, kemajuan AI tidak dapat dibendung dan akan terus membentuk masa depan kerja manusia. Meskipun penting untuk mempertimbangkan potensi risiko dan tantangan, penting juga untuk mengenali manfaat potensi yang dapat diberikan oleh AI. Karena teknologi AI terus berkembang, penting untuk menemukan keseimbangan antara inovasi dan kehati-hatian dalam pengembangan dan penerapannya.