Anak Juga Bisa Berstatus Miskin

Roma Kyo Kae Saniro
Dosen Universitas Andalas dan Peneliti Kajian Gender dan Feminisme
Konten dari Pengguna
20 Oktober 2023 14:52 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Roma Kyo Kae Saniro tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Anak yang Kurang Beruntung. Sumber: https://www.pexels.com/photo/little-boy-carrying-can-1125850/
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Anak yang Kurang Beruntung. Sumber: https://www.pexels.com/photo/little-boy-carrying-can-1125850/
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perayaan Hari Pengentasan Kemiskinan Internasional memiliki sejarah penting terkait peran Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan organisasi internasional. Hari ini diperingati setiap tahun pada tanggal 17 Oktober dan berakar pada Konferensi PBB tentang Pengentasan Kemiskinan tahun 1987 yang diadakan di Paris. Konferensi tersebut menyetujui Deklarasi Hari Pengentasan Kemiskinan yang menekankan pentingnya kerja sama internasional untuk mengentaskan kemiskinan.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1992, Perserikatan Bangsa-Bangsa menciptakan “Rencana Aksi Dunia untuk Melawan Kemiskinan”, yang menegaskan kembali komitmen negara-negara anggota PBB untuk menciptakan kondisi sosial, ekonomi dan politik yang mendukung pemberantasan kemiskinan di seluruh dunia. Dalam perkembangannya kini mengikuti perubahan kerangka global seperti Millennium Development Goals dan Sustainable Development Goals (SDGs) yang semuanya fokus pada pengentasan kemiskinan, termasuk anak-anak.
Perayaan Hari Pengentasan Kemiskinan Internasional mempunyai peran penting dalam menyoroti masalah kemiskinan dan meningkatkan kesadaran global akan pentingnya tindakan yang bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan, khususnya di kalangan anak-anak. Acara dan kegiatan yang diselenggarakan pada hari ini mendidik masyarakat mengenai hal ini dan mendukung inisiatif yang bertujuan untuk menciptakan dunia yang lebih adil dan berkelanjutan untuk semua. Sejarahnya mencerminkan komitmen global untuk memberantas kemiskinan di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Namun, permasalahan kemiskinan bukan hanya satu permasalahan yang dihadapi oleh anak-anak. Mereka harus menghadapi permasalahan lainnya, seperti sejumlah dimensi kehidupan yang dapat memiliki dampak jangka panjang. Salah satu dimensi penting adalah gizi dan kesehatan. Anak-anak yang hidup dalam kemiskinan sering menghadapi kekurangan gizi, yang dapat menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan mental mereka.
Keterbatasan akses ke layanan kesehatan berkualitas juga meningkatkan risiko kematian anak. Selanjutnya, pendidikan adalah dimensi lain yang terpengaruh oleh kemiskinan anak. Anak-anak dari keluarga miskin mungkin terpaksa bekerja untuk mendukung keluarga mereka, yang menghambat akses mereka ke pendidikan. Fasilitas pendidikan yang kurang memadai dan kurangnya buku serta bahan ajar juga membatasi potensi belajar mereka.
Kemiskinan anak juga berdampak pada tempat tinggal dan keamanan. Anak-anak yang hidup dalam kemiskinan mungkin tinggal di lingkungan yang tidak aman atau terkena dampak bencana alam, yang dapat memengaruhi kesejahteraan dan perkembangan mereka.
ADVERTISEMENT
Kebijakan penyitaan rumah atau pengungsian dapat menyebabkan anak-anak menjadi tunawisma. Perlindungan anak adalah aspek lain yang penting; anak-anak yang hidup dalam kemiskinan lebih rentan terhadap eksploitasi, pelecehan, dan kekerasan. Perlindungan anak yang efektif dan perlindungan hukum sangat penting untuk mencegah risiko ini.
Peluang pekerjaan di masa dewasa juga dapat terbatas bagi anak-anak yang tumbuh dalam kemiskinan. Mereka mungkin hanya memiliki akses terbatas ke pendidikan dan pelatihan keterampilan yang diperlukan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Ini dapat memperketat siklus kemiskinan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Sementara itu, partisipasi anak dalam kehidupan keluarga, komunitas, dan pengambilan keputusan yang memengaruhi mereka adalah hak yang penting. Tetapi anak-anak yang hidup dalam kemiskinan mungkin memiliki sedikit kesempatan untuk berbicara dan memengaruhi keputusan.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, ketidaksetaraan gender dapat memperburuk dampak kemiskinan anak, khususnya terhadap anak perempuan yang mungkin menghadapi risiko yang lebih tinggi terhadap kekerasan, diskriminasi, dan keterbatasan akses ke pendidikan serta pelayanan kesehatan. Akhirnya, anak-anak yang terlibat dalam konflik bersenjata atau menjadi pengungsi sering kali menghadapi risiko yang lebih tinggi terhadap kemiskinan dan trauma psikologis.
Upaya pengentasan kemiskinan anak harus mencakup semua dimensi ini dan melibatkan perbaikan akses ke layanan kesehatan berkualitas, pendidikan yang berkualitas, nutrisi yang baik, perlindungan anak yang kuat, pelatihan keterampilan, serta pemutusan siklus kemiskinan generasi ke generasi. Selain itu, pemberdayaan keluarga miskin dan peningkatan kondisi sosial dan ekonomi di komunitas mereka adalah faktor kunci dalam pengentasan kemiskinan anak.
Ilustrasi Kondisi Kemiskinan Anak dan Keluarga. Sumber: https://www.pexels.com/photo/elderly-woman-and-kids-sitting-on-the-ground-13793194/
Jika menghubungkannya dengan pemerintahan Indonesia, pemerintah dapat dikatakan telah berhasil menurunkan angka kemiskinan secara signifikan (SMERU, 2023). Namun, hal yang paling ironis adalah kemiskinan anak masih lebih besar daripada kemiskinan penduduk. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh SMERU, pada tahun 2022, 9,54% merupakan penduduk miskin sementara itu 11,85 dari total populasi anak adalah anak miskin.
ADVERTISEMENT
Kemiskinan ini dapat dilihat dari adanya persentase anak yang hidup pada rumah tangga yang pengeluaran per kapita per bulannya di bawah garis kemiskinan. Selain itu, pada tahun 2022, garis kemiskinan per rumah tangga miskin rata-rata sebesar Rp2.359.923/ rumah yang miskin/bulan. Hal tersebut menunjukkan dengan jelas bahwa seorang anak dapat hidup pada rumah tangga dengan pengeluaran yang tidak cukup sehingga nantinya tidak akan memberikan kesempatan yang lebih baik pada aspek lainnya.
Kondisi tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti latar belakang pendidikan kepala keluarga; lokasi tempat tinggal di perdesaan atau perkotaan; dan gender kepala rumah tangga. Seperti yang dibahas sebelumnya, kemiskinan dapat berupa banyak dimensi berupa tempat tinggal, pendidikan, kesehatan, sanitasi, air, dan perlindungan anak.
ADVERTISEMENT
Hal ini senada dengan hasil kemiskinan multidimensi pada anak yang dilakukan oleh SMERU (2013) yang menemukan bahwa hanya 18,3% anak Indonesia yang benar-benar terbebas dari enam dimensi deprivasi, dimensi yang merujuk pada kondisi-kondisi kekurangan atau keterbatasan yang dialami oleh individu atau keluarga dalam berbagai aspek kehidupan mereka. Deprivasi adalah indikator kemiskinan yang mencakup sejumlah dimensi kehidupan selain aspek moneter, dan ini digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan seseorang atau keluarga.
Oleh karena itu, kemiskinan pada anak merupakan masalah bersama yang harus diselesaikan secara bersama-sama pula. Pengentasan kemiskinan pada anak memerlukan pendekatan holistik yang mencakup berbagai strategi. Pertama, pendidikan yang berkualitas dan akses yang lebih baik ke sekolah perlu diprioritaskan. Ini termasuk program bantuan keuangan dan beasiswa untuk membantu keluarga miskin membiayai pendidikan anak-anak mereka.
ADVERTISEMENT
Kedua, penting untuk memutus siklus kemiskinan dengan mendukung keluarga miskin melalui program pelatihan keterampilan, bantuan modal usaha kecil, dan akses ke layanan kesehatan dan sosial. Ketiga, gizi yang baik dan akses yang lebih baik ke layanan kesehatan yang terjangkau sangat penting untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan yang sehat pada anak-anak. Perlindungan anak yang kuat adalah aspek kunci, dengan perlindungan hukum yang efektif dan penegakan hukum yang diperlukan untuk melindungi anak dari eksploitasi dan kekerasan.
Perbaikan akses ke perumahan yang layak dan partisipasi anak dan keluarga dalam proses pengambilan keputusan juga perlu diperhatikan. Empowerment perempuan, akses ke air bersih, sanitasi, dan sumber energi yang terjangkau juga merupakan strategi penting.
Selain itu, pembangunan kerangka kebijakan yang mendukung pengentasan kemiskinan anak dan kerja sama internasional melalui kemitraan global adalah langkah yang diperlukan untuk mengatasi masalah ini. Upaya bersama ini dari pemerintah, LSM, komunitas, dan individu dapat membantu mencapai tujuan pengentasan kemiskinan anak.
ADVERTISEMENT