Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengenal Lebih Dekat Dadiah, Yoghurt Kerbau Minangkabau
29 Agustus 2023 8:55 WIB
ยท
waktu baca 4 menitTulisan dari Roma Kyo Kae Saniro tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Yoghurt merupakan produk susu yang diperoleh dari fermentasi bakteri asam laktat pada susu. Proses fermentasi ini mengubah laktosa (gula susu) menjadi asam laktat sehingga memberikan rasa asam yang khas pada yoghurt. Yoghurt memiliki tekstur lebih kental daripada susu biasa. Kata Yoghurt berasal dari Turki. Lalu, hal tersebut dikembangkan menjadi pengawetan susu.
ADVERTISEMENT
Yoghurt ternyata berasal dari kebiasaan para pengembara yang menyimpan cairan di dalam kantung yang terbuat dari lambung domba sekitar 5.000 tahun sebelum Masehi (Republika, 2017). Salah satu cairan tersebut adalah susu. Nantinya, susu tersebut akan ditaruh di punggung unta. Melalui perjalanan panas yang ditempuh, susu tersebut terguncang-guncang sehingga susu tersebut menjadi kental dan memiliki rasa asam.
Hal ini terjadi karena adanya bakteri yang tercampur susu. Selain itu, suhu panas dan goyangan proses pengadukan dengan goyangan unta berjalan menjadi hal ideal dalam pembuatan yoghurt pada masa tersebut. Lalu, sebenarnya tahun 2000 sebelum Masehi, India dan Persia sudah menggunakan Yoghurt untuk memasak. Kemudian, pada tahun 1072, Bangsa Turki telah menjadikan camilan ini sebagai obat diare dan masker untuk menjaga kulit dari paparan sinar matahari.
ADVERTISEMENT
Berbeda di Eropa, kisah yoghurt populer melalui Raja Francis I mengalami sakit diare hebat tahun 1542. Sultan Sulaeman sebagai rekan dekannya mengirimkan tabib ke Prancis untuk menyembuhkan dan disebut Yoghurt. Melalui peristiwa tersebut, yoghurt akhirnya menyebar ke berbagai daratan Eropa.
Namun, tidak hanya di luar negeri, ketenaran yoghurt sebenarnya sudah dikenal oleh masyarakat yang ada di Nusantara, salah satunya adalah masyarakat Minangkabau. Masyarakat Minangkabau memiliki Yoghurtnya sendiri yang disebut sebagai dadiah. Produk susu fermentasi tradisional yang telah ada selama berabad-abad dalam budaya ini.
Dadiah adalah bagian integral dari makanan dan budaya Minangkabau. Dadiah dibuat melalui susu kerbau atau kerbau liar yang difermentasi dalam batang bambu atau tempayan tanah liat berkisar 2-3 hari supaya yoghurt tersebut menggumpal dan menjadi padat. Semakin lama proses fermentasi dadiah akan menghasilkan dadiah yang semakin sempurna. Dadiah yang baik dapat terlihat dari warnanya yang putih bersih dan hampir mirip dengan tahu.
ADVERTISEMENT
Proses fermentasi ini membuat susu kerbau akhirnya memiliki punya cita rasa asam yang khas seperti yoghurt. Cita rasa inilah sehingga membuat Yoghurt mendapat sebutan sebagai yoghurt khas Minang. Susu kerbau yang digunakan pada dadiah menghasilkan tekstur padat. Berbeda halnya jika membuatnya dengan susu sapi yang tidak menghasilkan sekental itu.
Dadiah tidak hanya digunakan sebagai makanan yang dapat dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya dadiah dinikmati untuk sajian sarapan dengan emping dan gula merah. Sajian itu disebut sebagai ampiang dadiah. Ampiang sendiri adalah beras ketan yang ditumbuk pipih. Selain itu, dadiah juga bisa dinikmati dengan sambal, bawang, dan sirih. Dadiah juga cocok dijadikan lauk pendamping nasi ditambah sambal.
Lalu, dadiah pun memiliki peran penting dalam upacara adat dan acara istimewa karena dadiah memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan dan kebugaran. Dadiah mengandung gizi yang terdiri dari air 82,10%, protein 6,99%, lemak 8,08%, keasaman 130,15ยบ D, dan pH 4,99 yang baik untuk tubuh (disnak.sumbarprov.go.id,). Hal tersebutlah menjadikan dadiah menjadi warisan budaya yang berharga dan diteruskan dari generasi ke generasi dalam budaya Minangkabau.
ADVERTISEMENT
Salah satu dadiah yang terkenal adalah dadiah aie dingin. Dadiah tersebar di Alahan Panjang (Aia Dingin) Kabupaten Solok, (Sitingkai) Kabupaten Agam, (Tanjung Bonai) Kabupaten Tanah Datar, (Kelurahan Batu Payung Gadut) Kabupaten Limapuluh Kota, dan (Batang Panjang) Kabupaten Sijunjung.
Sejarah dadiah ini diturunkan secara turun-temurun. Pada awalnya, dadiah diletakkan pada cangkir gelas dn tidak diminum dalam waktu yang lama akhirnya membuat susu kerbau mengental dan mengeras dengan rasa asam. Akibatnya, masyarakat memindahkan susu tersebut ke bambu dan ditutup sehingga dapat dikonsumsi pada hari kemudian.
Masyarakat mengklasifikasikan dadiah berdasarkan waktu makan, kondisi sehat dan sakit, dan berdasarkan kegunaannya pada kondisi tertentu, misalnya ketika kehamilan, menyusui, dan kondisi tubuh penat atau letih.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian dadiah bukanlah makanan sehari-hari dalam arti masyarakat mengonsumsi dadiah sehari-hari sebagai lauk pauk di rumah, tetapi sebagai makanan yang diandalkan ketika dibutuhkan. Tidak hanya dikonsumsi untuk keperluan sehari-hari, dadiah juga memiliki nilai ekonomi dan sosial dalam budaya Minangkabau.
Dadiah biasanya diproduksi oleh peternak dan peternak sapi perah setempat. Dadiah digunakan pula sebagai aset biologis, sumber pendapatan, dan pabrik protein hewani yang dapat dikembangkan di Sumatera Barat. Dadiah pun diharapkan dapat menarik wisatawan datang ke Sumatera Barat.
Dadiah mampu menjadi sebuah produk kebanggaan masyarakat Sumatera Barat. Produk ini pun menjadi identitas kelokalan yang harus dipertahankan sebagai pembeda yoghurt yang beredar di Indonesia dan dunia.
Dadiah pun tidak hanya sebagai perpanjangan kebiasaan konsumsi integrasi susu dari nenek moyang, tetapi mampu menjadi sebuah peluang bisnis dan salah satu peningkatan aspek pariwisata. Dadiah memiliki potensi tinggi sehingga diharapkan banyak pihak berwenang dapat membantu pelestarian dadiah.
ADVERTISEMENT