Konten dari Pengguna

Peringatan Tragedi Tanjung Priok

Roma Kyo Kae Saniro
Dosen Universitas Andalas dan Peneliti Kajian Gender dan Feminisme
12 September 2023 5:58 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Roma Kyo Kae Saniro tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber: https://www.freepik.com/free-photo/crowd-people-with-raised-firsts-protesting-human-rights-city-streets_26391254.htm#query=demonstration%20people&position=7&from_view=search&track=ais
zoom-in-whitePerbesar
sumber: https://www.freepik.com/free-photo/crowd-people-with-raised-firsts-protesting-human-rights-city-streets_26391254.htm#query=demonstration%20people&position=7&from_view=search&track=ais
ADVERTISEMENT
Pada hari ini, 12 September 2023, Indonesia memperingati hari Tragedi Tanjung Priok. Peringatan Tragedi Tanjung Priok adalah upaya untuk mengenang dan memperingati peristiwa berdarah yang terjadi di Tanjung Priok pada 12 September 1984.
ADVERTISEMENT
Peristiwa tersebut menjadi tragedi bentrokan antara militer dengan umat Islam pada tahun 1950-an dan dapat dikatakan sebagai peristiwa yang paling hebat pada masanya tersebut (Suwirta, 2017) Selain itu, Suwirta pun menambahkan bahwa tidak ada desakan dari dunia internasional dan kurang keinginan dari masyarakat dan pemerintah untuk menyelesaikan kasus berdarah tersebut sehingga membuat kasus tersebut tidak dapat dikonstruksi secara jelas dan jernih (2017).
Banyak korban yang lahir pada peristiwa tersebut walaupun pada pemerintah Orba melalui Jenderal Benny Moerdani mengungkapkan hal yang berbeda dengan pernyataan saksi mata terkait banyaknya korban (Suwirta, 2017).
Peristiwa itu kemudian tercatat sebagai salah satu pelanggaran HAM berat di zaman Orde Baru (Redaksi, 2023). Peristiwa tersebut menimbulkan korban jiwa dan luka-luka di antara para demonstran. Angka korban bervariasi tergantung pada sumber-sumber yang dikonsultasikan, tetapi banyak yang percaya bahwa ratusan orang tewas dalam tragedi tersebut. Beberapa sumber bahkan menyatakan bahwa jumlah korban bisa mencapai ribuan orang.
ADVERTISEMENT
Peristiwa ini terjadi pada masa rezim baru di Indonesia yang dipimpin oleh Presiden Soeharto. Tragedi Tanjung Priok dikaitkan dengan protes dan demonstrasi yang berujung pada tindakan keras oleh aparat keamanan.
Selain itu, tragedi Tanjung Priuk juga merupakan luapan kegelisahan masyarakat yang terpinggirkan oleh pembangunan Orde Baru (Suwirta, 2017). Saat itu, beberapa kelompok masyarakat sipil dan aktivis penentang pemerintahan Soeharto menggelar demonstrasi di pelabuhan Tanjung Priok untuk menyampaikan tuntutannya terhadap isu sosial, politik, dan ekonomi.
Aparat keamanan bereaksi keras terhadap demonstrasi tersebut, yang berujung pada bentrokan berdarah dan penindasan. Tragedi Tanjung Priok pun menciptakan berbagai gambaran pers kepada masyarakat dari berbagai tanggapan tokoh masyarakat dan organisasi-organisasi sosial-politik pada masa tersebut (Suwirta, 2017).
ADVERTISEMENT
Situasi politik dan sosial yang kompleks yang ada di Indonesia pada saat itu, terutama selama pemerintahan Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto menjadi latar belakang Tragedi Tanjung Priok berkaitan dengan. Selain itu, Indonesia pun mengalami ketegangan sosial dan ekonomi yang tinggi pada awal 1980-an. Inflasi tinggi, pengangguran, dan kesenjangan ekonomi semakin meningkat, yang menyebabkan ketidakpuasan di kalangan banyak kelompok masyarakat yang membuat berbagai demonstrasi harus segera dilaksanakan sebagai penyuaraan tuntutan sosial, politik, dan ekonomi dan pengekspresian ketidakpuasan mereka terhadap pemerintah.
Demonstrasi di pelabuhan Tanjung Priok awalnya merupakan unjuk rasa yang dilakukan oleh kelompok-kelompok yang menuntut hak-hak sosial dan ekonomi yang lebih baik, serta transparansi politik. Namun, pemerintah merespons demonstrasi ini dengan kekerasan. Pasukan keamanan dikerahkan untuk membubarkan demonstrasi, dan ini menyebabkan tewasnya banyak orang. Tidak hanya itu, selama peristiwa tersebut, terjadi konflik etnis antara kelompok Muslim dan Tionghoa yang tinggal di Tanjung Priok sehingga memperburuk situasi dan meningkatkan eskalasi kekerasan.
sumber: https://www.freepik.com/free-photo/lawyer-with-weighing-scales_3357378.htm#query=justice&position=25&from_view=search&track=sph
Kejadian ini menunjukkan bagaimana otoritas otoriter bisa mengabaikan hak asasi manusia dan menggunakan kekuatan militer untuk menekan oposisi politik. Peristiwa ini menyisakan luka mendalam dalam sejarah Indonesia dan menjadi simbol dari pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi selama masa pemerintahan Soeharto. Oleh karena itu, peringatan peristiwa tersebut harus diselenggarakan. Peringatan tersebut dilaksanakan sebagai cara untuk menghormati dan mengenang korban peristiwa tersebut, termasuk korban yang tewas atau terluka selama tragedi. Ini adalah pengakuan terhadap penderitaan yang dialami oleh individu dan keluarga mereka sebagai akibat dari peristiwa tersebut.
ADVERTISEMENT
Selain itu, dilaksanakannya peringatan ini juga untuk memberikan pengajaran kepada masyarakat bahwa peristiwa tersebut tidak terlupakan dan agar pelajaran dari sejarah tidak hilang. Tragedi ini dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat dapat belajar dari kesalahan masa lalu dan berupaya mencegah terulangnya tindakan represif dan pelanggaran hak asasi manusia di masa depan. Hal lainnya diselenggarakan peringatan hari ini adalah memupuk kesadaran politik dan sosial di kalangan masyarakat. Hal tersebut dapat merangsang diskusi tentang hak asasi manusia, kebebasan berpendapat, dan peran negara dalam menangani demonstrasi dan perlawanan politik.
sumber: https://www.freepik.com/free-photo/still-life-with-scales-justice_33124022.htm#query=justice&position=12&from_view=search&track=sph
Peristiwa Tragedi Tanjung Priok juga menjadi pengingat penting bahwa demokrasi harus dijaga dan diperjuangkan. Ini menunjukkan bahaya otoritarianisme dan perlunya menjaga prinsip-prinsip demokratis dalam sistem politik. Lalu, hal yang paling penting adalah memberikan penyadaran dalam proses hukum dan keadilan bagi korban dan keluarga mereka. Ini dapat mencakup penuntutan terhadap pelaku yang bertanggung jawab atas kekerasan tersebut atau upaya kompensasi bagi korban.
ADVERTISEMENT
Dapat disimpulkan, tragedi Tanjung Priok menjadi contoh yang menunjukkan betapa besarnya pelanggaran HAM dan represi politik yang terjadi pada masa pemerintahan Soeharto. Peristiwa tersebut pun menjadi salah satu episode paling kelam dalam sejarah Indonesia dan terus menjadi sumber konflik dan perdebatan hingga saat ini. Pemerintah Indonesia pasca-Orde Baru berupaya untuk menyelidiki kasus ini dan membawa para pelakunya ke pengadilan, meskipun banyak pihak yang masih yakin bahwa proses tersebut tidak mencapai keadilan penuh. Mengenang tragedi Tanjung Priok merupakan bagian penting dalam proses memahami sejarah Indonesia dan melupakan peristiwa tersebut. Hal ini juga dapat mendorong perubahan positif dalam masyarakat dan politik Indonesia dengan mengedepankan prinsip-prinsip demokrasi, hak asasi manusia dan keadilan.
ADVERTISEMENT
Redaksi. (2023, September 10). Tanggal 12 September Memperingati Hari Apa? https://nasional.kompas.com/read/2023/09/10/00000031/tanggal-12-september-memperingati-hari-apa-#:~:text=Setiap%20tanggal%2012%20September%20dirayakan,Bersenjata%20Republik%20Indonesia%20(PEPABRI).&text=Organisasi%20ini%20sudah%20ada%20sejak%20era%20Presiden%20Soekarno.
Suwirta, A. (2017). Pers dan Kritik Sosial pada Masa Orde Baru: Kasus Peristiwa Tanjung Priok Tahun 1984 dalam Pandangan Surat Kabar Merdeka dan Kompas di Jakarta. INSANCITA, 2(2). https://doi.org/10.2121/INCITA-JISISEA.V2I2.937.G847