Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pesantren sebagai Skriptorium Naskah Nusantara
16 Juli 2023 9:47 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Roma Kyo Kae Saniro tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia merupakan negara yang kaya dengan budaya, salah satunya adalah naskah. Naskah dalam hal ini bukanlah naskah dalam konteks umum yang dikenal sebagai sebuah teks yang berisi berbagai informasi.
ADVERTISEMENT
Namun, naskah yang dimaksud adalah tulisan tangan yang berisi budaya atau informasi masa lampau yang sudah berumur minimal 50 tahunan. Naskah ini ditulis bukan dengan kertas biasa, tetapi adanya kertas tradisional, daluang, kulit kerbau, gading gajah, kertas perkamen dll.
Naskah Nusantara yang muncul sebagian besar adalah naskah Islami. Naskah Islami merujuk pada teks-teks yang berkaitan dengan agama Islam, seperti Al Quran, hadis, tafsir, fikih, sejarah Islam, dan karya-karya keilmuan Islam lainnya. Naskah Islami dapat berupa salinan tulisan tangan atau cetakan yang berisi teks-teks agama dalam bahasa Arab atau bahasa lainnya yang digunakan dalam tradisi Islam.
Kemunculan naskah Islami ini dilatarbelakangi oleh adanya sejarah Islam yang sangat memiliki pengaruh besar. Islam telah hadir di Indonesia sejak abad ke-7 melalui perdagangan dan penyebaran agama oleh para pedagang dan ulama dari dunia Arab dan Persia.
Sejak saat itu, Indonesia menjadi pusat peradaban Islam di wilayah tersebut. Seiring berjalannya waktu, komunitas Muslim di Indonesia mempraktikkan dan mengembangkan tradisi Islam mereka sendiri, termasuk menghasilkan naskah-naskah Islami yang mencerminkan pemahaman dan pengalaman mereka tentang agama.
ADVERTISEMENT
Selain itu, adanya tradisi pesantren sebagai lembaga pendidikan tradisional di Indonesia, memiliki peran sentral dalam pengajaran dan pemeliharaan pengetahuan Islami.
Pesantren telah menjadi tempat di mana penyalinan dan studi naskah-naskah Islami dilakukan secara berkelanjutan. Hal ini telah menyebabkan akumulasi naskah-naskah Islami yang signifikan di lingkungan pesantren di seluruh Indonesia.
Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional di Indonesia yang memiliki peran penting dalam melestarikan budaya dan pengetahuan Islam. Dalam konteks sebagai skriptorium naskah, pesantren dapat dianggap sebagai tempat di mana proses penyalinan dan penyimpanan naskah dilakukan.
Skriptorium merujuk pada ruang atau tempat di mana naskah-naskah ditulis, disalin, dan disimpan oleh para penyalin naskah pada masa lalu. Istilah ini terutama digunakan dalam kaitannya dengan kegiatan menyalin naskah pada Abad Pertengahan di Eropa.
ADVERTISEMENT
Skriptorium dalam filologi memiliki peran penting dalam menghasilkan salinan-salinan naskah kuno. Para penyalin naskah bekerja dengan teliti dan hati-hati untuk menjaga keakuratan dan keaslian teks yang mereka salin. Kegiatan di skriptorium membantu menjaga dan melestarikan pengetahuan dan budaya pada masa lalu.
Skriptorium juga menjadi tempat pengetahuan dan pemahaman tentang teks-teks klasik dan agama disampaikan secara turun temurun. Para penyalin naskah tidak hanya menyalin teks, tetapi mereka juga mendalami dan menghafal teks-teks tersebut, sehingga memainkan peran penting dalam transmisi pengetahuan dan pengembangan keilmuan.
Dalam konteks modern, istilah skriptorium juga dapat digunakan secara lebih luas untuk merujuk pada tempat atau fasilitas di mana reproduksi atau pengolahan naskah dilakukan. Ini bisa termasuk pusat arsip, perpustakaan, atau laboratorium khusus yang menggunakan teknologi modern untuk menggandakan atau mengonservasi naskah-naskah kuno.
Secara keseluruhan, skriptorium dalam filologi adalah tempat di mana naskah-naskah ditulis, disalin, dan disimpan oleh para penyalin naskah. Ini merupakan pusat aktivitas yang penting dalam mempertahankan dan mengembangkan pengetahuan di masa lalu dan memiliki peran yang signifikan dalam studi filologi
ADVERTISEMENT
Sejarah skriptorium naskah berasal dari Abad Pertengahan di Eropa, ketika biara-biara menjadi pusat produksi naskah. Para biarawan di sana bertanggung jawab untuk menyalin dan menghafal teks-teks agama, filsafat, sastra, dan ilmu pengetahuan lainnya. Skriptorium adalah ruangan khusus di biara tempat para biarawan bekerja menyalin naskah dengan tangan.
Dalam konteks pesantren di Indonesia, tradisi menyalin naskah juga menjadi bagian penting dari aktivitas pendidikan. Pesantren memiliki perpustakaan yang berisi berbagai jenis naskah, termasuk kitab-kitab agama, tafsir Al-Quran, hadis, fikih, sejarah Islam, dan ilmu-ilmu lainnya. Para santri (murid pesantren) diberikan pelatihan dalam menyalin naskah secara tradisional.
Proses menyalin naskah di pesantren umumnya dilakukan secara manual dengan menggunakan pena atau kuas tinta, serupa dengan cara yang digunakan di skriptorium naskah di Abad Pertengahan. Santri belajar untuk menghafal dan menyalin naskah dengan hati-hati, sehingga proses ini juga membantu dalam memperdalam pemahaman mereka terhadap teks-teks agama dan keilmuan Islam.
ADVERTISEMENT
Pesantren sebagai skriptorium naskah juga berperan dalam melestarikan warisan intelektual dan budaya Indonesia. Dalam banyak pesantren, naskah-naskah langka dan berharga disimpan dan dirawat dengan baik. Beberapa pesantren bahkan menjadi pusat pengembangan dan reproduksi naskah kuno yang langka untuk tujuan pelestarian dan penelitian.
Dalam era digital saat ini, pesantren juga telah mulai mengadopsi teknologi dalam proses penyalinan dan penyebaran naskah. Beberapa pesantren telah menggabungkan tradisi menyalin naskah secara manual dengan penggunaan pemindaian dan digitalisasi untuk mengarsipkan dan memperluas aksesibilitas naskah-naskah yang ada.
Secara keseluruhan, pesantren sebagai skriptorium naskah memainkan peran penting dalam pelestarian pengetahuan dan tradisi Islam di Indonesia.
Selain menjadi tempat pembelajaran agama, pesantren juga berkontribusi dalam mempertahankan kekayaan budaya dan keilmuan melalui praktik menyalin, menjaga, dan mengembangkan koleksi naskah yang berharga.
ADVERTISEMENT
Dapat dikatakan, pesantren merupakan skriptorium yang sangat berharga saat ini. Banyak naskah Nusantara yang berisi ajaran atau informasi masa lampau yang dapat berelevansi dengan kehidupan masa kini.
Sebagai masyarakat Indonesia, kita harus mendukung keberadaan pesantren yang ada di seluruh Nusantara. Tentunya, pihak terkait pun harus memberikan pengetahuan cara penyimpanan naskah yang baik dan benar mengingat naskah memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap suhu, kelembaban, dll. yang membuat kerusakan naskah.
Naskah yang rusak tanpa adanya digitalisasi atau penyalinan masa kini akan punah. Artinya, kekayaan budaya Indonesia pun akan hilang selamanya. Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama untuk menjaga kelestarian budaya Nusantara.