Storytelling dan Neurosains

Roma Kyo Kae Saniro
Dosen Universitas Andalas dan Peneliti Kajian Gender dan Feminisme
Konten dari Pengguna
30 Oktober 2023 5:53 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Roma Kyo Kae Saniro tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Hubungan Storytelling dan Neuorosains. Sumber: https://www.shutterstock.com/image-vector/neurodiversity-differences-thinking-icon-business-emotions-2143189943
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Hubungan Storytelling dan Neuorosains. Sumber: https://www.shutterstock.com/image-vector/neurodiversity-differences-thinking-icon-business-emotions-2143189943
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Storytelling adalah kemampuan atau seni untuk menyampaikan cerita dengan daya tarik dan pengaruh yang kuat. Ini tidak hanya tentang mengurutkan peristiwa secara acak, tetapi melibatkan penyusunan narasi yang dirancang secara sengaja.
ADVERTISEMENT
Dalam proses storytelling, berbagai media seperti kata-kata, gambar, suara, video, dan musik dapat digunakan untuk menciptakan pengalaman yang menarik bagi audiens. Tujuannya bisa bervariasi, termasuk untuk menjalin koneksi, memberikan hiburan, atau mengajarkan sesuatu kepada pendengar.
Storytelling dapat diterapkan dalam berbagai konteks, termasuk dalam sastra, presentasi, pemasaran, media, dan pendidikan. Ini juga merupakan keterampilan yang dapat ditingkatkan melalui latihan dan pengalaman, sehingga siapa pun memiliki potensi untuk mengembangkan kemampuan storytelling mereka.
Storytelling memiliki kemampuan untuk menghubungkan orang satu sama lain, memberikan hiburan, dan mengajarkan pesan tertentu, sehingga pendengar merasa terhubung dengan narator atau karakter dalam cerita.
Meskipun beberapa orang mungkin memiliki bakat alami dalam storytelling, ini juga merupakan keterampilan yang bisa dipelajari dan ditingkatkan melalui latihan dan pengalaman, dengan banyak kursus dan pelatihan yang tersedia untuk membantu individu mengasah kemampuan storytelling mereka.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, storytelling bukan sekadar penyajian rangkaian peristiwa dalam bentuk narasi semata, melainkan sebuah seni yang melibatkan berbagai elemen untuk menciptakan pengalaman yang mendalam, membangun konektivitas dengan audiens, dan memengaruhi cara kita berkomunikasi dan berinteraksi. Storytelling adalah alat yang sangat bermanfaat dalam berbagai konteks dan dapat digunakan untuk mencapai berbagai tujuan komunikasi.
Storytelling adalah seni menceritakan cerita dengan fokus pada penggunaan narasi yang menarik untuk menyampaikan pesan atau informasi. Tujuan utamanya adalah tidak hanya untuk memberikan informasi, tetapi juga untuk menghibur, menginspirasi, atau membangkitkan emosi pada audiens.
Storytelling sering menonjolkan unsur naratif dan personal, yang mencakup perkembangan karakter, plot, konflik, dan penyelesaian dalam cerita. Ini memungkinkan pengaruh yang kuat pada perasaan audiens dan menciptakan empati.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, public speaking adalah keterampilan berbicara di depan umum yang mencakup beragam tujuan seperti memberikan informasi, meyakinkan, mendidik, atau menghibur. Fokus utamanya adalah pada komunikasi lisan yang jelas, terstruktur, dan persuasif.
Biasanya, public speaking melibatkan penggunaan argumen yang logis, data, dan bukti untuk mendukung pesan yang disampaikan. Terdapat berbagai aspek keterampilan komunikasi dalam public speaking, termasuk perencanaan presentasi yang baik, penggunaan media visual yang efektif, manajemen waktu yang efisien, serta kemampuan untuk merespons pertanyaan atau tanggapan dari audiens.
Meskipun storytelling sering digunakan sebagai elemen penting dalam public speaking untuk meningkatkan daya tarik pesan dan memudahkan pemahaman audiens, public speaking melibatkan lebih banyak elemen keterampilan yang diperlukan untuk berbicara secara efektif di depan umum.
ADVERTISEMENT
Ini termasuk aspek-aspek seperti struktur presentasi, pemanfaatan visual, manajemen waktu yang bijak, dan interaksi yang efektif dengan audiens. Oleh karena itu, walaupun keduanya terkait erat dan dapat saling melengkapi, storytelling dan public speaking memiliki perbedaan yang signifikan dalam fokus dan karakteristiknya.
Ilustrasi Storytelling Berhubungan dengan Otak. Sumber: https://www.shutterstock.com/image-illustration/neurons-nervous-system-nerve-cells-background-1709816608
Storytelling dapat dikatakan sebagai kemampuan berbahasa yang mampu memberikan kesan seorang individu kepada orang lain. Hal ini karena kemampuan berbahasa lisan dalam bentuk ini memiliki hubungan yang erat dengan storytelling melalui neurosains, lebih tepatnya pada neurolinguistic atau hubungan sains dengan ilmu bahasa.
Neurolinguistik adalah cabang ilmu interdisipliner yang menggabungkan ilmu saraf (neuro) dengan bahasa (linguistik). Ini fokus pada pemahaman bagaimana otak manusia terlibat dalam pemrosesan bahasa, baik dalam pemahaman maupun produksi bahasa.
ADVERTISEMENT
Neurolinguistik bertujuan untuk menjelajahi hubungan antara bahasa dan otak, serta bagaimana gangguan otak atau cedera dapat memengaruhi kemampuan seseorang dalam berkomunikasi dan memahami bahasa.
Storytelling memiliki hubungan yang erat dengan neurosains. Hal ini didukung oleh pernyataan Carmone Gallo, instruktur Harvard bahwa storytelling tidak hanya sebagai sebuah keterampilan, tetapi juga sebagai sebuah fondasi mendalam yang telah diturunkan berabad-abad untuk menghilangkan batasan bahasa dan budaya (www.inc.com, 2023).
Seperti yang diungkapkan sebelumnya, keterampilan berbahasa atau berbicara melalui storytelling memberikan sebuah hal penting bagi seseorang agar lawan bicara yang mendengarkannya memiliki koneksi yang kuat dalam cerita dan narasi.
Ilustrasi Otak Manusia dan Kecakapan Berbahasa. Sumber: https://www.shutterstock.com/image-illustration/transparent-human-head-brain-3d-space-520116268
Walaupun perkakas komunikasi yang kita gunakan telah berubah sejalan dengan perkembangan waktu, karakteristik otak manusia tetap konsisten. Kita masih merasakan kebahagiaan dalam berbagi cerita di sekitar api unggun, seperti yang sudah dilakukan oleh nenek moyang kita, atau bahkan di sekitar api unggun yang mewah di teras restoran lokal. Keinginan kita untuk mendengarkan cerita dan menghargai mereka yang bisa menceritakannya dengan apik tetap tidak mengalami perubahan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, dalam pemaparan yang dibawakan oleh Gallo, Dr. Paul Zak membicarakan konsep bahwa cerita yang membangkitkan emosi dapat memicu pelepasan oksitosin, yang sering disebut sebagai "hormon cinta."
Oksitosin memegang peran penting dalam membentuk ikatan emosional, memperkuat rasa kepercayaan, meningkatkan empati, dan memupuk rasa kasih sayang. Zak juga menekankan bahwa perhatian yang konsisten merupakan sumber daya yang langka dalam otak manusia.
Hal ini mengartikan bahwa kita perlu memanfaatkan berbagai strategi yang tersedia untuk menarik perhatian orang dan mendorong mereka agar ingin mendengarkan kita. Dalam hal ini, berbicara menjadi strategi yang paling efektif karena itu adalah sesuatu yang terhubung secara alami dengan diri kita. Oleh karena itu, yuk tingkatkan kemampuan storytelling kita!
ADVERTISEMENT