Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Viral Bayi Dikerokin: Pentingkah Kerokan?
16 September 2023 9:35 WIB
Tulisan dari Roma Kyo Kae Saniro tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Akun Instagram @catatan_dokter mengunggah konten terkait dengan bayi berusia 13 bulan yang menangis karena dikerokin oleh pengasuh hingga punggungnya merah-merah. Hal ini dilakukan oleh penjaga anaknya tersebut karena kebiasaan pengasuh yang melakukan kerokan jika ia masuk angin. Hal serupa pun dilakukan kepada anak yang ia asuh. Hal ini karena anak tersebut rewel dan lemas sehingga menunjukkan sikap yang tidak aktif seperti biasanya. Ketika pengasuh tersebut mengecek badan anak yang diasuh berkeringat dingin dan perutnya kembung. Dengan inisiatif, pengasuh tersebut pun mengerok bayi punggung sang bayi dengan koin seribu secara pelan-pelan.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut menjadi sebuah pertanyaan besar bagi seluruh masyarakat, apakah memang penyakit masuk angin dan sejenisnya dapat diselesaikan atau disembuhkan dengan metode kerokan atau tidak. Sebenarnya, kerokan dapat dikatakan sudah menjadi tradisi nenek moyang yang sudah terjadi secara turun-menurun. Kerokan menjadi sebuah praktik tradisional yang sering digunakan di beberapa budaya, khususnya di Asia Tenggara (Edison, 2021). Hal ini dilakukan untuk meredakan beberapa gejala pilek atau ketegangan otot.
Kerokan biasanya menggunakan berbagai macam alat, seperti sendok atau ujung koin atau di Indonesia sendiri adanya alat kayu sebagai pengerok yang bertujuan untuk memijat permukaan kulit dan menciptakan tekanan vakum. Kerokan biasanya dilakukan pada bagian tubuh tertentu, seperti punggung atau bahu, dan perubahan tekanan pada kulit menimbulkan tanda merah. Kerokan merupakan salah satu tradisi penyembuhan selain obat herbal yang berasal dari zaman dahulu dan menjadi kebiasaan hingga saat ini. Sejak dulu, ketika masyarakat mengalami penyakit ringan seperti pilek atau kelelahan, mereka ingin melakukan kerokan sebagai pengobatan alternatif (Jennifer dan Astutiningsih dalam A`yun, 2022).
ADVERTISEMENT
Masyarakat lebih memilih kerokan karena setelah kerokan badan dipercaya dapat membuat tubuh terasa lebih hangat dan ringan. Hal ini dipercaya oleh Sebagian masyarakat bahwa kerokan mampu untuk meredakan masuk angin. Lebih jauh, masuk angin adalah konsep yang cukup umum dalam budaya Indonesia, dan kerokan diyakini dapat membantu menghilangkan angin yang tertahan dalam tubuh. Selain itu, adanya kepercayaan lainnya adalah mengatasi rasa pegal atau ketegangan otot. Orang-orang yang memiliki pekerjaan fisik atau mengalami stres fisik mungkin mencari kerokan sebagai cara untuk meredakan ketegangan otot. Dengan kata lain, kerokan dianggap sebagai bentuk pengobatan alternatif yang mereka percayai. Mereka mungkin memilih kerokan sebagai pilihan pertama sebelum mencari bantuan medis konvensional.
Kepercayaan masyarakat untuk melakukan kerokan dapat menunjukkan bahwa adanya perbedaan perspektif masyarakat. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Jennifer dan Saptutyningsih dalam A`yun bahwa kebanyakan penduduk desa lebih memilih kerokan ketika menderita penyakit ringan dan berbeda dengan penduduk kota yang lebih memilih berobat ke terapi konvensional atau dokter untuk berobat (A`yun, 2022). Jika ditelusuri lebih jauh, kerokan bukan hanya terkenal di Indonesia saja. Beberapa negara di Asia pun melakukannya, seperti di China yang dikenal dengan istilah Gua Sha (Edison, 2021). Lalu, di Vietnam dengan istilah Cao Gio (Edison, 2021).
Prinsip utama kerokan atau kerikan adalah untuk melepaskan panas dan juga menghilangkan energi negatif di dalam tubuh ditujukan untuk pusing, masuk angin, kehilangan selera makan, muntah, dan sebagainya (Edison, 2021). Pada orang yang demam, flu, atau masuk angin biasanya suhu tubuh cenderung tinggi sehingga bagi kepercayaan masyarakat tertentu, kerokan dapat dijadikan sebagai solusi penyembuhan. Namun, secara medis, kerokan sebenarnya memberikan tekanan dengan koin ke kulit akan memicu pelebaran pembuluh darah atau dikenal juga dengan istilah vasodilatasi, yang memang akan melepaskan panas dari dalam tubuh (Edison, 2021). Namun, kerokan ini masih kontroversial di antara khalayak medis karena bisa memicu keracunan camphor (Edison, 2021). Lebih jauh, di negara dengan persentase demam berdarah yang tinggi, ecchymoses di kulit karena hasil kerokan bisa menyulitkan diagnosa demam berdarah.
Orang yang percaya pada kerokan sering melihatnya sebagai metode alternatif untuk meredakan gejala seperti ketegangan, nyeri otot, atau pilek. Ternyata, hal ini senada dengan informasi yang dihimpun bahwa kerokan mampu meredakan sakit kepala, meringankan nyeri leher, mengurangi pembengkakan payudara, dan mengurangi rasa nyeri punggung bawah, serta mengatasi sindrom perimenopause (Hananti, 2022). Berdasarkan informasi tersebut, dapat dikatakan bahwa kerokan dapat menjadi terapi yang dapat dilakukan dengan pemijat atau praktisi akupunktur yang memiliki kompetensi untuk hal tersebut untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan (Hananti, 2022). Selain itu, hal lainnya yang harus diperhatikan adalah kebersihan alat untuk kerokan.
ADVERTISEMENT
Namun, jika kerokan bukan hanya satu-satunya alternatif untuk penyembuhan. Alternatif dari kerokan dengan tujuan yang hampir sama, namun banyak disarankan oleh dokter adalah mandi air hangat. Selain itu, mandi air hangat memproduksi uap yang dapat mencairkan lendir pada hidung saat flu (Edison, 2021). Selain itu, jika kondisi kesehatan dirasa memburuk, lebih baik Anda menghubungi dokter atau dokter yang dapat memberikan bimbingan dan nasehat medis yang lebih tepat. Mereka dapat menawarkan pengobatan yang lebih efektif berdasarkan gejala dan status kesehatan Anda.
Referensi:
A`yun, A. `Ulya `Alimah Q. (2022, December 1). Kerokan sebagai Pengobatan Alternatif Tradisional yang Masih Eksis | kumparan.com. Kumparan. https://kumparan.com/annisa-ulya-alimah-qurrota-ayun/kerokan-sebagai-pengobatan-alternatif-tradisional-yang-masih-eksis-1zMQHYzC4T2/1
Edison, L. (2021, April 4). Sains di Balik Kerokan. Kumparan. https://kumparan.com/lampu-edison/sains-di-balik-kerokan-1vUCi6nzvbu/4
ADVERTISEMENT
Hananti, A. (2022, March 8). Ketahui Manfaat dan Risiko Kerokan dari Sisi Medis. Alodokter. https://www.alodokter.com/ketahui-manfaat-dan-risiko-kerokan-dari-sisi-medis