Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Ternyata Sistem Navigasi Bukan Cuma GPS
26 April 2021 6:52 WIB
Tulisan dari Romanio Bahama Lazuardy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dahulu, selain menggunakan peta, para pelaut menggunakan posisi bintang untuk menentukan arah navigasinya saat berlayar. Pesatnya kemajuan teknologi penentuan posisi, membuat kegiatan navigasi semakin mudah. Tiap ponsel pintar pasti telah dilengkapi dengan GPS (Global Positioning System), sehingga tidak lagi repot-repot dalam menentukan arah yang akan kita tuju dalam berpergian.
ADVERTISEMENT
Tapi, apakah ada yang tahu GPS bukanlah satu-satunya sistem global yang mengatur tentang posisi maupun navigasi? GPS adalah salah satu sistem navigasi yang paling banyak diketahui dan digunakan oleh banyak orang. GPS ini merupakan besutan negara Paman Sam, alias Amerika. Adalah GNSS atau Global Navigation Satellite System yang merupakan sebuah sistem global berbasis satelit yang berfungsi untuk mendapatkan data posisi pada permukaan bumi.
Selain GPS, ada pula sistem navigasi lain yaitu GLONASS milik Rusia, Galileo milik Eropa, Beidou milik China, serta beberapa sistem GNSS yang masih dikembangkan seperti QZSS milik Jepang dan IRNSS milik India. Indonesia pun di sebagian besar wilayahnya telah dapat menerima sinyal dari berbagai sistem GNSS yang telah ada saat ini.
ADVERTISEMENT
Mengenal GNSS
Pada penjelasan sebelumnya, telah dibahas bahwa GNSS merupakan sistem satelit navigasi dan penentuan posisi yang dikembangkan oleh beberapa negara. Sistem ini memberikan informasi tentang posisi tiga dimensi ditambah informasi waktu yang akurat secara kontinyu dan simultan di seluruh dunia tanpa terganggu oleh cuaca.
Sistem kerja GNSS dengan cara satelit mengirimkan sinyal menuju antena penerima sekaligus mengirimkan navigation messages berupa garis bujur, garis lintang juga ketinggian dan sinyal waktu. Data tersebut dikirimkan menuju alat penerima yang berada di permukaan tanah atau biasa disebut receiver.
Jika pada kegiatan sehari-hari seperti kita mengatur lokasi ke suatu tempat di layar ponsel kita, lalu ingin mengetahui berapa lama waktu tempuh ke suatu tempat, atau bahkan pengemudi ojek daring yang sering kita temui, semua menggunakan data-data satelit yang diterima oleh receiver yaitu smartphone yang kita gunakan setiap hari.
ADVERTISEMENT
Perkembangan Sistem Navigasi di Indonesia
Kian waktu sistem GNSS semakin berkembang. Kini sistem GNSS sudah merujuk pada penggunaan secara kontinyu sehingga dapat mengirimkan data navigasi tanpa adanya interupsi. Hal tersebut dapat disebut CORS atau Continuously Operating Reference Station. Sedangkan di Indonesia sendiri terdapat Indonesia Continuously Operating Reference Station atau biasa disebut Ina-CORS.
Ina-CORS merupakan jaring kontrol geodesi aktif di Indonesia yang berupa stasiun GNSS permanen di permukaan bumi yang dilengkapi dengan alat perekam sinyal satelit GNSS, dan sistem komunikasi data. Stasiun tersebut dapat menerima sinyal dari satelit GNSS secara terus menerus selama 24 jam setiap hari dan bisa memberikan layanan koreksi posisi pada pengguna.
Dalam pelaksanaannya, Ina-CORS bisa dimanfaatkan oleh pengguna untuk berbagai tingkat kebutuhan seperti kegiatan survei dan pemetaan, penggunaan untuk layanan berbasis lokasi hingga kegiatan saintifik.
ADVERTISEMENT
Sejak awal tahun 2000-an, penggunaan Ina-CORS ini mulai meningkat di Indonesia dengan ditandainya banyak pihak yang mulai sadar akan kegunaan data Ina-CORS ini, salah satunya pada bencana alam Tsunami di Aceh. Data Ina-CORS ini berkontribusi dalam program pemerintah Indonesia Tsunami Early Warning System (Ina-TEWS).
Siapa Pengelola Data Ina-CORS?
Penyelenggaraan data Ina-CORS seperti pembangunan stasiun, pemeliharaan stasiun, pengelolaan stasiun, pengolahan data hingga penyebarluasan layanan stasiun dilakukan oleh Badan Informasi Geospasial (BIG). BIG merupakan suatu Lembaga Negara Non Kementerian yang berwenang dalam penyelenggaraan Informasi Geospasial Dasar sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011.
Sebelumnya, Badan Informasi Geospasial (BIG) bernama Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal). Perubahan nama yang telah disahkan pada tanggal 27 Desember 2011 melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia (Perpres) Nomor 94 Tahun 2011 ini juga menguatkan kebijakan nasional di bidang informasi geospasial.
ADVERTISEMENT
Dari seluruh stasiun Ina-CORS yang tersebar di seluruh Indonesia, semua data mengalir ke server BIG melalui komunikasi internet. Setelah data masuk ke server BIG, maka proses pemantauan kondisi stasiun Ina-CORS dapat dilakukan untuk memastikan seluruhnya berfungsi optimal. Stasiun yang mengalami kendala akan segera diperbaiki agar kembali berfungsi. Data yang dihasilkan di server BIG kemudian digunakan oleh pengguna sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Kegunaan Ina-CORS
Selain navigasi, Ina-CORS pun memiliki kegunaan lainnya, yaitu memelihara sistem referensi pemetaan nasional, mendukung percepatan survei dan pemetaan yang akurat, memberikan layanan survei pemetaan secara real time, percepatan pelaksanaan Kebijakan Satu Peta, berperan dalam percepatan reformasi agraria nasional, mendukung penegasan batas wilayah untuk batas daerah dan batas negara, mendukung penyusunan rencana tata ruang wilayah.
ADVERTISEMENT
Kemudian Ina-CORS pun berperan dalam dukungan kegiatan mitigasi kebencanaan (gempa bumi, tsunami, longsor, erupsi gunung api, penurunan muka tanah, dll), dan pemantauan deformasi atau perubahan bentuk dari kerak bumi.
Romanio Bahama Lazuardy
Pranata Humas Badan Informasi Geospasial