news-card-video
23 Ramadhan 1446 HMinggu, 23 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Panas Dingin di Tanah Para Nabi

Ronald Arafah
Abdi negara dalam misi yang tertunda.
12 November 2022 7:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ronald Arafah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Menyusuri salju dan gurun pasir di Yordania. (Foto: Dokumentasi pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Menyusuri salju dan gurun pasir di Yordania. (Foto: Dokumentasi pribadi)
ADVERTISEMENT
“Wah, lumayan panas ya udaranya. Ini kira-kira suhunya berapa Pak?” ujarku mencoba membuka percakapan dengan staf KBRI yang menjemput kami di Bandara Internasional Queen Alia. Dengan sigap beliau menjawab “Sekitar 35, Pak”, sambil menunjuk ke layar di dasbor mobil yang kami tumpangi. “Berarti masih bisa lebih tinggi ya Pak?”, lanjutku. Beliau melirik sekilas sambil tersenyum tipis dan berkata “Ya bisa dibilang ini sudah puncaknya Pak. Di Amman jarang suhunya melebihi ini”.
ADVERTISEMENT
Sepenggal percakapan ringan di perjalanan dari Bandara menuju Amman pada sore di awal Agustus 2017 itu masih melekat di benakku. Ketibaan kami sekeluarga di Yordania mengawali tiga tahun penugasanku di KBRI Amman. Di saat yang sama kami berkenalan dengan negara yang dijuluki sebagai negerinya para Nabi. Julukan tersebut bukan tanpa alasan. Berdasarkan catatan sejarah serta kepercayaan Islam dan Kristiani, beberapa Nabi dan Rasul pernah menjejakkan kaki bahkan menetap atau dimakamkan di negara ini.
Kami datang tepat di pertengahan musim panas. Dari hasil bertanya ke "Mbah Gugel" dan cerita dari rekan-rekan sejawat, kami sebelumnya sudah tahu bahwa negara ini memiliki empat musim seperti di negara-negara eropa sana. Sebagai “anak tropis” kami cukup antusias ingin merasakan seperti apa rasanya iklim empat musim, tapi di negara Arab.
ADVERTISEMENT
Berkah gurun pasir
Sebagai bagian dari Jazirah Arab, Yordania masih memiliki fitur khas berupa gurun pasir. Di daerah selatan, terhampar gurun Wadi Rum yang membentang hingga perbatasan dengan Arab Saudi. Namun berbeda dengan gurun pada umumnya, Wadi Rum yang terbentuk dari dasar laut purba jutaan tahun lalu, memiliki tampilan gurun dan bukit-bukit yang unik dan berwarna kemerahan ala Planet Mars. Sederetan film Hollywood menjadikan lokasi ini sebagai tempat pengambilan gambar. Sebut saja Dune (2021), Star Wars (2016 & 2019), The Martian (2015), Transformers (2009), hingga Lawrence of Arabia (1962), dan masih banyak lainnya.
Gurun pasir Wadi Rum yang sering disebut "Mars di Bumi". (Foto: Dokumentasi pribadi)
Meski memiliki gurun pasir dan berada di kawasan Arab, negara ini tidak identik dengan udara yang panas berkepanjangan. Posisi geografisnya yang sudah berada di zona Subtropis, didukung oleh topografi Yordania yang sebagian besar terdiri atas dataran tinggi, membuat musim panas di negara ini tidak begitu menyiksa. Pengalaman kami tinggal di Amman selama tiga tahun, suhu tertinggi di musim panas berkisar antara 30-33 C saja. Puncak musim panas biasanya terjadi di bulan Juli atau Agustus.
ADVERTISEMENT
Suasana Wadi Rum yang sering dijadikan lokasi syuting film Hollywood. (Foto: Dokumentasi pribadi)
Dingin sampai bersalju
Menjelang akhir Oktober hingga memasuki November, Yordania memasuki musim gugur. Kita akan disuguhi pemandangan pohon-pohon yang menggugurkan daun dan ranting-ranting yang meranggas di sepanjang jalan. Suhu udara mulai turun drastis hingga di bawah 10 derajat celcius. Akhir Desember hingga Januari suhu udara mendekati nol, khususnya di waktu malam.
Pemadangan saat salju mulai turun di sudut kota Amman. (Foto: Dokumentasi pribadi)
Puncak musim dingin biasanya akan terjadi antara pertengahan Januari hingga awal Februari. Biasanya salju akan turun di minggu ketiga atau keempat bulan Januari, saat suhu udara sudah di bawah nol derajat. Meskipun tidak tiap tahun salju mencapai kota Amman, tahun 2019 akhirnya kami sekeluarga membuktikan bahwa kehadiran salju di tanah arab bukanlah hal yang aneh atau fenomenal.
Al Hussein Public Park di kota Amman, saat puncak musim dingin. (Foto: Dokumentasi pribadi)
Tanda akhir zaman?
ADVERTISEMENT
Kalau bicara soal turunnya salju di wilayah Arab, seringkali kita dihadapkan pada pemberitaan viral yang mengaitkan fenomena ini dengan tanda akhir zaman. Sebagai seorang muslim, saya mengimani hari akhir dan tanda-tanda yang mendahuluinya. Namun saat tinggal di Yordania, saya menyadari bahwa turunnya salju adalah fenomena yang normal dan biasa bagi masyarakat setempat. Wilayah Syam atau Levant yang mencakup Yordania, Syiria, Lebanon, dan Palestina, sejak lama sudah rutin dikunjungi salju.
Kesimpulannya, tidak selamanya Timur Tengah dan kawasan Arab identik dengan udara yang panas dan terik. Buktinya, di tanah para nabi pun kita bisa merasakan panas dingin. Bukan panas dingin karena demam tentunya, tapi panas dan dingin suhu udara karena iklim yang unik. Jika tertarik merasakan pengalaman ini, atau menyaksikan sendiri kontradiksi gurun pasir dan dinginnya salju di Jazirah Arab, berkunjung ke Yordania adalah salah satu pilihan menarik.
ADVERTISEMENT