Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
28 Ramadhan 1446 HJumat, 28 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
"Speed", AKDP air ala Kaltara
31 Oktober 2022 8:50 WIB
Tulisan dari Ronald Arafah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Siapa yang tak kenal istilah Bus AKDP (Antar Kota Dalam Provinsi) atau saudaranya yaitu Bus AKAP (Antar Kota Antar Provinsi)? Pengguna setia moda transportasi umum tentunya sudah familiar dengan istilah di atas.
ADVERTISEMENT
Saat duduk di bangku sekolah dasar, liburan sekolah setelah pembagian rapor merupakan saat yang saya nantikan. Libur panjang berarti kami mendapatkan kesempatan untuk pulang kampung atau sekadar jalan-jalan ke luar kota, tentunya menggunakan bus AKDP.
Ini mungkin pengalaman umum bagi anak-anak seusia saya kala itu. Namun pengalaman baru yang tidak umum, baru saja saya rasakan saat mendapatkan kesempatan kunjungan kerja ke Kalimantan Utara.
Saya cukup antusias saat membaca jadwal kegiatan dan melihat rencana perjalanan dari Ibu kota Provinsi di Tanjung Selor menuju Pulau Sebatik. Yang membuat saya penasaran, perjalanan selama kurang lebih 3-4 jam akan ditempuh menggunakan speed boat.
Ungkapan bahwa sungai itu bagaikan jalan raya atau bahkan jalan tol di Kalimantan memang sudah pernah saya dengar sebelumnya. Namun saat berkunjung ke Kaltara, saya baru memahami apa maksudnya.
ADVERTISEMENT
Speed boat atau biasa disingkat “speed” oleh masyarakat setempat, merupakan pengganti Bus AKDP yang lumrah dijumpai di pulau-pulau lain. Karena kondisi alamnya yang memiliki banyak sungai-sungai besar, transportasi air merupakan pilihan rasional untuk perjalanan antar kota bahkan antar provinsi di Kalimantan. Apalagi di Kaltara, di mana rute jalan darat yang tersedia masih belum memadai.
Armada AKDP air dari Tanjung Selor melayani rute ke kota dan pulau lain di Kaltara seperti Tarakan, Sebatik, dan Nunukan. Dari Dermaga Kayan 2, saya dan rombongan bertolak sekitar pukul 13.50 menggunakan Speed boat eksekutif layaknya bus full AC yang dilengkapi toilet, reclining seats, dan sebuah televisi sebagai sarana hiburan di perjalanan. Bedanya dengan Bus, speed boat yang kami tumpangi menyediakan jaket pelampung untuk semua penumpang.
Sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan pinggiran sungai yang masih rimbun dipenuhi pepohonan dan sesekali diselingi dermaga-dermaga kecil dekat pemukiman penduduk. Setelah sekitar satu setengah jam menyusuri sungai Kayan yang lebarnya bagaikan jalan tol delapan jalur, “speed” yang kami tumpangi melewati muara sungai dan melanjutkan perjalanan via laut. Pemandangan berganti menjadi jajaran pulau-pulau kecil yang berbaris mengawal perjalanan kami hingga tiba di dermaga Pulau Sebatik sekitar pukul 17.40.
Meskipun sepanjang perjalanan diwarnai guncangan keras karena speed boat melaju kencang saat memecah ombak, antusiasme saya tidak pernah berkurang. Guncangan Bus AKDP saat melewati jalan darat yang berlubang atau turbulensi pesawat terbang saat cuaca buruk justru terasa lebih berat.
ADVERTISEMENT
Dari pengalaman pertama menjajal AKDP air di Kaltara, saya memahami bahwa Bus yang harus digantikan “speed” dan jalan raya yang harus digantikan sungai, bukan melambangkan ketertinggalan. Moda transportasi ini justru menunjukkan kearifan lokal dalam memanfaatkan potensi yang dimiliki, di tengah keterbatasan yang dihadapi.