Why Am I Always Taller than Everyone?

Ronaldo Sitepu
SATRIA-MUDA #15 and I belong to Jesus!! "You only live once, but if you do it right, once is enough."
Konten dari Pengguna
7 Februari 2017 18:52 WIB
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ronaldo Sitepu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ronaldo Sitepi (Foto: Herun Ricky/kumparan)
Pernah nggak kamu jadi pusat perhatian orang-orang di sekitar kamu?
ADVERTISEMENT
Atau dianggap aneh dengan orang-orang di sekitar kamu?
Kalau saya? Sering. Sering banget malah.
Bukan, saya bukan suka cari perhatian atau bertingkah aneh-aneh. Seringkali orang memerhatikan saya karena tinggi badan saya. Nggak jarang kok orang-orang liatin saya sambil bilang, "Ih tinggi, tinggi, serem banget."
Saya sih cuek aja — sekarang. Kalau dulu, saat masih bocah cukup banyak pengalaman pahit yang harus saya lalui.
Lebih tinggi dari sebagian besar orang Indonesia (Foto: Pribadi Ronaldo Sitepu)
Ya, saya memang memiliki tinggi badan yang mungkin di atas rata-rata (untuk orang Indonesia). Kelebihan tinggi badan ini mungkin memang sudah terlihat dari saat pertama kali saya dilahirkan. Jika rata-rata bayi baru lahir memiliki berat 3kg dan panjang sekitar 45cm, saya mungkin terhitung lebih besar dibanding bayi lain dengan panjang sekitar 55cm dan berat 4,6 kg.
ADVERTISEMENT
Seiring bertambah usia, pertambahan tinggi saya juga semakin menjadi. Saat SMP saja, tinggi badan saya sudah mencapai 170an cm, walaupun ada anak perempuan yang lebih tinggi daripada saya saat itu (mungkin dia juga menjadi pusat perhatian seperti saya), tetap saja tinggi badan saya ada di atas rata-rata, yang di mana terkadang membuat saya kurang percaya diri kala itu.
Ada satu pengalaman yang ngebekas banget sampai sekarang.
Jadi pas SMP itu, saya pernah nganter mama ke pasar di Bogor, tiba-tiba ada pedagang itu berkomentar yang kurang enak tentang tinggi badan saya.
Mendengar ejekan itu, mama saya pun langsung membela saya. Dia tahu saya sedih, jadi berusaha menghibur. Salah satu katanya yang menghibur saya, yaitu, "Nah, ga semua orang bisa se-tinggi kamu. Kamu pernah ngerasain se-tinggi mereka, tapi mereka nggak pernah ngerasain se-tinggi kamu."
ADVERTISEMENT
Masuk SM, dan Merasa 'Normal'
Orang-orang sering beranggapan tinggi badan saya yang di atas rata-rata ini menjadi alasan saya bermain basket. Padahal saya sudah memainkan olahraga yang satu ini sejak saya SD.
Kenapa basket? Karena olahraga ini adalah challenge buat saya.
Kalau saya hari ini bermain, namun berulang kali gagal memasukkan bola, maka saat main berikutnya harus bisa!
Ditambah lagi basket itu dimainkan berlima dalam satu tim, selain harus bekerjasama, kita juga berkompetisi satu sama lain secara sehat untuk memasukan bola ke jaring.
Dari permainan basket juga teman saya bertambah. Semakin lama saya semakin menyukai permainan ini.
Jadi, pada dasarnya saya memang suka dengan permainan ini, tinggi badan tidak ada kaitannya.
ADVERTISEMENT
Sampai tahun 2006 akhirnya kesempatan besar itu datang. Setelah di tahun sebelumnya sempat mengikuti seleksi untuk bermain di Perbanas, Satria Muda Britama (saat itu belum disponsori Pertamina) merekrut saya.
Di Satria Muda (SM) inilah saya baru merasa 'normal'. Yah, selayaknya tim basket lainnya, para pemain di SM ini tinggi badannya rata-rata diatas 185cm. Jadi jika biasa orang-orang heran melihat tubuh saya (dan mungkin rekan-rekan satu tim yang lain) yang tinggi, di sini kami malah merasa aneh melihat rekan-rekan yang tidak setinggi kami.
Christian Ronaldo Sitepu (Foto: Dok: Satria Muda Pertamina Jakarta)
Setelah masuk ke dunia basket ini juga saya baru merasakan benefit dari tinggi badan saya ini. Walaupun karena tinggi badan kayak gini kalau tidur di mess jadi terasa sempit dan jadi susah cari ukuran baju di Indonesia. Tapi saya menikmati hari-hari itu bersama teman-teman di SM.
ADVERTISEMENT
Saya juga menjadikan masalah tinggi badan ini untuk memotivasi diri sendiri dengan seringkali berkata pada diri sendiri,
Seiring berjalannya waktu, bahkan, saya merasa orang-orang yang tadinya melihat saya aneh malah mulai kagum dan malah bertanya-tanya, "Anak saya biar jadi seperti Dodo (berbadan tinggi) gimana, ya, caranya?"
Kalau menanggapi pertanyaan seperti ini sih, biasanya saya punya dua jawaban, yang pertama makan yang banyak dan diimbangi dengan olahraga.
Dan yang kedua buat anak-anak di Indonesia, kayaknya tas yang dibawa ke sekolah harus mulai dikurangi bebannya. Tas yang terlalu berat ini bisa berpengaruh lho ke bentuk badan.
ADVERTISEMENT
Jadi, buat kamu yang mungkin kurang percaya diri karena bentuk fisikmu, jangan berkecil hati. Belajar dari pengalaman saya, 'kelebihan' tersebut ternyata adalah gift yang terlambat saya syukuri dan sekarang saya merasa beruntung karenanya.