Fakta Geologis Menarik Gunung Api Karangetang: Berstatus Waspada

Roni Marudut Situmorang (Geologi Gunung Api)
Mempercepat Edukasi Vulkanologi di Indonesia - Master Student of Geology Engineering (UGM) - Bachelor of Geography Education (UNY) - SMA N 1 Martapura - Indonesia
Konten dari Pengguna
12 Mei 2021 18:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Roni Marudut Situmorang (Geologi Gunung Api) tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Sejarah, Geologi dan Aktivitas Terkini Gunung Karangetang

ADVERTISEMENT
Halo Sobat Gunung, tidak terasa ya besok sudah lebaran. Hari ini kita akan bahas Gunung Karangetang, salah satu gunung api aktif yang ada di Kepulauan Sangihe, tepatnya di Pulau Siau. Gunung api Karangetang yang secara administratif masuk dalam Kabupaten Siau Tagulandang Biaro, Provinsi Sulawesi Utara. Adapun Gunung api Karangetang memiliki lima kawah loh Sobat Gunung, Kelima kawah tersebut pernah aktif dan tercatat dalam sejarah pengamatan Gunung api Karangetang. Lima Kawah Gunung Karangetang tersebut yaitu Kawah Utama (Kawah I), Kawah II, Kawah III Kawah IV, Kawah V. Selain itu, ada kawah baru yang terbentuk juga loh. Mari kita simak fakta sejarah menariknya ya Sobat Gunung!
Persebaran Gunung Api Kepulauan Sangihe, Oleh Roni Marudut Situmorang 2021
Sejarah pengamatan Gunung Karangetang telah mencatat sebanyak 58 periode erupsi dimulai sejak tahun 1675 hingga sekarang. Adapun erupsi pertama Gunung api Karangetang pada tahun 1675 terjadi pada Kawah Utama atau Kawah I. Sepanjang sejarah periode erupsi Gunung Karangetang, keluarnya magma didominasi dari Kawah I Gunung Karangetang.
Gunung Karangetang Foto dari Timur Laut Dok. Google Earth Pro
Erupsi dari Kawah Utama Gunung Karangetang terjadi pada tahun 1675, 1712, 1825 dan 1864. Pada tahun 25-26 Agustus 1883, ketika erupsi eksplosif normal terjadi di Kawah Utama, diduga pada saat itu terbentuk Kawah II. Tiga tahun berselang, tepatnya pada tahun 1886 terjadi peningkatan aktivitas Gunung Karangetang, dan diikuti dengan pembentukan Kawah III. Empat periode erupsi selanjutnya keluar dari Kawah Utama, yaitu pada tahun 1887, 1892, 1899, 1900, dan 1905.
ADVERTISEMENT
16 tahun berselang, tepatnya pada bulan Maret-Juni 1921 terjadi erupsi Gunung Karangetang di Kawah 5. Setahun kemudian, pada tanggal 14 Agustus 1922, erupsi dari Kawah IV yang mengeluarkan abu dan bom-bom vulkanik, yang jatuh di sekeliling kawah. Kawah IV merupakan danau kawah dengan suhu air 80°C dan berbau belerang.
Foto Tertua Gunung Karangetang oleh M. Pantauw, 1961. Publikasi Kusumadinata 1979
Pada tahun 1924 dan 1926 terjadi erupsi di Kawah Utama dengan Skala VEI 2. Empat tahun kemudian, tepatnya 4-6 Februari 1930 terjadi erupsi di Kawah IV. Erupsi Kawah Utama tanggal 20 Juni-23 Agustus 1940 merupakan erupsi yang menelan satu korban jiwa, dua orang luka-luka dan ratusan pohon kelapa musnah.
Peristiwa menarik terjadi pada periode erupsi 16 Februari sampai 30 Juni 1952, ketika itu erupsi Gunung Karangetang berskala VEI 2 terjadi di tiga Kawah, yaitu Kawah I, II dan III. Erupsi tanggal 29 Januari-16 Desember 1963 merupakan salah satu periode erupsi yang merusak. Tepatnya, tanggal 13 Desember 1963, terjadi lahar dingin akibat hujan lebat di puncak, lahar dingin yang mengalir ke wilayah Ulu dan Tarorane mengakibatkan jalan rusak, 5 rumah hancur dan 5 rumah rusak.
ADVERTISEMENT
Tanggal 11-23 Februari 1974, di malam hari tampak sinar api dan semburan lava pijar keluar dari Kawah Utama. Terjadi leleran lava ke arah selatan dan barat daya sejauh 1 km. Kubah lava di Kawah Utama di perkirakan mencapai 12 juta m3. Hingga bulan April 1974 hampir setiap hari terjadi gempa tektonik (terasa), yang menyebabkan kerusakan bangunan, tanah longsor dan 3 korban jiwa.
Foto Desa Ulu tahun 1973 tenggara Gunung Karangetang, Ruska Hadian Direktorat Vulkanologi
Pada tahun 1976 terjadi erupsi samping (Arah Selatan ketinggian 1100 m) dan kawah utama yang menyebabkan 1 korban jiwa dan 1 orang luka-luka. Kronologinya terjadi pada tanggal 17 September 1976, ketika itu terjadi erupsi kecil dari wilayah samping, tepatnya 300 meter bagian selatan dari lubang erupsi kawah puncak, yang diikuti dengan leleran lava dan alirannya bersatu dengan aliran lava tanggal 15 dari kawah puncak. aliran lava tersebut berhenti pada 23 Oktober 1976, mencapai panjang 7 km dari pusat erupsi. Korban peristiwa tersebut dikarenakan tersembur awan panas longsoran lava pijar pada waktu menonton lava yang sedang mengalir pada malam hari.
ADVERTISEMENT
Erupsi tahun 1992, tepatnya pada bulan Mei, terjadi leleran lava ke Kali Beha Timur yang disertai awan panas guguran, yang mengakibatkan enam korban jiwa dan satu orang mengalami luka bakar. Kemudian, pada 17 April 1997, terjadi erupsi abu yang disertai strombolian dan leleran lava ke arah Kali Bahembang berlangsung hingga akhir Juni, panjang leleran lava mencapai 3.400 m. Peristiwa tersebut mengakibatkan 3 orang penduduk desa Dame meninggal diterjang awan panas guguran.
Aliran Lava 2007 Gunung Karangetang, Jangan terlalu dekat bahaya, Iyan Mulyana, 2007 Dok. PVMBG
Pada abad ke-21 walaupun terdapat erupsi Skala 3 pada 6 Agustus-16 Desember 2010, syukurnya korban jiwa sudah tidak ada lagi. Hal ini tentunya berkat koordinasi semua pihak dan juga masyarakat yang selalu setia mengikuti rekomendasi BPBD dan Direktorat Vulkanologi. Pada abad ke-21 saja Gunung Karangetang mengalami 10 periode erupsi, yaitu pada periode erupsi 2004-2005, 2006-2007, 2008-Maret 2010, 6 Agustus-16 Desember 2010, 2011, 2012-2013, 2014, Februari 2018 dan November 2018-sekarang. Sekarang ini, Gunung Karangetang sedang mengalami periode erupsi yang berlangsung dari tanggal 25 November 2018 dan masih berlangsung hingga sekarang (12 Mei 2021).
Puncak Gunung Karangetang dari arah tenggara Daerah Ulu Tanggal 17 Nov 2017
Dari Catatan Sejarah Gunung Karangetang dapat disimpulkan bahwa masa istirahat Gunung Api Karangetang sangat singkat, berlangsung beberapa bulan kemudian meningkat kembali. Pada umumnya kegiatan dimulai dengan erupsi abu dan biasanya berlangsung 2 atau 3 bulan. Kegiatan berlanjut berupa erupsi magmatik (eksplosif) diikuti dengan aliran lava (efusif). Dalam beberapa kasus, efusif biasa juga terjadi tanpa didahului oleh eksplosif.
Gunung Karangetang dari Jarak 1 km laut Utara 16 Mei 2018, Dok Google Earth Pro
Erupsi eksplosif Gunung Karangetang terkadang diikuti oleh awanpanas, tetapi yang sering terjadi ketika aliran lava keluar selalu menimbulkan awanpanas guguran. Awanpanas tersebut terjadi akibat menumpuknya lava di suatu titik atau di ujung aliran dan akhirnya rubuh karena faktor gravitasi. Berbeda dengan kejadian awanpanas guguran di Gunungapi Merapi yang terjadi dari kubah yang runtuh. Lava di Gunungapi Karangetang hampir selalu mengalir meskipun suatu ketika sebagian membangun kubah. Salah satu ciri khas Gunungapi Karangetang yang patut dicatat, adalah peran gempa tektonik (lokal) sangat besar dalam menunjang terjadinya suatu erupsi.
ADVERTISEMENT
Geologi Gunung Karangetang
Gunung api Karangetang memiliki ketinggian 5896 kaki atau 1797 mdpal. Gunung api Karangetang termasuk tipe Strato dengan tatanan tektonik zona subduksi. Material yang keluar dari erupsi Gunung Karangetang berupa batuan andesit hingga basaltik andesit dan basalt hingga pikro-basalt.
Puncak Gunung api Karangetang dari Citra Satelit 2021, terlihat Kawah I (Kawah Utama) Mengeluarkan Kolom Asap Skala 1:2000
Secara garis besar, kawah Gunungapi Karangetang menempati puncak dan lereng bagian utara dan selatan yang membentuk satu garis lurus. Berdasarkan Peta Topografi Puncak yang dibuat oleh S. Harto (1962), terdapat 5 (lima) kawah. Tiga kawah mengambil tempat di bagian utara, yaitu Kawah II (KII), Kawah III (KIII), dan Kawah V (KV), serta dua lainnya di bagian selatan, yaitu Kawah Utama (KI) dan Kawah IV (KIV) yang berada di dalam kompleks Kawah Utama.
ADVERTISEMENT
Pada Tahun 1979 terbentuk kawah baru di lereng utara dekat Desa Batubulan. Semula lokasi tersebut hanya berupa lubang solfatara, kemudian terjadi longsoran akibat gempabumi tektonik. Lubang tersebut melebar dan bertambah dalam serta berasap putih tebal sehingga menyerupai kawah dan kemudian dikenal dengan Kawah Batubulan. Namun demikian, sampai sekarang belum pernah menjadi titik erupsi.
Peta Topografi Puncak Gunungapi Karangetang tahun 1962
Beberapa kawah tersebut di atas hanya menjadi pusat erupsi dalam satu atau beberapa kali periode kemudian tidak aktif lagi atau tertutup oleh lava. Peta topografi puncak dan lereng selatan Gunungapi Karangetang yang dibuat dalam tahun 1979 memperlihatkan hanya 2 (dua) kawah, yaitu Kawah Utama (KI) di sisi selatan dan Kawah II (KII) di sisi utara.
Pada tahun 1993 terbentuk kubah lava di dalam Kawah II tetapi tidak menutupi secara keseluruhan permukaan kawah, sehingga keberadaannya sebagai kawah tetap terlihat dan pada kenyataannya masih aktif.
ADVERTISEMENT
Pada Juli 2001, pasca erupsi 25 Juni 2001 juga terbentuk kubah lava di dinding selatan Kawah Utama atau menutupi Kawah IV yang berada pada sudut selatan dalam kompleks Kawah Utama. Agar mudah diingat, maka kedua kawah yang tersisa dan masih aktif tersebut dinamai Kawah Selatan (Kawah Utama, KI) dan Kawah Utara (KII) sesuai posisinya di puncak.
Kawasan Rawan Bencana dan Aktivitas Terkini Gunung Karangetang
Peta KRB Gunung Karangetang, Dok. Magma Indonesia, PVMBG 2021
Kawasan Rawan Bencana Gunung Karangetang terbagi menjadi tiga kawasan, yaitu:
1. Kawasan Rawan Bencana III, ditandai dengan warna merah transparan yang mengarah ke tenggara, barat hingga utara. KRB III Gunung Karangetang merupakan kawasan yang sering terlanda aliran awan panas, guguran batu pijar, aliran lava, dan aliran lahar;
ADVERTISEMENT
2. Kawasan Rawan Bencana II, ditandai dengan warna merah jambu transparan lebih melebar dari sebaran KRB III. KRB II Gunung Karangetang merupakan kawasan yang berpotensi terlanda aliran lava, aliran lahar, dan aliran awan panas, dan;
3. Kawasan Rawan Bencana I, ditandai dengan warna kuning transparan meliputi sungai yang berhulu dari Gunung Karangetang. KRB I lebih mengarah ke arah barat daya melalui aliran sungai yang ada. KRB I Gunung Karangetang merupakan kawasan yang berpotensi terlanda aliran lahar hujan.
Visual Gunung Api Karangetang 2021, DOk. PVMBG 2021
Gunung api Karangetang sekarang ini dalam status waspada. PVMBG merekomendasikan agar masyarakat dan wisatawan tidak mendekati, tidak melakukan pendakian dan tidak beraktivitas di dalam zona prakiraan bahaya yaitu radius 1.5 km dari puncak Kawah Dua (Kawah Utara) dan Kawah Utama (selatan) serta area perluasan sektoral ke arah Barat sejauh 2.5 km serta sepanjang kali Malebuhe.
Pesisir Timur Pulau Siau menghadap ke arah dua pulau di Timur, 2 Juni 2018 Dok. Google Earth Pro
PVMBG juga menyarankan agar masyarakat mewaspadai guguran lava dan awan panas guguran yang dapat terjadi sewaktu-waktu dari penumpukan material lava sebelumnya karena kondisinya belum stabil dan mudah runtuh, terutama ke sektor selatan, tenggara, barat dan barat daya. Masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai-sungai yang berhulu dari puncak Gunung Karangetang agar meningkatkan kesiapsiagaan dari potensi ancaman lahar hujan dan banjir bandang yang dapat mengalir hingga ke pantai.
ADVERTISEMENT
Terima Kasih Buat Sobat Gunung yang Sudah Membaca yaa Selamat Memperingati Hari Raya Idul Fitri ya Sobat Gunung.
ADVERTISEMENT
Referensi
Manalu L, 1986. G Karangetang. Bull Volc Surv Indonesia, 109: 1-48.
Morrice M G, Jezek P A, Gill J B, Whitford D J, Monoarfa M, 1983. An introduction to the Sangihe arc: volcanism accompanying arc-arc collision in the Molucca Sea, Indonesia. J. Volcanol. Geotherm. Res., 19: 135-165.
Neumann van Padang M, 1951. Indonesia. Catalog of Active Volcanoes of the World and Solfatara Fields, Rome: IAVCEI, 1: 1-271.
PVMBG, 2014. Gunung Karangetang. Sumber URL: https://vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/data-dasar-gunungapi/490-g-karangetang
PVMBG, 2021. Magma Indonesia: Laporan Aktivitas Gunung Karangetang. Sumber URL: https://magma.esdm.go.id/v1/gunung-api/laporan/161673?signature=a2cbc81eedc86ad58d2a75b51be2ac52c42b337350ebbe57e56c8c4c749eac9c
Volcanological Survey of Indonesia, 1986. Annual report of the Volcanological Survey 1984-1985. Bull Volc Surv Indonesia, no 113.
ADVERTISEMENT