Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Fakta Geologis Menarik Gunung Rinjani
20 April 2021 20:36 WIB
Tulisan dari Roni Marudut Situmorang (Geologi Gunung Api) tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Haloo Sobat Gunung !
ADVERTISEMENT
Siapa yang tidak mendambakan mendaki salah satu gunung tereksotis dan gunung tertinggi kedua di Indonesia ini. Benar saja Gunung Rinjani merupakan gunung dengan ketinggian 12.224 kaki, atau setara dengan ketinggian 3.726 meter di atas permukaan laut (mdpl), memiliki total pengunjung 22.719 orang pada tahun 2020. Wow pada saat pandemi saja bisa sebanyak itu ya sobat. Kini Gunung Rinjani kembali dibuka sejak tanggal 1 April 2021. Nah, simak beberapa fakta menarik Gunung Rinjani di bawah ini yang belum kamu ketahui.
Gunung Rinjani (3726 mdpl) merupakan tipe Gunung Stratovulkanik, yang memiliki kaldera terbesar ketiga di Indonesia setelah Kaldera Tengger (Keliling 46 km) dan Kaldera Tambora (Keliling 37 km). Sama seperti Gunung dengan kaldera lainnya, di pusat kaldera Gunung Rinjani masih terdapat Kerucut Piroklastik. Kerucut piroklastik di Gunung Rinjani bernama Gunung Barujari, kerucut inilah pusat dari erupsi Gunung Rinjani di masa sekarang.
Kerucut piroklastik Barujari, Hasil pasca kaldera yang paling menonjol di gunung api Rinjani terbentuk di ujung timur Kaldera Segara Anak yang berbentuk oval. Pemandangan 1993 (lihat Gambar di atas) diambil dari tepi kaldera Tenggara menunjukkan semenanjung di sebelah kanan yang dibentuk oleh aliran lava dari material gunung api yang memasuki danau kaldera pada tahun 1944 serta aliran lava di sisi kiri Barujari yang mengalir ke utara dan selatan ke danau selama Letusan tahun 1966.
ADVERTISEMENT
Gunung Rinjani dulunya dinamakan Gunung Samalas. Gunung Samalas ini berakhir ketika erupsi kira-kira pada tanggal 1 Juli 1257, ± 90 hari. sebelum lokasi erupsi diketahui, pemeriksaan ice core di seluruh dunia telah menemukan tingginya pengendapan sulfat sekitar tahun 1257, hal inilah yang memberikan bukti kuat bahwa letusan gunung berapi besar telah terjadi di suatu tempat di dunia. Bukti selanjutnya dilakukan menggunakan sampel batuan endapan piroklastik yang tersebar di utara hingga selatan pulau Lombok.
Sejarah Pengamatan Gunung Rinjani mencatat aktivitas erupsi pertama pada tanggal 10 September 1846 dengan VEI 2. Sejarah Gunung Api Rinjani mencatat telah terjadi erupsi sebanyak 21 kali selama kala Holosen. Dalam Kaldera Gunung Rinjani terdapat kerucut piroklastik yang sudah mengalami 18 kali erupsi dalam sejarah pengamatan. Sedangkan Puncak Rinjani sekarang tercatat pernah erupsi sekali pada Sejarah Pengamatan pada tanggal 4 November 1915. Adapun Sejarah tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah :
Tatanan tektonik dari Gunung Rinjani yaitu Subduksi pada Lempeng Benua (>25 km), hal ini menyebabkan tipe batuan Mayor lebih ke arah batuan beku Intermediate, yaitu Andesit hingga Basaltik Andesit, Basalt hingga Picro-basalt, Trasibasalt hingga Tephrite Basanite dan Dasit. Namun, Terdapat tipe batuan minor yang ditemukan dalam bentuk riolit (Batuan Beku Asam). Batuan beku riolit jarang ditemukan di zona subduksi, hal ini lah yang meyakinkan geosaintis bahwa Gunung Rinjani dapat erupsi besar lagi jika suatu saat ditemukan material batuan riolit yang banyak. Namun perlu adanya pengamatan visual, geokimia, seismik dan deformasi untuk menentukan prakiraan erupsi di masa yang akan datang.
Glosarium
ADVERTISEMENT
VEI singkatan dari Volcanic Explosivity Index adalah ukuran relatif dari letusan gunung berapi.
Sampling ice core adalah pengambilan sampel inti yang biasanya dikeluarkan dari lapisan es atau gletser pegunungan tinggi. Dalam inti es, lapisan vulkanik kadang-kadang dapat diidentifikasi oleh partikel abu vulkanik (tephra), tetapi lebih sering lapisan tersebut hanya mengandung konsentrasi asam yang terlihat di inti es terutama sebagai sulfat dan terkadang fluorida.
Holosen adalah kala dalam skala waktu geologi yang berlangsung mulai sekitar 10.000 tahun radiokarbon, atau kurang lebih 11.430 ± 130 tahun kalender yang lalu (antara 9560 hingga 9300 SM).
Referensi
Foden, J. D. (1983). The petrology of the calcalkaline lavas of Rindjani volcano, east Sunda arc: a model for island arc petrogenesis. Journal of Petrology, 24(1), 98-130.
ADVERTISEMENT
Global Volcanism Program. (2013). Rinjani (264030) in Volcanoes of the World, v. 4.9.4 (17 Mar 2021). Venzke, E (ed.). Smithsonian Institution.
Kusumadinata, K., Hadian, R., Hamidi, S., & Reksowirogo, L. D. (1979). Data dasar gunungapi Indonesia. Direktorat Vulkanologi, Bandung, 820.
Lavigne, F., Degeai, J. P., Komorowski, J. C., Guillet, S., Robert, V., Lahitte, P., ... & de Belizal, E. (2013). Source of the great AD 1257 mystery eruption unveiled, Samalas volcano, Rinjani Volcanic Complex, Indonesia. Proceedings of the National Academy of Sciences, 110(42), 16742-16747.
Neumann van Padang, M. (1951). Indonesia: Catalogue of active volcanoes of the world. IAVCEI, 1, 1-271.
Varne, R., & Foden, J. D. (1986). Geochemical and isotopic systematics of eastern Sunda arc volcanics: implications for mantle sources and mantle mixing processes. In Developments in Geotectonics (Vol. 21, pp. 159-189). Elsevier.
ADVERTISEMENT