Konten dari Pengguna

Fakta Gunung Paling Utara Indonesia: Sejarah Gunung Awu Telan 7.377 Korban Jiwa

Roni Marudut Situmorang (Geologi Gunung Api)
Mempercepat Edukasi Vulkanologi di Indonesia - Master Student of Geology Engineering (UGM) - Bachelor of Geography Education (UNY) - SMA N 1 Martapura - Indonesia
2 Mei 2021 16:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Roni Marudut Situmorang (Geologi Gunung Api) tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Selamat Memperingati Hardiknas Sobat Gunung!

ADVERTISEMENT
Kepulauan Sangihe merupakan salah satu busur kepulauan di Provinsi Sulawesi Utara. Sobat Gunung harus tahu bahwa Kepulauan Sangihe merupakan busur Gunung api paling utara di Indonesia. Busur Gunung api Pulau Sulawesi meliputi daerah tektonik busur Vulkanik Minahasa hingga Sangihe. Kepulauan Sangihe memiliki empat Gunung Api kala Holosen dan lima Gunung Api kala Pleistosen. Bagaimanakah persebarannya?
Persebaran Gunung Kepulauan Sangihe (Fitur 1 merupakan Gunung api Holosen, Fitur 2 merupakan Gunung api Pleistosen), Oleh Roni Marudut Situmorang 2021
zoom-in-whitePerbesar
Persebaran Gunung Kepulauan Sangihe (Fitur 1 merupakan Gunung api Holosen, Fitur 2 merupakan Gunung api Pleistosen), Oleh Roni Marudut Situmorang 2021
Kala Pleistosen dan kala Holosen merupakan dua kala yang termasuk dalam Skala Waktu Geologi periode kuarter. Periode Kuarter merupakan periode terakhir dari ketiga periode di era Kenozoikum. Kala Pleistosen, kala tertua di periode kuarter berlangsung antara 2.588.000 hingga 11.500 tahun yang lalu. Sedangkan Kala Holosen berlangsung antara 11.500 hingga sekarang.
ADVERTISEMENT
Jadi, buat Sobat Gunung yang belum tahu, Gunung api yang pernah aktif di kala Pleistosen, masih tetap dicatat dan dipelajari untuk memudahkan dalam mengetahui geologi regional gunung api di suatu wilayah, loh.
Namun, Gunung api kala Pleistosen tidak dihitung dalam 127 Gunung api aktif yang ada di Indonesia, hal ini disebabkan Gunung api kala pleistosen sudah tidak aktif lagi sejak 11.500 tahun yang lalu. Jadi, Sobat gunung kebayang gak sih gunung api di Indonesia itu terbentuk sejak era kapan? Hayo loh penasaran gak sih?
Empat Gunung api aktif kala holosen di Kepulauan Sangihe diantaranya Gunung api Ruang, Karangetang, Banua Wuhu, dan Awu, berurutan dari selatan hingga utara Kepulauan Sangihe. Adapun Lima Gunung api kala pleistosen terletak berurutan lebih utara dari Gunung Awu. Gunung-gunung tersebut adalah Gunung Lipang, Napo Taroare, Kawalusus, Kawio Barat, Kawio Utara.
ADVERTISEMENT
Gunung Kawio Utara sudah sangat dekat loh dengan Negara Sahabat, Filipina. Gunung Kawio utara hanya berjarak 162 km dari kota first class yang terletak di Provinsi Cotabato Selatan. Nama kota tersebut adalah Kota General Santos yang berada tepat di tenggara Kota Koronadal, Ibu kota Provinsi Cotabato Selatan, Negara Filipina.
Ilustrasi Gunung Awu, Foto oleh Berkah, 2019
Gunung Awu (1.320 mdpal) merupakan Gunung api Strato terbesar di Kepuluan Sangihe dan berada di pulau Sangihe. Lembah dalam yang membentuk lorong untuk lahar membelah sisi-sisi gunung api Awu, yang dibangun dalam kaldera selebar 4,5 km. Sebagai Pulau Terbesar di Kepulauan Sangihe, tentunya banyak sejarah kependudukan yang terbangun sejak dahulu kala, lantas apa yang terjadi ketika terjadi erupsi eksplosif di Gunung Awu ketika pemantauan modern belum ditemukan?
Danau dangkal memenuhi sebagian kawah puncak gunung api Awu, foto oleh Kristianto 1995 Dok. PVMBG 1995
Setidaknya terjadi 19 erupsi kala holosen sejak sejarah pengamatan Gunung Awu. Erupsi eksplosif yang dahsyat pada Gunung Awu meliputi tahun 1711, 1812, 1856, 1892, dan 1966. Erupsi eksplosif tersebut menghasilkan aliran piroklastik dan lahar yang menghancurkan serta menyebabkan lebih dari 7.377 korban jiwa secara kumulatif. Gunung Awu berisi danau kawah puncak yang lebarnya 1 km dan kedalaman 172 m pada tahun 1922, tetapi sebagian besar dikeluarkan selama erupsi tahun 1966.
Lokasi Gunung Awu dan Bandara Naha, Oleh Roni Marudut Situmorang 2021
Adapun sejarah pengamatan Gunung api Awu, dimulai sejak erupsi bulan Desember 1640 hingga 4 Januari 1641. Erupsi yang pertama tercatat ini memiliki Skala VEI 3 loh. Tidak tercatat jumlah korban jiwa pada saat itu, catatan ini dikumpulkan oleh Neumann van Padang (1951) dan Wichmann (1893). PVMBG mencatat terdapat erusi freatik kecil dan menengah yang berurutan pada tahun 1641 dan 1677.
ADVERTISEMENT
Pada 10-16 Desember 1711, erupsi dengan awanpanas dan lahar erupsi dari kawah pusat, disusul lahar hujan. Daerah antara Tabuhan dan Tahuna hancur. Korban manusia dilaporkan sekitar 3.000 orang (Valentijn, 1711), yang meliputi 2.030 orang di Kendhar (diantaranya raja Syamsialam), 70 orang di Koloza dan 408 orang di Tahuna.
Erupsi yang menyebabkan banyak korban jiwa tersebut ternyata mulai dilupakan penduduknya. Hal ini karena membutuhkan waktu yang lama untuk Gunung Awu kembali erupsi. Hal ini karena erupsi Gunung Awu tahun 1711 telah melewati 5 generasi atau sekitar 101 tahun lamanya.
Pertumbuhan Kubah Lava di pusat kawah Gunung Awu, 7 April 1931 Dok. Volcanological Survey of Indonesia
Tepatnya pada 6-8 Agustus 1812, ketika itu erupsi Gunung Awu merupakan erupsi terbesar pertama sejak sejarah pengamatan ada, yaitu berskala VEI 4. Erupsi freatomagmatik yang terbentuk saat itu, mengakibatkan hampir seluruh pulau Sangihe yang memliki luas 736,98 km persegi terkena dampaknya. Pohon kelapa hancur di seluruh pantai. 2.806 jiwa penduduk Tabuhan, Khendar, dan Kolengan menjadi korban (Kusumadinata, 1979).
ADVERTISEMENT
Kemudian pada tanggal 2-7 Maret 1856, Gunung Awu kembali erupsi dengan Skala VEI 3. Erupsi freatomagmatik disertai dengan awanpanas, lahar erupsi dan lahar hujan ini menyebabkan Kampung Trijang, pondok Pembalarian, Labakassin, Patung dan Hilang sama sekali hancur. Korban 2.806 orang (Kusumadinata, 1979)
Erupsi Gunung api Awu kembali terjadi pada bulan Agustus 1875, 25-26 Agustus 1883 dan 18 Agustus 1885. Ketiga erupsi tersebut memiliki Skala VEI 2 dengan tipe erupsi freatik, tidak terdapat informasi korban jiwa pada saat itu.
Sejarah pengamatan Gunung Awu yang ke-10, tepatnya pada 7-12 Juni 1892 terjadi erupsi freatomagmatik. Erupsi ini disertai dengan awanpanas, lahar erupsi dan lahar hujan. Hampir semua kampung sebelah pantai utara hancur. Kampung yang paling parah adalah yang terletak antara Sawang dan Tabuka. Jumlah korban semuanya 1.532 orang, antara lain dari daerah Mala, Akembuala, Anggis, Mitung, Kolengan, Metih, Khendar dan Trijang. Selain awan panas, lahar juga mengakibatkan banyak korban. Korban banyak jatuh di Gereja Sawang dan Kalasugi.
ADVERTISEMENT
Secara berurutan erupsi Gunung Awu tahun 1893 dan 14 Maret 1913 merupakan erupsi Skala VEI 2 dengan tipe erupsi freatik dari kawah pusat. Selanjutnya pada bulan, Februari 1921 dan 20 Juni hingga September 1922 erupsi freatik terjadi namun dengan tingkat yang lebih rendah, yaitu skala VEI 0.
Pada periode erupsi Desember 1930 hingga bulan Desember 1931 terjadi erupsi Skala VEI 2. PVMBG mencatat, pada 7 April 1931, terlihat pertumbuhan kubah lava di bawah permukaan danau kawah. Pembentukannya berlangsung secara kontinu hingga bulan Desember 1931 mencapai tinggi 80 meter.
Pohon Kelapa dekat Desa Talawid di Barat Daya Gunung Api Awu, oleh Matahelemual 1966, Volcanological Survey of Indonesia
Berdasarkan catatan Matahelumual (1966) pada 12 Agustus 1966, pukul 08.20 tiba-tiba kelihatan asap tebal membubung naik dari kawah Gunung Awu, kemudian berekspansi jauh ke udara menyerupai awan ledakan sebuah bom atom. Kepulan asap tebal ini segera disusul suara gemuruh yang kemudian berhenti beberapa saat. Kira-kira satu jam kemudian terdengar suara ledakan yang lebih kuat, segera disusul asap tebal dan abu yang menutupi seluruh daerah puncak. Peristiwa ini berlangsung sampai dengan pukul 13.30.
ADVERTISEMENT
Erupsi Gunung Awu berskala VEI 4 tanggal 12 Agustus 1966 menyebabkan terdapatnya daerah yang dilanda awan panas. Daerah ini meliputi daerah lingkaran keliling kawah Gunung Awu dengan jari-jari maksimum 5 km dari kawah, dan di beberapa lembah sungai sampai tepi laut sejauh 7 km. Daerah tersebut musnah sama sekali dan tertimbun endapan awan panas.
Selain itu terdapat juga daerah yang dilanda lahar erupsi meliputi daerah sungai yang berhulu di daerah puncak. Daerah yang tertutup material lepas terjadi khususnya di sekitar Kendhar yang punah sama sekali, dan daerah lainnya. Korban jiwa erupsi 12 Agustus 1966 berjumlah 39 orang, terdiri dari 2 orang petugas gunungapi (G.R. Pangandahan dan T. Bolang Timohe), 13 orang di Kendhar, 1 orang di Sawang, 5 orang di Baku, dan 18 orang di Mala.
ADVERTISEMENT
Selang 26 tahun, aktivitas Gunung Awu dimulai tepatnya pada tanggal 16 April 1992. Pada bulan Mei 1992 perubahan volume air danau kawah, berkurang hingga 95 % dari jumlah 3,5 juta m3 (175.000 m3). Tanggal 12 Oktober 1992, terjadi erupsi freatik, dengan skala VEI 1, yang menghasilkan lubang erupsi berdiameter 15 meter.
Foto Kubah Lava baru Gunung Awu yang terbentuk pada tanggal 2 Juni 2004 oleh Solihin, Dok. PVMBG 2004
Erupsi terakhir Gunung Awu terjadi pada tanggal 8-10 Juni 2004. Saat itu erupsi yang dihasilkan berupa erupsi magmatik skala VEI 2 dengan kolom asap setinggi 1.000-3.000 meter di atas puncak Gunung Awu. Ketebalan abu di Kec. Tabukan Utara setebal 0.5-1 mm. Jumlah penduduk yang mengungsi sekitar 18,648 orang. Sehingga tidak terdapat korban jiwa pada erupsi tahun 2004.
Gunung Awu memiliki karakter erupsi magmatik eksplosif, magmatik efusif, dan freatik. Erupsi Gunung Awu yang utama dapat digolongkan sebagai tipe Saint Vincent atau tipe Volcano.
ADVERTISEMENT
Adapun sekarang ini, populasi penduduk Gunung Awu radius 5 km yaitu sebanyak 6.409 jiwa, sedangkan pada radius 10 km, terdapat kurang lebih 22.655 jiwa. Pengamatan Gunung Awu merupakan salah satu yang perlu dilakukan secara kontinu, agar masyarakat di Pulau Sangihe mendapatkan keamanan dalam beraktivitas sehari-hari tentunya yang di sekitar Kaki Gunung Awu.
Tatanan tektonik Gunung Awu yaitu Zona Subduksi, hal ini mempengaruhi tipe batuan mayor Gunung Awu yang meliputi batuan Andeit hingga basaltik andesit dan basalt.
Gunung Awu 1 Mei 2021 Pukul 08.12 WITA, Dok. PVMBG 2021
Hingga tanggal 2 Mei 2021 Gunung Awu dalam Status Normal. Tidak terdapat aktivitas Gunung api yang cukup tinggi untuk membahayakan masyarakat sejak 17 tahun yang lalu. Namun, hal ini juga menjadi pengingat bagi masyarakat sekitar Gunung Awu. Bahwa periode erupsi panjang Gunung Awu memiliki sejarah kekuatan vulkanik yang sangat tinggi. Oleh karena itu, rekomendasi PVMBG harus selalu diperhatikan, melalui aplikasi Magma Indonesia, Pos Pengamatan, dan pastinya BPBD daerah setempat.
ADVERTISEMENT
Mari kita bangun Pulau Sangihe yang aman dan nyaman di masa yang akan datang ya Sobat Gunung.
Glosarium
Skala Waktu Geologi adalah Skala waktu geologi adalah ukuran waktu dalam ilmu kebumian. Satuan skala waktu geologi adalah juta tahun lalu.
Kota first Class atau kota kelas satu adalah kota kota dengan populasi lebih 10.000 yang telah mengadopsi piagam. Misalnya di Filipina, Kota kelas satu wajib berpenghasilan 400 juta Peso, sedangkan kota kelas enam berpenghasilan kurang dari 80 juta Peso dalam periode empat tahun.
ADVERTISEMENT
Referensi
Kusumadinata K, 1979. Data Dasar Gunungapi Indonesia. Bandung: Volc Surv Indonesia, 820 p.
Matahelumual J, 1985. G Awu. Bull Volc Surv Indonesia, 107: 1-51 (in Indonesian).
ADVERTISEMENT
Morrice M G, Jezek P A, Gill J B, Whitford D J, Monoarfa M, 1983. An introduction to the Sangihe arc: volcanism accompanying arc-arc collision in the Molucca Sea, Indonesia. J. Volcanol. Geotherm. Res., 19: 135-165.
Neumann van Padang M, 1951. Indonesia. Catalog of Active Volcanoes of the World and Solfatara Fields, Rome: IAVCEI, 1: 1-271.
PVMBG, 2014. Gunung Awu. Sumber URL: https://vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/data-dasar-gunungapi/541-g-awu?start=1
PVMBG, 2021. Aplikasi Magma Indonesia: Laporan Aktivitas Gunung Awu. Sumber URL: https://magma.esdm.go.id/v1/gunung-api/laporan/160835?signature=0a9ff692f3ef8fc9adc7a28586218016e6c34198e72857d3eb229cd00f6495e5