Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Fakta Menarik Gunung Api Bawah Laut di Utara Indonesia: Gunung Banua Wuhu
16 Mei 2021 6:15 WIB
Tulisan dari Roni Marudut Situmorang (Geologi Gunung Api) tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Potensi Wisata Gunung api Bawah Laut Banua Wuhu
ADVERTISEMENT
Selamat Hari Minggu Sobat Gunung. Sobat Gunung sebenarnya Suka Pantai atau Gunung sih? Sobat Gunung sebenarnya bisa kok ke lokasi gunung api yang berada dekat sekali dengan pantai, Sobat Gunung tidak perlu repot-repot mendaki, sobat Gunung hanya perlu skill menyelam yaa.
Sobat Gunung tahu gak sih? Di Indonesia terdapat Kawah Gunung api yang letaknya di bawah permukaan laut dengan kedalaman sekitar 5 meter. Gunung api Bawah Laut ini bernama Gunung Banua Wuhu. Letaknya berada di selatan Pulau Sangihe.
ADVERTISEMENT
Bila Sobat Gunung ingin mencoba suasana menggapai puncak kawah melalui menyelam di sini, Sobat Gunung perlu transit dari Manado ke Pulau Sangihe yang terletak di Utara Gunung Banua Wuhu ini.
Selanjutnya Sobat Gunung dapat menggunakan kapal transportasi, sewa jika ingin privasi, atau langsung menggunakan tour guide lokal yang tersedia banyak di Pulau Sangihe.
Gunung api Banua Wuhu dikelilingi beberapa kepulauan yang indah, tersebar di Timur Laut, Barat dan juga Selatan Gunung Bawah Laut ini. Potensi wisata sangat menjanjikan bagi wisatawan yang ingin menikmati liburan ke wilayah ini.
Arah Timur Laut Gunung Banua Wuhu terdapat Pulau Karakitang yang memiliki pelabuhan di dalam teluk sehingga ombaknya terasa sangat tenang, Arah Barat Gunung Banua Wuhu terdapat Pulau Mangahetang, di sini banyak terdapat rumah-rumah nelayan serta menyediakan wilayah diving di sekitar pulau yang memiliki terumbu karang eksotis.
Arah Selatan Gunung Banua Wuhu terdapat empat Pulau yang sedikit melingkar seperti membentuk Kaldera tua. Namun daerah ini sudah tidak memiliki tanda-tanda batuan Gunung api kala pleistosen. Daerah ini, khususnya Pulau Agulabe memiliki pasir putih alami yang sangat indah ditemani dengan Pohon Kelapa yang berjejer, membentang memanjang dari tenggara hingga barat daya.
Ketinggian Gunung Banua Wuhu sekarang ini berada di bawah 5 meter di atas permukaan laut. Namun sejarah pengamatan Gunung Banua Wuhu mencatat pada tahun 1835, Gunung Banua Wuhu sempat memiliki ketinggian 90 mdpal, dan setelah diamati pada Nopember 1919 setinggi puncak Gunung Banua Wuhu 12 m di atas muka air laut, tetapi pada Mei 1935 puncak kawah sudahberada di bawah laut. Tinggi Gunung api Banua Wuhu dari dasar laut lebih dari 400 meter.
Sepanjang sejarah pengamatan, Gunung Banua Wuhu telah mengalami enam kali periode erupsi. Catatan Erupsi Gunung Banua Wuhu yang pertama terjadi pada tanggal 23-26 April 1835, ketika itu erupsi berasal dari kawah pusat dalam bentuk aliran lava. Skala VEI 2 terjadi pada erupsi satu hingga kelima dalam sejarah Pengamatan Gunung Banua Wuhu.
ADVERTISEMENT
Periode erupsi yang kedua terjadi pada tanggal 6-9 September 1889, Gunung Banua Wuhu mengekstrusi kubah lava dari kawah pusat. Periode yang ketiga terjadi pada Juli-26 Desember 1895, kejadian pada saat itu, erupsi eksplosif normal dari kawah pusat Gunung Banua Wuhu.
Periode erupsi tanggal 17-18 April 1904 dan 27 Agustus 1904 menghasilkan erupsi eksplosif dari kawah pusat melemparkan batu-batu sampai ke pantai Pulau Mahangetang.
Periode erupsi terakhir Gunung api Banua Wuhu sekaligus yang terbesar terjadi pada periode 18 Juli 1918 hingga 1 Desember 1919 dengan Skala VEI 3. Kronologinya, tanggal 18 Juli 1918 terjadi erupsi yang menghasilkan batu apung yang tersebar di permukaan laut meluas sejauh mata memandang.
Kemudian, pada 20 Agustus 1918 terdengar suara dentuman besar yang diikuti oleh bau belerang yang kuat sehingga banyak ikan yang mabuk dan mati, Ketika bulan Desember 1918: kegiatan di kawah pusat yang merusak puncak Gunung Banua Wuhu.
ADVERTISEMENT
Pada 2 Februari 1919 terjadi erupsi yang mengeluarkan lava, 2 bulan kemudian tepatnya, 2 April 1919, keluar lava dan erupsi eksplosif, air laut pasang, ledakan-ledakan hebat terjadi yang merusak pohon kelapa dan membakar rumah penduduk sebanyak 25 di pantai timur Pulau Mahangetang. 3 April : jam 10.30 WITA terjadi erupsi dengan gumpalan uap membual setinggi 4-5000 m disertai erupsi-erupsi hebat.
Kamurahan dan Christian pada tahun 2020 membuat Kawasan Rawan Bencana (KRB) dampak Gunung Banua Wuhu, apabila terjadi erupsi besar kembali. Adapun KRB I mencakup luas wilayah 2-5 km, yang mana terdapat Pulau Karakitang, Mahangetang dan sedikit Pulau Salangkere serta Pulau Agulabe. KRB I berpotensi terlanda lahar dan terkena lontaran batu pijar yang diikuti gelombang tsunami radius 2-5 km.
ADVERTISEMENT
KRB II Erupsi Eksplosif Gunung Banua Wuhu berpotensi gelombang pasang dan tsunami mencakup radius 10-20 km. Apabila terjadi KRB II Gunung Banua Wuhu akan berdampak pada pulau Kalama di utara pulau Mahangetang. KRB III Erupsi Gunung Banua Wuhu berpotensi gelombang pasang dan tsunami dengan radius 30 km. Sehingga Gelombang akan mengenai wilayah selatan Pulau Sangihe di utara.
Secara ilmiah publikasi Kamurahan dan Christian, 2021 baik dalam pengolahan data, dan dapat menjadi referensi mitigasi bencana Wilayah Kepulauan Sangihe. Namun, Penulis Kurang setuju dengan mengkategorikan Kawasan Rawan Bencana yang semakin jauh semakin tinggi angkanya.
Seperti yang diketahui, Kawasan Rawan Bencana III ditunjukan pada wilayah yang sangat berpotensi terkena dampak erupsi suatu Gunung api. Yang paling berpotensi terkena dampak tersebut adalah Radius 2-5 km dari Gunung Banua Wuhu. Sedangkan, yang paling kecil dampaknya berada pada wilayah radius 30 km yang berarti selatan Pulau Sangihe seharusnya masuk dalam KRB I.
Bahkan, menurut PVMBG 2014, Erupsi dari kawah pusat Gunung Banua Wuhu berupa erupsi eksplosif yang menghasilkan jatuhan piroklastik dan erupsi efusif berupa aliran lava, dan dapat menyebabkan air pasang. Jadi, belum terdapat sejarah tsunami dari Gunung Banua Wuhu ini Sobat Gunung.
ADVERTISEMENT
Secara Geologi, Gunung Banua Wuhu merupakan gunung api bawah laut, dengan pusat kawah berupa kubah lava. Tatanan tektonik Gunung Banua Wuhu termasuk Zona Subduksi dengan tipe batuan Andesit hingga Basaltik andesit. Jumlah penduduk sekarang ini tidak dapat dipastikan dalam radius 5 km, namun populasi penduduk pada tahun 2013 berjumlah 359 orang dalam radius 5 km. Apabila mengacu dari Citra Satelit terkini, penduduk radius 5 km dari Gunung Banua Wuhu sudah mencapai lebih dari 1000 jiwa.
Periode erupsi Gunung Banua Wuhu terakhir terjadi pada tahun 1919, walau demikian teramati gas solfatara masih aktif keluar dari kawah pusat Gunung Banua Wuhu. Sistem Peringatan Dini yang paling dibutuhkan wilayah KRB III versi penulis ini adalah Sistem Peringatan Dini Tsunami di sekitar timur Pulau Mahangetang, selatan Kirikitang dan Utara Pulau Salangkere.
ADVERTISEMENT
Penduduk di kawasan ini dulunya hanya nelayan yang membuat rumah sementara, namun sekarang ini apabila dilihat dari citra satelit dan lokasi sekitar terlihat rumah-rumah sudah dalam bentuk tempat tinggal permanen. Ditandai dengan keberadaan rumah beton, gereja dan sekolah. Harapannya, pemerintah dapat menyediakan fasilitas fasilitas pemantauan di sekitar Gunung Banua Wuhu.
Bagi Wisatawan tidak perlu khawatir berkunjung menikmati potensi Wisata Gunung Banua Wuhu, karena sekarang ini Gunung Banua Wuhu dalam keadaan normal, bahkan sangat sedikit gas solfatara yang keluar dari puncaknya. Gas solfatara yang keluar menunjukkan bahwa gunung api tersebut masih aktif, namun dalam keadaan tenang (unrest).
Keindahan potensi wisata Gunung Banua Wuhu ini dapat diacungi jempol. Selain keunikan Gunung Bawah Laut yang hanya berkedalaman 5 meter ini, Sobat Gunung dapat menyelam, menikmati sejuknya pantai berpasir putih dan melihat ikan-ikan cantik di sekitar terumbu karang.
ADVERTISEMENT
Walau lokasinya cukup terpencil Pulau di Sekitar Gunung Banua Wuhu sudah cukup modern, dilihat dari pelabuhan yang bagus, tersedianya tempat ibadah dan SMA di Pulau Karakitang di timur laut kawasan ini. Semoga Suatu Hari nanti Sobat Gunung dapat berkunjung kesini ya.
ADVERTISEMENT
Referensi
Kamurahan, S. R. dan Christian P. 2021. Preferensi Masyarakat Pesisir Terhadap Upaya Perwujudan Desa Tangguh Bencana Gunung api Bawah Laut Mahangetang (Studi Kasus Desa Lapango, Kecamatan Manganitu Selatan Kabupaten Sangihe). Jurnal Arsitektur Zonasi, 4 (1), 121-131.
Kusumadinata K, 1979. Data Dasar Gunungapi Indonesia. Bandung: Volc Surv Indonesia, 820 p.
Morrice M G, Jezek P A, Gill J B, Whitford D J, Monoarfa M, 1983. An introduction to the Sangihe arc: volcanism accompanying arc-arc collision in the Molucca Sea, Indonesia. J. Volcanol. Geotherm. Res., 19: 135-165.
ADVERTISEMENT
Neumann van Padang M, 1951. Indonesia. Catalog of Active Volcanoes of the World and Solfatara Fields, Rome: IAVCEI, 1: 1-271.
PVMBG, 2014. Gunung Banua Wuhu. Sumber URL: https://vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/data-dasar-gunungapi/488-g-banua-wuhu
Zelenov K K, 1964. The submarine volcano Banua Wuhu, Indonesia. Bandung Inst Tech Dept Geol Contr, 55: 19-34.