Kompleks Gunung Api Dieng: Status Terkini, Sebaran Kawah, Geologi, dan KRB

Roni Marudut Situmorang (Geologi Gunung Api)
Mempercepat Edukasi Vulkanologi di Indonesia - Master Student of Geology Engineering (UGM) - Bachelor of Geography Education (UNY) - SMA N 1 Martapura - Indonesia
Konten dari Pengguna
30 April 2021 13:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Roni Marudut Situmorang (Geologi Gunung Api) tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Status Terkini Kompleks Gunung api Dieng
Tahukah Sobat Gunung bahwa tadi malam, Kamis (29/04), tepatnya pukul 18:26 WIB, Kawah Sileri di Dieng mengalami Erupsi Freatik? Kenapa Status Gunung api Dieng tetap normal?
CCTV Kawah Sileri Gunung Dieng Pukul 06:34 WIB 30 April 2021, Dok. PVMBG BG KESDM, 2021
Status Gunung api disusun berdasarkan seberapa bahaya aktivitas gunung api terhadap masyarakat dan wisatawan yang berada di sekitar kawah. Adapun potensi erupsi Kawah Sileri yang berstatus normal saat ini masih sesuai rekomendasi radius kawasan rawan bencana Gunung api Dieng. PVMBG menjelaskan Masyarakat dan Wisatawan wajib tidak mendekati Kawah Sileri Radius 500 meter serta tidak beraktivitas di sekitar Kawah Timbang untuk menghindari ancaman gas-gas vulkanik konsentrasi tinggi yang dapat membahayakan jiwa. Menurut Aris Sudaryanto, Kepala BPBD Banjarnegara, jarak terdekat permukiman warga dengan kawah Sileri sekitar 5 kilometer. Tetap ikuti aktivitasnya ya di sosial media dan aplikasi Magma Indonesia yang dikelola PVMBG.
Statistik Kegempaan Gunung Dieng 90 hari terakhir sejak 29 April 2021, Tektonik Lokal sering terjadi dan Erupsi tanggal 29 April terdeteksi ditunjukan dengan garis warna merah. Dok. PVMB BG KESDM, 2021
Sobat Gunung, bicara tentang jumlah kawah di Gunung api Dieng. Sebenarnya ada berapa kawah sih di komplek gunung ini? Pada laporan tahun 2017, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), melalui Ir. Agus Budianto menjelaskan terdapat 22 kawah yang perlu diwaspadai aktivitasnya di Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah. Salah satu kawah yang dianggap paling berbahaya adalah Kawah Timbang yang sempat meletus dan mengeluarkan gas beracun sangat berbahaya.
ADVERTISEMENT
Dr. Ir. Priatna, M.T. pada kegiatan Geoseminar pada hari Selasa tanggal 8 September 2020 dengan tema “Gunung Api” yang diselenggarakan PVMBG, menjelaskan bahwa Kawasan kompleks Gunung api Dieng memiliki potensi ancaman gas beracun dan erupsi freatik yang setiap saat mengintai. Sejak tahun 1375 tercatat bahwa terdapat 468 korban jiwa dan 50 terluka. Fokus pemantauan di wilayah tersebut terdapat di Kawah Sileri, Timbang, Sikendang, Candradimuka, Sikidang, dan Sibanteng.
Nah Sobat Gunung, sekarang ini jumlah penduduk di Sekitar Gunung api Dieng radius 10 km terdiri dari 1.092.929 jiwa, sehingga ancaman gas beracun dari Gunung api Dieng harus selalu dipantau dan diketahui sejarahnya ya..
6 Kawah Aktif Terpantau di Kompleks Gunung Api Dieng
ADVERTISEMENT
Kawasan Kompleks Gunung api Dieng memiliki catatan sejarah pengamatan 26 periode erupsi sejak 1375 dan ditemukannya empat periode erupsi menggunakan pendekatan radiokarbon.
Adapun jumlah kawah di Dataran Kompleks Gunung api Dieng terdapat 22 kawah yang disampaikan PVMBG pada tahun 2017. Setidaknya terdapat enam kawah yang telah difokuskan pemantauannya. Enam Kawah tersebut yaitu Kawah Timbang, Sikidang, Sileri, Candradimuka, Sibanteng, dan Sikendang.
Persebaran 5 kawah Gunung Dieng, meliputi Kawah Timbang, Candradimuka, Sileri, Sikidang dan Sikendang. Modifikasi Oleh Roni Marudut Situmorang
Dari sisi barat Wilayah Kompleks Gunung api Dieng dapat dilihat posisi Kawah Timbang, Kawah Candradimuka, Sileri, Sikidang dan Sikendang. Kawah Sikendang dan Kawah Sibanteng agak sulit ditemukan karena belum ditandai di Kompleks Gunung api Dieng. Lokasi Kawah Sikendang berada di tepi danau Telaga Warna Dieng, ditandai dengan tanah berwarna putih kemerahan yang diakibatkan campuran senyawa belerang dan tidak terdapat tanaman yang tumbuh di sekelilingnya. Sedangkan, Lokasi Kawah Sibanteng berada di antara Kawah Sikidang dan PLTP Dieng PT Geo Dipa Energy.
ADVERTISEMENT
1. Kawah Timbang
Seberapa bahaya kawah Timbang ini? Kawah Timbang sering mengeluarkan potensi gas beracun ketika erupsi kawah lainnta di Gunung api kompleks Dieng.
Berdasarkan Sejarah Pengamatan Gunung Dieng, pada tanggal 20 Februari 1979 Kawah Sinila dan Kawah Sigluduk mengalami erupsi dengan Skala VEI 1. Kawah Sinila ini terletak di antara Desa Batur, Desa Sumberejo, Desa Pekasiran, dan Desa Kopucukan, Kecamatan Batur, Banjarnegara.
Sekitar Pukul 05.04 WIB tanggal 20 Februari 1979 Kawah Sinila erupsi dan mengeluarkan kolom tinggi asap pekat disertai dengan dentuman keras yang mengagetkan masyarakat Dieng. Erupsi kedua Kawah Sinila terdengar dalam waktu kurang dari satu jam. Aliran lahar panas ini memotong akses jalan setempat sehingga membuat warga empat desa itu terisolasi.
Kawah Timbang dan Perkebunan di Sekitarnya, Dok. Google Earth Pro 2018
Selanjutnya, pada pukul 06.50 WIB, kawah baru Sigluduk yang berjarak 250 meter sebelah Barat Kawah Sinila mulai mengeluarkan kolom asap. Saat itu, total volume lahar yang keluar dari Kawah Sinila sekitar 15.000 meter kubik.
ADVERTISEMENT
Penduduk Desa Kopucukan yang berada paling dekat dengan Kawah Sinila pun serempak melarikan diri. Namun, warga desa tidak sadar jika lubang kecil dan rekahan baru yang tercipta akibat aktivitas vulkanik itu mengeluarkan gas CO2 dan H2S yang sangat mematikan.
PVMBG mencatat kompleks Kawah Sinila mengeluarkan kurang lebih 200.000 ton gas karbon dioksida murni dalam waktu singkat. Beberapa masyarakat sekitar yang menuju ke barat arah Batur justru terperangkap dalam kepungan gas beracun yang sudah menanti di sekitar Kawah Timbang.
Ratusan warga tak sadar mereka sudah berada di area yang dipenuhi gas beracun. Data mengungkapkan, hal ini terjadi akibat wujud gas yang tidak berwarna dan gas beracun tersebut juga tidak berbau. Pada tragedi di pagi hari tanggal 20 Februari 1979 itu, tercatat korban Jiwa sebanyak 149 warga.
ADVERTISEMENT
Kawah Timbang juga tercatat mengeluarkan aktivitas pada Bulan Maret 2013, kala itu Kompleks Gunung Api Dieng dinaikan statusnya dari normal menjadi waspada dan mengimbau masyarakat tidak berada dalam radius 500 meter dari kawah Timbang. Adapun batas normal kandungan CO2 bagi kesehatan adalah tidak melebih 0.5% volume, sedangkan pada Maret 2013, kandungan CO2 sebesar 0.71% volume.
2. Kawah Sikidang
Foto Lawas Kawah Sikidang, Oleh Sumarma Hamidi, 1973 Dok. Volcanological Survey of Indonesia
Kawah Sikidang merupakan lapangan perkawahan yang berpindah-pindah lokasinya di Dataran Tinggi Dieng. Kawah Sikidang berada paling dekat dengan kawasan percandian Dieng. Kawah Sikidang yang sangat diminati wisatawan ini, dalam sejarah pengamatannya, pernah mengalamo periode erupsi dua kali, yaitu pada 26 Desember 1883 hingga 18 Maret 1884 dan erupsi pada tanggal 2 Juli 1981. Kedua erupsi tersebut berskala VEI 1, dan hingga sekarang (30/4/2021) Kawah Sikidang belum pernah mengalami erupsi lagi.
ADVERTISEMENT
Bagi pengunjung yang berminat wisata ke Kawah Sikidang, disarankan agar berhati-hati saat berjalan di sekitar areal Kawah, pilihlah tanah kering untuk berpijak, serta kenakan masker yang bisa dibeli di sekitaran kawah untuk menghindari aroma sulfur yang menyengat. Warga dan wisatawan tetap harus mematuhi rekomendasi PVMBG ya sobat Gunung.
Keluarnya Asap di Sekitar Kawah Sikidang, Dok. Google Earth Pro, 2018
3. Kawah Sibanteng
Kawah Sibanteng pernah mengeluarkan erupsi freatik pada 15 Januari 2009, saat itu erupsi kawah Sibanteng memiliki Skala VEI 1. Syukurnya, tidak terdapat korban jiwa yang tercatat dari erupsi Kawah Sibanteng. Letusan freatik Kawah Sibanteng tahun 2009 mengeluarkan lumpur seperti erupsi Kawah Sileri sekarang.
4. Kawah Sileri
Kawah Sileri dan Perbukitan di sekitarnya pada 29 Desember 2015, Dok. Google Earth Pro
Kawah Sileri merupakan kawah teraktif di Komplek Gunung api Dieng. Bagaimana tidak? Kawah Sileri telah mengalami periode erupsi 10 kali tercatat hingga 29 April 2021. Adapun periode erupsi pertama dimulai pada tanggal 3 November 1943, kala itu erupsi Kawah Sileri berskala VEI 1. Satu tahun berselang tanggal 4 Desember 1944, Kawah Sileri kembali erupsi dengan tingkat yang lebih kuat yaitu Skala VEI 2. Kali ini Kawah Sileri menyebabkan 59 orang meninggal akibat lumpur, 38 orang luka-luka, dan 55 orang hilang.
Foto Lawas Kawah Sileri, Oleh Sumarma Hamidi, 1973 Dok. Volcanological Survey of Indonesia
Erupsi Kawah Sileri kemudian terjadi kembali pada 6 Agustus 1986, 16 Juli 2003, 27 September 2009, 2 Juli 2017, 1 April 2018 dan 29 April 2021. Enam Erupsi Kawah Sileri ini memiliki Skala VEI 1 dan sudah tidak memakan korban jiwa.
ADVERTISEMENT
5. Kawah Candradimuka
Kawah Candradimuka pernah mengeluarkan embusan fumarol saat aktivitas erupsi tahun 1965. Uap air dominan keluar di Kawah Candradimuka yang biasa juga disebut Telaga Dringo. Tidak terdapat korban jiwa pada saat itu. Walaupun KAwah Candradimuka baru tercatat sekali dalam sejarah pengamatan, Aktivitas Kawah Candradimuka masih dipantau oleh PVMBG, hal ini dilakukan untuk mengantisipasi jika terjadi aktivitas serupa di masa yang akan datang.
Foto Lawas Kawah Candradimuka, Oleh Sumarma Hamidi, 1973 Dok. Volcanological Survey of Indonesia
6. Kawah Sikendang
Kawah Sikendang merupakan salah satu kawah aktif di Dataran Tinggi Dieng, namun aktivitasnya cukup rendah dan hanya sesekali mengeluarkan asap berbau belerang. Pemberian nama “Sikendang” berasal dari bunyi letupan gas belerang yang mirip seperti alat tradisional kendang.
Kawah Sikendang termasuk dalam kawasan Wisata Alam Telaga Warna yang diperkirakan terbentuk akibat depresi Igir Binem dari Gunung Prau yang membelah kawasan danau kawah purba menjadi dua bagian.
ADVERTISEMENT
Hal inilah yang membuat pemantauan Kawah Sikendang perlu dilakukan untuk menghindari bahaya gas sewaktu-waktu. Penelitian dan informasi mengenai Kawah Sikendang masih sangat minim karena belum membahayakan.
Geologi Gunung Api Dieng
Kompleks Gunung api Dieng (2565 mdpal) di dataran tinggi Jawa Tengah terkenal karena variasi pemandangan gunung apinya dan sebagai area suci yang menampung candi Hindu tertua di Jawa, yang berasal dari abad ke-9 Masehi. Kompleks gunung api Dieng terdiri dari dua atau lebih gunung api strato dan 22 kawah kecil serta kerucut berumur kala Pleistosen-hingga-Holosen dengan luas wilayah 6 x 14 kilometer.
Peta Geologi Komplek Gunung Api Dieng, Jawa Tengah yang diolah Sukhyar R dkk. Dok. Badan Geologi
Gunung Prahu terpotong oleh kaldera besar Pleistosen, yang kemudian diisi oleh serangkaian kerucut muda yang bertumpukan, kubah lava, dan kawah yang banyak berisi danau. Aliran lava menutupi sebagian besar dataran tinggi Gunung api Dieng. Wilayah termal yang melimpah dan aliran panas yang tinggi menjadikan Dieng prospek panas bumi yang utama.
ADVERTISEMENT
Kompleks Gunung api Dieng merupakan gunung api bertatanan tektonik Zona Subduksi, dengan tipe batuan mayor Andesit hingga basaltik andesit dan basalt. Adapun PVMBG menjelaskan kegiatan gunungapi pada komplek Gunung api Dieng dari yang tua hingga yang termuda dapat dibagi dalam tiga episoda yang didasarkan pada umur relatif, sisa morfologi, tingkat erosi, hubungan stratigrafi dan tingkat pelapukan.
Episoda pertama, Formasi pra Kaldera diindikasikan oleh kegiatan aktivitas gunung api dari wilayah Rogo Jembangan, Tlerep, Djimat dan Gunung Prau. Hasil erupsi pada kala itu kemungkinan terbentuk pada kuarter bawah (Gunawan, 1968) tersebar di bagian luar dari komplek Dieng
Episoda kedua merupakan episode di mana beberapa aktivitas vulkanik berkembang di dalam kaldera, di antaranya Gunung Bisma, Gunung Seroja, Gunung Nagasari, Gunung Palangona, dan Mardada, Gunung Pager Kanda (Sipandu), Gunung Sileri, Gunung Igir Binem, dan Kelompok Gunung Dringo hingga Paterangan.
ADVERTISEMENT
Episoda ketiga yaitu aktivitas gunung api yang menghasilkan lava andesit biotit, jatuhan piroklastik dan aktivitas hidrotermal yang terjadi dan terlihat hingga sekarang.
Kawasan Rawan Bencana Gunung Dieng
Kawasan Rawan Bencana Kompleks Gunung Dieng 2021 Dok. Magma Indonesia, PVMBG, 2021
Kawasan Rawan Bencana Gunung Dieng lebih jelas dapat dilihat melalui aplikasi Magma Indonesia yaa. Nah Sobat Gunung, Kawasan Rawan Bencana (KRB) III Gunung Dieng yang berwarna merah transparan mengindikasikan bahwa wilayah tersebut sangat berpotensi terancam gas beracun, base surge, dan semburan lumpur. Sedangkan, KRB II ditunjukkan dengan warna merah jambu transparan, berpotensi terancam gas beracun, base surge, dan semburan lumpur namun lebih rendah potensinya dibanding KRB III. KRB I, yang memiliki warna kuning transparan ini, berpotensi terlanda aliran lahar.
Sobat Gunung yang ada dimanapun selalu waspada ya ketika bekunjung di Kawasan Wisata Gunung Dieng ini. Jangan lupa update berita dan arahan rekomendasi dari PVMBG yaaa!
ADVERTISEMENT
Terima kasih Sobat Gunung yang sudah membaca!
Glosarium
Base Surge adalah gerakan tanah mengglinding, memiliki pergerakan yang cepat ke luar dan turbulen, bisa disertai asap gas dan debu yang terlarut didalamnya.
Hidrotermal merupakan suatu proses pembentukan mineral yang terjadi disekitar sumber dari panas bumi didalam kulit bumi yang terjadi akibat adanya injeksi dari magma terhadap air dengan kata lain terjadi pelarutan oleh magma sisa yang bercampur dengan air tanah sehingga mengalami pengkristalan.
PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi) adalah pembangkit listrik yang menggunakan panas bumi sebagai sumber energinya.
PVMBG Singkatan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
ADVERTISEMENT
Referensi
Gunawan, R., 1968. Geological investigations in the Dieng area, Central Java. Thesis, Geol. Dep. Bandung Inst. Technol. (unpubl.).
ADVERTISEMENT
Harijoko A, Uruma R, Wibowo H E, Setijadji L D, Imai A, Watanabe K, 2010. Long-Term Volcanic Evolution Surrounding Dieng Geothermal Area, Indonesia. Proceedings World Geothermal Congress 2010, Bali, Indonesia, 25-29 April 2010.
IAVCEI, 1973-80. Post-Miocene Volcanoes of the World. IAVCEI Data Sheets, Rome: Internatl Assoc Volc Chemistry Earth's Interior.
Kusumadinata K, 1979. Data Dasar Gunungapi Indonesia. Bandung: Volc Surv Indonesia, 820 p.
Le Guern F, Tazieff H, Faivre Pierret R, 1982. An example of health hazard: people killed by gas during a phreatic eruption: Dieng Plateau (Java Indonesia), Feb 20th 1979. Bull Volcanol, 45: 153-156.
Newhall C G, Dzurisin D, 1988. Historical unrest at large calderas of the world. U S Geol Surv Bull, 1855: 1108 p, 2 vol.
ADVERTISEMENT
PVMBG, 2014. Gunung Dieng.SUmber URL: https://vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/data-dasar-gunungapi/531-g-dieng
PVMBG, 2020. Geosemniar Gunung Api Tanggal 23 September 2020. Sumber URL: https://psg.bgl.esdm.go.id/informasi/layanan/geoseminar/662-gunung-api
PMBG, 2021. Press Release, Aktivitas Kawah Sileri, Kompleks G. Dieng – Jawa Tengah 29 April 2021 https://vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/aktivitas-gunungapi/3570-press-release-aktivitas-kawah-sileri-kompleks-g-dieng--jawa-tengah-29-april-2021
PMBG, 2021. Magma Indonesia: Laporan Aktivitas Gunung Dieng, Kamis 29 April 2021 Periode 00:00-24:00 WIB. Sumber URL: https://magma.esdm.go.id/v1/gunung-api/laporan/160679?signature=81dc82cb0037be0d5b5daed3e015d6a823f39b0ad2e5b45a82de13a10ea427e6
Sukhyar R, 1989. Geochemistry and petrogenesis of arc rocks from Dieng, Sundoro and Sumbing volcanic complexes, central Java, Indonesia. Unpublished PhD thesis, Monash University, 319 p.
Sukhyar R, Sumartadipura N S, Effendi W, 1986. Geologic map of Dieng volcano complex, central Java. Volc Surv Indonesia, geol map.
Van Bergen M J, Bernard A, Sumarti S, Sriwana T, Sitorus K, 2000. Crater lakes of Java: Dieng, Kelud, Ijen. IAVCEI General Assembly, Bali 2000 Excursion Guide, 42 p.
ADVERTISEMENT
Volcanological Survey of Indonesia, 1986. Annual report of the Volcanological Survey 1984-1985. Bull Volc Surv Indonesia, no 113.