Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
Struktur Geologi Gunung Api Egon: Pemersatu Pulau Flores
14 Mei 2021 6:05 WIB
Tulisan dari Roni Marudut Situmorang (Geologi Gunung Api) tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Fakta Geologis Menarik Gunung api Egon
ADVERTISEMENT
Selamat Lebaran Sobat Gunung yang ada di manapun juga. Gimana sobat Gunung sudah silaturahmi online belum? Momen lebaran memang menjadi tempat pemersatu keluarga dan antarkolega. Sobat Gunung sudah tahu belum? Ada pembentukan Gunung Api yang singkat cerita mempersatukan Pulau Flores di Nusa Tenggara Timur. Bagaimanakah fakta menariknya, mari kita simak fakta berikut!
Struktur Geologi Gunung Api Egon
ADVERTISEMENT
Kawah Gunung Api Egon (1.703 mdpal) teramati cukup besar dari citra satelit, kawah ini berada di bagian puncak Gunung EGon dengan ukuran 525 m x 425 m, dan kedalaman antara 47,5 m - 195 m, tebing yang tinggi terletak di bagian utara, sedangkan yang terendah di bagian barat. Hal inilah yang menyebabkan pendakian Gunung Egon melewati arah barat sobat Gunung.
Pos Pengamatan Gunung Api Egon berada di Utara Gunung Api Egon, letaknya dekat pesisir dan berada di atas endapan aliran piroklastik tua Kaldera Oangbay, tenggara Gunung Api Egon. Untuk mecapai puncak Gunung api Egon, sobat gunung dapat melewati Pos Pengamatan Gunung Egon yang berada di desa Nangatobong, Kecamatan Waigete dengan menggunakan kendaraan bermotor menuju daerah Andalan di Desa Bridit. Perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki melewati jalan setapak menuju puncak dengan lama perjalanan lebih kurang 3 jam.
Peta Geologi Gunung api Egon meliputi satuan gunung api Egon dan sebaran material erupsinya. Sebaran material Gunung api Egon meliputi pesisir utara hingga pesisir selatan Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Satuan endapan Gunung api Egon terdiri dari sebaran aliran lava, aliran piroklastik, dan material aluvial berwarna biru di utara Gunung api Egon.
ADVERTISEMENT
Aliran Aluvial di utara cukup sedikit dan merupakan hasil erosi material dari gunung api Egon loh Sobat Gunung. Aliran aluvial yang sedikit dikarenakan curah hujan di daerah flores bagian timur cukup sedikit, sehingga yang terbentuk selama ini lebih sedikit dibanidingkan luas endapan aliran piroklastik. Berbanding jauhkan dengan Gunung api di Pulau Sumatera dan Jawa.
Warna hijau pada peta Geologi menunjukkan aliran piroklastik kaldera oangbay yang berada tepat di Utara dan Selatan Gunung api Egon. Dari penampang Geologi Gunung api Egon, Kaldera Oangbay sebenarnya berada di timur Gunung api Egon dengan posisi lebih rendah akibat erupsi eksplosif yang menghasilkan bentuk kaldera. Hal ini berlangsung jauh lebih lama, dan dilihat dari penampang geologi merupakan bagian dari gunung api pra Egon, yang menyusun lapisan bawah Gunung Egon dari utara hingga selatan. Hal inilah yang menyebabkan Gunung api Egon sebagai pemersatu Pulau Flores bagian tengah dan timur.
ADVERTISEMENT
Sejarah Erupsi Gunung api Egon
Menurut Sapper (1917) antara 1888 – 1891 dan pada 1892 terlihat adanya asap di puncak. Kemudian Newman van Padang (1951), mencatat 2 (dua) kali peningkatan kegiatan vulkanik yaitu pada tanggal 28 September 1907 terjadi erupsi di kawah pusat dan pada tahun 1925 terjadi semburan solfatara di kawah puncak bagian barat. Setelah 79 tahun tidak pernah menunjukkan peningkatan kegiatan vulkaniknya, maka pada awal tahun 2004 Gunungapi Egon kembali meletus.
Gunung api Egon dulu memiliki danau dangkal loh di kawahnya. Hal ini terpublikasi di Catatan Vulkanologi Kemmerling tahun 1929. Bayangkan, saat itu foto Gunung Egon diambil sebanyak tiga kali karena tim Kemmerling terkagum dengan danau dangkal yang indah Sobat Gunung. Memang kawah yang berisi danau dangkal biasanya dapat menjadi kering ketika aktivitas vulkanik dan musim kemarau menyebabkan kawah menjadi panas, sedangkan sumber air pemasukan cukup dikit untuk selalu menggenangi kawah Egon.
Hingga sekarang masih terdapat masyarakat sekitar kaki gunung api menggunakan air panas yang disaring secara tradisional di Kawah Gunung api Egon. Tentunya hal ini dilakukan untuk mengurangi biaya dan memanfaatkan sumberdaya yang ada dengan sebaik-baiknya.
Periode erupsi Gunung Api Egon pada abad ke-21 sebanyak empat kali. Periode erupsi yang pertama abad ke-21 terjadi pada tanggal 29 Januari hingga 5 Februari 2004, ketika itu Gunung api Egon mengeluarkan material berskala VEI 1. Periode erupsi yang kedua terjadi di tahun yang sama tepatnya pada tanggal 3 Juli hingga 16 September 2004, ketika itu Skala VEI yang dikeluarkan yaitu dua. Tagun 2005 Gunung Egon kembali erupsi tepatnya pada tanggal 6-27 Februari 2005, ketika itu tingkat aktivitas menurun dari erupsi sebelumnya, dengan Skala VEI 1. Tiga tahun berselang periode erupsi Gunung Egon terjadi tepatnya pada tanggal 15-28 April 2008 dengan Skala VEI 2.
Peningkatan Aktivitas Gunung api Egon sebenarnya terjadi pada tahun 2016. Sehingga Gunung Egon sempat dinaikan statusnya ke Siaga. Namun, pada tangga 1 Februari 2016, hasil pemantauan secara menerus menunjukkan adanya kecenderungan penurunan jumlah dan jenis gempa maupun kadar gas-gas vulkanik serta belum adanya gejala penggembungan tubuh gunung api yang signifikan.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Berdasarkan hasil analisis data visual, instrumental, dan potensi ancaman bahayanya, maka pada tanggal 1 Febuari 2016 pukul 12:00 WITA status Gunung Egon diturunkan dari Level III (SIAGA) menjadi Level II (WASPADA). Saat ini Gunung Egon sudah berstatus normal kembali.
Jadi buat Sobat Gunung yang belum tahu? Peningkatan aktivitas Gunung api, seperti gempa dan keluarnya gas solfatara tidak selalu berakhir dengan erupsi besar. Beberapa aktivitas gunung api berhenti sebelum terjadinya erupsi. Oleh karena itu, pemantauan gunung api secara real-time harus selalu dilakukan agar menghindari hal yang tidak diinginkan.
Serangkaian erupsi pada abad ke-21 tersebut menyimpulkan bahwa karakter erupsi Gunung Egon dilihat dari sejarah erupsinya bertipe eksplosif yang berlangsung lebih dari satu kali dalam satu periode erupsi dengan material erupsi berupa abu, lapili, dan bom vulkanik.
ADVERTISEMENT
Sekarang ini, pada masa status Normal Gunung Egon, PVMBG merekomendasikan masyarakat di sekitar G. Egon dan pengunjung dapat beraktivitas seperti biasanya namun disarankan agar membatasi aktivitas (tidak berlama-lama) dan tidak bermalam di area kawah aktif, serta tidak mendekati lubang tembusan gas yang berada di sekitar area kawah untuk menghindari potensi bahaya yang mungkin terjadi, seperti di antaranya gas beracun.
Terima kasih buat Sobat Gunung yang selalu setia mengikuti yaa!
Daftar Pustaka
Kemmerling G L L, 1929. Vulkanen van Flores. Vulk Seism Meded Dienst Mijnw Ned-Indie, 10: 1-138.
Neumann van Padang M, 1951. Indonesia. Catalog of Active Volcanoes of the World and Solfatara Fields, Rome: IAVCEI, 1: 1-271.
PVMBG, 2014. Gunung Egon. Sumber URL: https://vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/data-dasar-gunungapi/484-namang
ADVERTISEMENT
PVMBG, 2021. Laporan AKtivitas Gunung Egon 12 Mei 2021, Sumber URL: https://magma.esdm.go.id/v1/gunung-api/laporan/161771?signature=788f63e601a88f526dc8036b0a612d90fd87a36c43ad17793c7b175bdce9cd07
Sapper K, 1917. Katalog der Geschichtlichen Vulkanausbruche. Strasbourg: Karl J Trubner, 358 p.
Stolz A J, Varne R, Davies, G R, Wheller G E, Foden J D, 1990. Magma source components in an arc-continent collision zone: the Flores-Lembata sector, Sunda arc, Indonesia. Contr Mineral Petr, 105: 585-601.
Wheller G E, Varne R, Foden J D, Abbott M J, 1987. Geochemistry of Quaternary volcanism in the Sunda-Banda arc, Indonesia, and three-component genesis of island-arc basaltic magmas. J. Volcanol. Geotherm. Res., 32: 137-160