Literasi Teknologi Informasi Hentikan COVID-19

Roni Tabroni
Wakil Ketua Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) PP Muhammadiyah.
Konten dari Pengguna
14 Mei 2020 13:46 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Roni Tabroni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi "polusi media sosial" oleh Indra Fauzi/kumparan.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi "polusi media sosial" oleh Indra Fauzi/kumparan.
ADVERTISEMENT
Ada banyak cara yang dilakukan pemerintah untuk mengendalikan penularan COVID-19. Salah satunya menetapkan protokol kesehatan untuk berbagai situasi dan kondisi. Bahkan berbagai lembaga swasta pun melakukan pencegahan yang tidak kalah ketatnya.
ADVERTISEMENT
Namun dunia informasi di negara kita masih menjadi persoalan yang cukup akut. Perkembangan teknologi informasi menarik minat publik untuk menjadi konsumen sekaligus produsen informasi dalam waktu persamaan. Termasuk dalam mengakses dan berbagi informasi terkait pandemi COVID-19.
Terlihat ada persoalan mendasar dalam realitas informasi di negara kita. Ketika tradisi literasi teks belum membudaya, kita masuk pada peradaban digital yang begitu massif. Ada kesenjangan yang perlu disetarakan.
Kehendak untuk menjadi bagian dari masyarakat informasi setidaknya dicirikan dengan kepemilikan gadget dan teknologi serupa. Dengan teknologi informasi, setidaknya masyarakat menjadi produsen sekaligus konsumen (prosumen) informasi.
Ada persoalan menganga dalam situasi yang terus dinamis ini. Ketika kita belum begitu akrab dengan budaya teks dan literatur panjang, kemudian masuk pada budaya yang serba cepat. Teks di media berbasis digital, seperti berita-berita online pada umumnya mengejar kecepatan dan kuantitas. Tetapi ada sebagian media yang sudah beranjak dari tuntutan itu.
ADVERTISEMENT
Dalam dunia yang serba cepat, masyarakat kita dipaksa untuk membaca berbagai fenomena sosial yang terhampar ini lewat narasi-narasi pendek dan sekilas. Hal ini juga terjadi pada tradisi akademik yang banyak berorientasi pada literatur berbasis daring dengan karakter konten yang bersifat to the point.
Pada saat yang bersamaan, publik memaksakan diri untuk menjadi subjek informasi dengan membagi-bagikan konten baik berupa teks, gambar maupun video. Terkadang informasi yang dibagikan juga merupakan produk orang yang tidak diketahui dan kita hanya melanjutkan saja.
Pada aspek gagasan atau ide, masyarakat kita hari ini pun tidak kalah agresifnya. Selain menanggapi pihak lain, juga banyak konten berupa tulisan-tulisan singkat yang disebarkan secara masif. Persoalannya, ketika setiap orang seolah-olah menjadi serba tahu, terlihat dari narasi yang diproduksi dengan tema yang sangat beragam.
ADVERTISEMENT
Semakin meningkatnya kepemilikan dan kemampuan dalam mengoperasikan teknologi informasi, idealnya publik juga diimbangi dengan kemampuan menciptakan konten dengan narasi yang lebih positif dan mencerahkan. Teknologi informasi akan semakin baik jika dijadikan sarana edukasi bagi setiap orang.
Kini, faktanya, kesempatan mengedukasi melalui media informasi bukan hanya tugas jurnalis, tetapi setiap orang. Sebab publik dan jurnalis memiliki kesempatan yang sama sebab semuanya difasilitasi oleh perangkat yang itu-itu juga.
Bahkan, jika kita melihat faktanya lebih detail, jurnalis dalam memproduksi berita masih sangat terbatas karena di dalamnya ada manajemen informasi. Agar sebuah berita benar-benar sampai ke tangan pembaca, dirinya harus menembus (meyakinkan) redaktur untuk meloloskan tulisan atau gambar yang dibuatnya.
Tetapi kesempatan itu tidak terjadi pada publik yang dengan media sosial, dapat menyampaikan apa saja tanpa ada yang memfilternya. Sehingga proteksi diri harus benar-benar dimiliki oleh setiap orang, kendati mereka bukan jurnalis.
ADVERTISEMENT
Di tengah pandemi COVID-19 ini, diperlukan kemampuan mengendalikan teknologi, agar tidak hanya diperlakukan sebagai sarana untuk hura-hura dan hobi semata. Dengan perangkat yang sudah ada di tangan, publik harus meningkatkan kemampuan literasinya, agar kemampuannya mengendalikan teknologi itu dapat dijadikan sarana edukasi dengan konten positif dan berkualitas.
Tidak ada yang bisa menghentikan publik memainkan setiap perangkat teknologinya. Yang paling mungkin adalah kita saling mengingatkan untuk beranjak dari upload hal remeh-temeh bahkan yang bernuansa hoaks, pada konten yang lebih membantu menyelesaikan persoalan bersama seperti COVID-19 ini. Sehingga kemampuan mengendalikan teknologi informasi, berbanding lurus dengan kesadaran berbagi konten baik.
Roni Tabroni Penulis adalah Pengurus Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah
ADVERTISEMENT