Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
10 Ramadhan 1446 HSenin, 10 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Tim KKN UNNES GIAT 11 Ajak Bank Sampah Olah Sampah Jadi Rupiah dengan Ecobricks
9 Maret 2025 13:09 WIB
ยท
waktu baca 2 menitTulisan dari Rosalinda Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
15 Februari - Di kantor balai desa Butuh, mahasiswa KKN UNNES GIAT 11 mengajak pengelola bank sampah dari setiap dusun untuk mengubah sampah tidak berharga menjadi rupiah. Setiap hari, kita menghasilkan sampah, baik organik maupun anorganik. Jika tidak dikelola dengan baik, sampah ini akan terus menumpuk dan menjadi masalah lingkungan. Terbatasnya TPS (Tempat Penampungan Sementara) di Desa Butuh, menjadi suatu kekhawatiran tersendiri bagi beberapa warga. Terlebih lagi Desa Butuh yang menjadi salah satu tempat industri, tidak sedikit pendatang yang membuang sampahnya secara sembarangan.
ADVERTISEMENT
Meski sebagian besar dusun di Desa Butuh memiliki bank sampah, tidak semuanya beroperasi secara optimal. Pendapatan dari hasil penjualan sampah pun masih tergolong kecil di beberapa dusun. Oleh karena itu, kami tim KKN UNNES GIAT 11 di Desa Butuh berinisiatif memanfaatkan bank sampah dari tiap dusun dengan mengajak pengelolanya untuk mengubah hasil sampah yang dikumpulkan menjadi ecobricks yang lebih bernilai ekonomis.
Ecobricks merupakan produk daur ulang dari botol plastik yang dipadatkan dengan berbagai macam sampah anorganik, yang nantinya dapat digunakan sebagai bata alternatif. Selain itu, ecobricks ini juga dapat digunakan untuk membuat meja, kursi, gapura, dan banyak lagi.
Di kegiatan kami ini, diawali dengan penyampaian mengenai bahaya limbah anorganik, manfaat ecobricks, serta cara pembuatannya. Lalu kami mempraktikkannya bersama-sama yang dipandu oleh Mario. Sebelumnya kami sudah meminta setiap perwakilan membawa beberapa plastik, botol plastik, gunting, dan tongkat untuk praktik langsung. Langkah pertama mereka memasukkan beberapa plastik dengan warna yang sama lalu dipadatkan agar botolnya kokoh. Setelah itu plastik lainnya digunting dan dengan teliti dimasukkan ke dalam botol. Proses ini dilakukan secara berulang sampai botol terisi penuh dan cukup padat.
Pada sesi sharing, perwakilan dari Dusun Godean mengatakan bahwa bank sampah Godean sempat membuat satu set kursi dan meja. Saat ditanya apakah kegiatan tersebut dilanjutkan, mereka berkata tidak, program ini terhenti karena terbatasnya tenaga yang dapat mengembangkan ide kreatif tersebut.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, keaktifan dari masyarakat sendiri menjadi poin penting. Jika setiap individu memulai dari diri sendiri untuk mengolah sampahnya dengan bijak, maka tidak mustahil pengelolaan sampah di masyarakat akan berjalan dengan baik pula. Kegiatan ini tidak hanya menarik, tetapi juga memberikan pembelajaran berharga bagi kedua belah pihak, baik mahasiswa maupun pengelola bank sampah, untuk terus berinovasi dalam mengatasi permasalahan lingkungan.