Madrid Kerap Lambat Panas, Juventus Bisa Memanfaatkannya

3 Juni 2017 11:51 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Madrid jadi juara La Liga! (Foto: Reuters/Juan Medina)
"The first goal is always important."
Kalimat yang diucapkan oleh Landon Donovan di atas banyak benarnya. Kesebelasan yang berhasil mencetak gol lebih dulu tak perlu menyarangkan gol lagi untuk menang, toh mereka telah unggul.
ADVERTISEMENT
Tentu saja ada catatan tambahannya: mereka tak kebobolan setelahnya. Selain itu tingkat kepercayaan diri sebuah tim yang unggul idealnya lebih baik ketimbang lawannya yang tertinggal. Ini sudah cukup menggambarkan pentingnya gol pertama pada sebuah pertandingan, apalagi dalam partai penting sekelas final Liga Champions yang akan berlangsung pada Minggu (4/6/2017) dini hari WIB.
Pada laga tersebut, siapa tahu, entah Juventus atau Real Madrid, akan mencetak gol lebih dulu dan keluar sebagai pemenangnya.
Namun, ingat ini: Madrid adalah pengecualian. Ungkapan Donovan sama sekali tak relevan untuk mereka. Mungkin saja karena pencetak gol terbanyak dalam sejarah Major League Soccer (MLS) itu tak pernah berseragam El Real. Seperti diketahui, anak asuh Zinedine Zidane itu memang kerap terlambat panas di musim ini. Ada beberapa kesempatan di mana mereka baru bisa mencetak gol di menit-menit akhir.
ADVERTISEMENT
Dalam 5 laga terakhir di Liga Champions, Los Blancos memang hanya sekali keok —1-2 di tangan Atletico Madrid pada leg II semifinal Liga Champions— dan itu adalah satu-satunya laga di mana Madrid ketinggalan dua gol lebih dulu. Beruntung buat Madrid, di pertemuan sebelumya mereka telah berhasil menghajar rival sekotanya itu tiga gol tanpa balas.
Pada tiga laga sisa selain dua yang sudah disebutkan di atas, Madrid selalu tertinggal lebih dulu. Pada pertemuan kedua di babak 16 besar kontra Napoli, Cristiano Ronaldo dan kawan-kawan kecolongan lewat aksi Dries Mertens di menit ke-24. Madrid kemudian berhasil membalikkan keadaan melalui tiga gol yang mereka cetak.
ADVERTISEMENT
Tim B Real Madrid tetap saja tangguh. (Foto: Stringer via Reuters)
Kala berhadapan dengan Bayern Muenchen lebih parah lagi. Dalam dua pertemuan, gawang Keylor Navas selalu kemasukan duluan. Pada leg pertama, Arturo Vidal bisa di menit ke-25, lalu pada perjumpaan selanjutnya Robert Lewandowski sukses jadi yang pertama mencatatkan namanya di papan skor di menit ke-53. Uniknya, kendati tertinggal lebih dulu Madrid berhasil mengakhiri laga dengan kemenangan.
Sedangkan kondisi Juventus berbeda dengan Madrid. Gianluigi Buffon hanya kebobolan sebiji gol dari 5 pertandingan terakhirnya di Liga Champions. Gol semata wayang itu dilesakkan Kylian Mbappe pada leg kedua semifinal setelah La Vecchia Signora unggul dua gol terlebih dulu.
Satu-satunya pengalaman Juve kecolongan gol lebih dulu adalah sewaktu berhadapan dengan Sevilla untuk kedua kalinya di fase grup. Saat itu Nicolas Pareja membuat pubik Ramon Sanchez Pizjuan bersorak pada kesembilan. Namun, anak asuh Massimiliano Allegri sukses membalikkan keadaan lewat tiga gol susulan.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan menit dan jumlah kebobolan di atas, Juve bisa saja memanfaatkan celah dari lambat panasnya Madrid. Mencetak gol di menit-menit awal lalu mengantisipasi aksi comeback Madrid bisa menjadi strategi awal Dani Alves dkk.
Juventus dengan trofi juara mereka. (Foto: Giorgio Perottino/Reuters)
Stratetgi tancap gas juga bisa kembali diaplikasikan Juve seperti saat membekuk Barcelona 3-0. Seperti diketahui, “Si Nyonya Tua” unggul dua gol atas Lionel Messi dan kawan-kawan saat pertandingan belum genap setengah jam.
Di sisi lain, jika Juve gagal membuka keunggulan terlebih dahulu, mereka diprediksi bakal kesulitan. Pasalnya, Madrid tercatat lebih garang setelah turun minum. Total 10 dari 13 gol Madrid pada 5 laga termutakhir Liga Champions dicetak di babak kedua. Salah satu faktornya adalah kejelian Zizou dalam memanfaatkan kedalaman skuatnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu tren pemenang Liga Champions dalam lima edisi teranyar didominasi oleh tim yang berhasil unggul lebih dulu. Hanya Chelsea yang kemudian bisa menaklukkan Bayern Muenchen lewat drama adu penalti serta Madrid yang sukses membalikkan keadaan atas Atletico.