Mencari Posisi Ideal Michael Essien di Persib

29 Maret 2017 13:28 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Pemain Persib Michael Essien. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pemain Persib Michael Essien. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Mendatangkan pemain bintang selalu sukses menarik perhatian, paling tidak di awal. Tapi tentu tak hanya itu tujuan Persib Bandung mendatangkan Michael Essien ke Kota Kembang. Mereka juga berharap, pemain yang tampil bersama Ghana di Piala Dunia 2006 itu juga memberi efek positif dari segi permainan.
ADVERTISEMENT
Persib di bawah arahan Djajang Nurjaman (Djanur) lebih sering bermain dengan 4-3-3 atau 4-2-3-1. Itu artinya, “Maung Bandung” hanya memiliki satu slot untuk sektor gelandang bertahan yang notabene merupakan posisi alami Essien. Namun, peran tersebut telah diemban oleh Hariono yang merupakan penggawa veteran.
Tentu menyingkirkan pemain berkharisma seperti Hariono bukanlah keputusan bijak. Hal tersebut yang kemudian menjadi landasan jDjanur, uru taktik kelahiran Majalengka itu, mendorong Essien bermain sebagai gelandang serang.
Keputusan itu juga didukung oleh oleh rekam jejak pemain terbaik Ghana 2008 itu yang memang mampu bermain di berbagai posisi. Menurut Transfermarkt, selain dapat berperan sebagai gelandang bertahan, Essien juga sempat bermain di posisi full-back kanan dan kiri, gelandang kanan dan kiri, gelandang tengah, serta bek tengah. Ya, Anda tak salah baca: tidak pernah disebutkan bahwa ia pernah mengemban tugas sebagai gelandang serang.
ADVERTISEMENT
Di Panathinaikos —klub terakhir sebelum ia berlabuh di Persib— Essien tercatat berlaga sebanyak 13 kali di mana 11 di antaranya bermain sebagai gelandang bertahan. Kondisi tersebut setali tiga uang saat ia berseragam AC Milan. Peran sebagai tukang jagal lebih sering ia emban ketimbang diplot sebagai gelandang tengah dan full-back kanan.
Chelsea jelas menjadi masa keemasan bagi Essien. Selain berada pada puncak performanya, Essien juga didukung oleh para pemain bintang yang menunjang permainannya. Musim 2005/2006, misalnya, saat Essien berhasil membawa The Blues meraih mahkota Premier League, ia justru lebih kerap bermain sebagai gelandang box-to-box karena pos gelandang bertahan dihuni oleh Claude Makelele.
Sementara Frank Lampard mengisi slot gelandang serang dalam skema 4-3-3 yang diusung José Mourinho saat itu. Bisa dikatakan, skuat Chelsea saat itu merupakan salah satu skuat terbaik Mourinho dengan Didier Drogba sebagai ujung tombaknya.
ADVERTISEMENT
***
Kembali lagi kepada alternatif pos gelandang serang yang akan diisi oleh Essien. Persib bisa saja mencontoh skuat Chelsea 2005/2006 dengan format 4-3-3, di mana Essien diserahi peran sebagai gelandang box-to-box.
Persib memiliki modal kuat. Komposisi pemain mereka mendukung. Hariono bisa jadi jelmaan Makelele, sementara Gian Zola akan menjadi gelandang serang seperti Lampard.
Atep serta Febri Haryadi, yang lebih intens melakukan cutting inside, bisa berperan layaknya Arjen Robben dan Joe Cole untuk mengakomodir penyerang setajam Sergio Van Dijk yang kita anggap saja seperti Drogba.
Michael Essien saat konpers di Graha Persib. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Michael Essien saat konpers di Graha Persib. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Kemampuan Essien dalam merebut penguasaan bola dari lawan, serta kelebihannya dalam segi umpan dan tembakan jarak jauh, membuatnya bisa menjadi duet yang ideal untuk Hariono sang tukang jagal. Dedi Kusnandar memang memiliki umpan yang oke, tapi untuk saat ini menumbalkan pemain berusia 25 tahun tersebut menjadi keputusan paling tepat.
ADVERTISEMENT
Alasannya, memaksakan Essien untuk bermain di posisi yang asing, di tempat yang masih asing juga, amatlah riskan. Paling tidak, kehadirannya sebagai gelandang tengah akan memperkuat lini pertahanan sekaligus menambah alternatif serangan dari second line.
Selain itu, faktor adaptasi menjadi salah satu pertimbangan lain untuk "memaksakan" Essien sebagai gelandang serang.
Patut diingat, pemain berpostur 178 cm itu tak lagi muda, ia bahkan sempat menganggur setelah kontraknya tak diperpanjang Panathinaikos. Gamblangnya, performanya tak lagi sebaik dan seprima saat ia bermain untuk Chelsea. Masalah Infrastruktur, bahasa, serta catatan cedera yang pernah dialami Essien juga bisa memengaruhi penampilannya bersama Persib.
Kesimpulan
Essien memang merupakan pemain versatile yang bisa bermain multi-posisi. Namun, patut digarisbawahi jika dia tak pernah bermain sebagai gelandang serang, seperti yang diinginkan oleh Djanur. Essien hanya pernah bermain (atau tepatnya berperan) sebagai gelandang box-to-box yang notabene membuatnya sesekali naik membantu serangan.
ADVERTISEMENT
Meminta Essien bermain sebagai gelandang serang bisa menghadirkan risiko karena Essien kini tak lagi muda dan masih butuh adaptasi dengan sepak bola Indonesia.
“Maung Bandung” bisa merujuk pada skuat Chelsea 2005/2006 memainkan Essien di posisi aslinya, hal itu didukung oleh komposisi pemain serta format 4-3-3 yang tentunya tak asing bagi mereka.