Ratu Tisha: PSSI Ikut Terluka dengan Meninggalnya Catur

3 September 2017 14:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Indonesia vs Fiji di Stadion Patriot (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Indonesia vs Fiji di Stadion Patriot (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Catur Yuliantono, 32 tahun, meninggal dunia ketika sedang menyaksikan pertandingan Tim Nasional Indonesia vs Fiji di Stadion Patriot, Bekasi, Sabtu (2/9/2017). Ia meninggal setelah terkena lemparan petasan yang dilempar oleh suporter lainnya.
ADVERTISEMENT
Kejadian nahas itu terjadi menjelang berakhirnya laga Indonesia vs Fiji. Sebuah petasan, yang dimaksudkan dilemparkan ke udara, justru mengarah ke tengah-tengah suporter yang berada di tribune timur.
Catur berada di tengah-tengah suporter tersebut. Petasan itu kemudian meledak dan mengenai wajah Catur. Para suporter pun panik. Beberapa berusaha memadamkan api yang menjalar di tubuh Catur dengan air minum. Beberapa lainnya berteriak meminta bantuan medis.
Serda Panji, salah seorang anggota Kostrad TNI, yang melihat kejadian itu langsung membawa Catur ke rumah sakit. Pada pukul 18.20 WIB, ketika mereka yang membawa Catur tiba di rumah sakit, nyawa Catur sudah tidak bisa diselamatkan. Ia telah meninggal dunia.
Minggu (3/9), Catur dimakamkan di rumah duka di Jalan Kampung Sumur, Klender, Jakarta Timur. Perwakilan PSSI ikut menghadiri pemakaman tersebut.
ADVERTISEMENT
Tisha menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban dan kembali mengutarakan tekadnya untuk memperbaiki pengelolaan sepak bola nasional, termasuk soal menjaga agar sebuah pertandingan berjalan tertib dan lancar.
“PSSI tentu sangat terluka akan kondisi ini. Kami menemani keluarga Catur dari tadi malam, dari rumah sakit sendiri sampai di pemakaman,” ujar Sekjen PSSI, Ratu Tisha Destria.
“Tentunya dari PSSI, yang pertama, ingin mengatakan bahwa berapapun apapun santunan yang kami berikan nggak akan cukup untuk menutup kepedihan ini, jadi saya rasa ini nggak bisa terbayar oleh apapun.”
Kembang api menewaskan suporter Indonesia.  (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kembang api menewaskan suporter Indonesia. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
“Kita akan lawan ini, kita akan usut ini sampai tuntas, kita akan cari pelakunya bersama kepolisian setempat. Kita tidak akan pernah memaafkan orang-orang atau siapapun —atau apapun— yang ingin mencoreng citra sepak bola Indonesia.”
ADVERTISEMENT
“Ke depannya kami juga mengimbau kepada teman-teman semua media dan publik untuk menghaturkan belasungkawanya, untuk tidak bercanda gurau, tidak saling menyindir tidak saling memaki, tidak saling mengkritisi, tidak saling berbicara, stop, diamlah. Janganlah mengunggah video apapun yang bisa melukai keluarga dan hati korban. Ada kalanya ketika kita harus berdiam diri, dan itu baik,” kata Tisha.
Kejadian yang menimpa Catur menambah panjang daftar suporter yang meninggal ketika sedang menyaksikan pertandingan di Indonesia. Namun, berbeda dengan kebanyakan kasus, di mana biasanya terjadi akibat kekerasan suporter, kasus Catur merupakan sebuah kelalaian di mana petasan dan kembang api —yang semestinya dilarang dibawa ke tribune— lolos dari pengamatan petugas.