Resmi: Frank de Boer Ramaikan Persaingan di Premier League

26 Juni 2017 22:59 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
De Boer memamerkan jersey Palace. (Foto: Andrew Bowyers/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
De Boer memamerkan jersey Palace. (Foto: Andrew Bowyers/Reuters)
ADVERTISEMENT
Deretan manajer asing (baca: Eropa daratan) yang mencari peruntungan di rimba Premier League bertambah. Kini ada mantan pelatih kepala Ajax dan Inter Milan, Frank de Boer, yang baru saja ditunjuk untuk menukangi Crystal Palace.
ADVERTISEMENT
Sebagai permulaan, biar kami beritahu jumlah manajer non-Inggris, Britania ataupun Irlandia, yang akan menjadi juru taktik di Premier League 2017/2018. Dengan kehadiran De Boer, kini ada 13 manajer yang berasal dari luar daratan Britania dan Irlandia.
Dari sisa tujuh manajer lainnya, hanya empat yang merupakan pria-pria asli Inggris. Mereka adalah Eddie Howe (AFC Bournemouth), Sean Dyche (Burnley), Paul Clement (Swansea City), dan Craig Shakespeare (Leicester City).
Namun, kami tidak hendak membahas kian kosmpolitannya Premier League —yang tidak hanya dijamah oleh pemain-pemain asing nan mahal, tetapi juga manajer-manajer dengan dandanan parlente—, melainkan bakal membahas De Boer.
De Boer adalah pelatih tersukses Ajax semenjak era Louis van Gaal. Dia adalah pelatih pertama sejak Van Gaal yang membawa Ajax memenangi gelar juara Liga Belanda dalam tiga musim beruntun. Malah, De Boer menambah satu trofi lagi untuk melebihi pencapaian Van Gaal di ranah kompetisi domestik.
ADVERTISEMENT
Namun, berbeda dengan Van Gaal, yang sukses membawa Ajax berjaya di Eropa, De Boer selalu gagal manakala membawa tim besutannya bertanding di Liga Champions atau Liga Europa. Ketika ia mengundurkan diri pada Mei 2016, yang ditujunya cuma satu: mencari pembuktian di liga lain, bahwa ia tidak hanya bisa sukses di negaranya sendiri.
Perjalanan karier kemudian membawa De Boer ke Milan, di mana ia ditunjuk untuk menukangi Inter pada Agustus 2016. Inter kala itu baru saja ditinggal Roberto Mancini. Semestinya, ini menjadi langkah awal yang bagus buat De Boer, tetapi tidak begitu ceritanya.
Karena diwarisi skuat yang memang bukan bentukannya —ditambah tidak melewati masa pramusim bersama skuatnya itu dan pengetahuan yang relatif minim akan Serie A—, De Boer mengalami mimpi buruk. Empat belas pertandingan ia lalui bersama Inter, tetapi hanya lima kemenangan berhasil didapat.
ADVERTISEMENT
Sisanya, De Boer hanya mampu memberikan dua hasil imbang dan menelan tujuh kekalahan. Persentase kemenangannya tidak cukup besar: hanya 35,7%. Hanya tiga bulan menangani Inter, De Boer didepak.
Beruntung buatnya, Palace, yang baru saja ditinggal Sam Allardyce pada Mei silam, mempekerjakannya sehingga ia tidak perlu menganggur hingga setahun penuh. Oleh Palace, ia diberi kontrak tiga tahun.
Sebagai pendatang anyar di Premier League, anggapan bahwa ia datang hanya untuk mencari nama dan menjadikan Palace sebagai batu pijakan tidak bisa dilepaskan. Namun, De Boer membantah anggapan itu.
“Saya tidak berpikir seperti itu. Saya hanya fokus pada pekerjaan yang ada di depan mata saat ini. Apa yang terjadi selanjutnya itu urusan nanti,” ujar pelatih berusia 47 tahun ini seperti dilansir Soccerway.
ADVERTISEMENT
“Saya ingin fokus menjadikan Crystal Palace tim yang amat solid di Premier League. Apa yang terjadi selanjutnya, kita lihat nanti,” lanjutnya.
Palace ditukangi dua manajer musim lalu. Setelah Alan Pardew dipecat pada Desember 2016, Palace langsung mempekerjakan Allardyce. Bersama Allardyce, Palace selamat dari degradasi dan finis di urutan ke-14.
Rasa-rasanya, yang paling realistis buat De Boer, adalah membawa Palace finis lebih baik daripada musim lalu. Bukan begitu, meneer?