Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 Β© PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Dari Tepi Proklamasi Hingga Panggung Internasional
7 Januari 2025 11:27 WIB
Β·
waktu baca 4 menitTulisan dari rosyidah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kisah Inspiratif ; Achmad Soebardjo Panitia Sembilan
ADVERTISEMENT
Achmad Soebardjo, adalah salah satu pejuang kemerdekaan Indonesia yang dilantik oleh presiden pertama kita Ir. Soekarno sebagai menteri luar negeri Republik Indonesia pertama di kabinet presidensial pada tanggal 18 Agustus 1945. Soebardjo mendapat kesempatan menempuh sekolah tinggi di Belanda tepatnya di Universitas Leiden dan memperoleh ijazah Meester in de Rechten yang saat ini setara dengan Sarjana Hukum di bidang undang undang pada tahun 1933. Semasa menjadi mahasiswa, Soebardjo berperan aktif dalam berbagai organisasi penggerak kemerdekaan Indonesia seperti Jong Java dan Persatuan Mahasiswa Indonesia di Belanda. Pada bulan Februari 1927, Soebardjo bersama Mohammad Hatta dan para ahli gerakan gerakan Indonesia menjadi perwakilan Indonesia pada persidangan antar bangsa "Liga Menentang Imperialisme dan Penindasan Penjajah" yang pertama di Brussels dan kemudiannya di Jerman. Sejak kecil, Soebardjo sudah menguasai bahasa Belanda yang ia pelajari dengan membaca buku buku berbahasa Belanda. Kala itu, ayah Soebardjo memiliki status sebagai pejabat pemerintah kolonial, beliau memiliki hak untuk menempuh pendidikan di sekolah Belanda. Namun karena pada saat itu di Karawang masih belum ada sekolah Belanda, orang tua Soebardjo mengirim anak-anaknya ke Batavia untuk bersekolah. Saat masih duduk dibangku sekolah, Soebardjo yang sekolahnya dibawah naungan Belanda, tak jarang mendengar nama bangsanya diperolok olok oleh kepala sekolahnya sendiri. Seorang kepala sekolah bernama Vleming berpendapat bahwa makhluk pribumi sangatlah bodoh dan tidak pantas disamakan oleh bangsa Eropa maupun bangsa bangsa lainnya. Lebih lanjut, Vleming menambahkan jika penduduk pribumi tidak mempunyai kemampuan untuk menerima pendidikan lebih tinggi dan mereka lebih cocok untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan rendah dan kasar. Hal ini, membuat Soebardjo sakit hati dan bersumpah agar belajar lebih giat lagi untuk membuktikan bahwa perkataan dan prespektif Vleming tentang orang pribumi itu salah.
ADVERTISEMENT
Peristiwa BPUPKI
Kekalahan demi kekalahan yang dialami oleh Jepang di peperangan Pasifik melawan tentara Sekutu, menyebabkan Gunseikanbu (Pemerintah Militer Jepang) membentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau dalam bahasa Jepang disebut Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai. BPUPKI diketuai oleh Dr. Radjiman Wediodiningrat dan R.P. Suroso, sedangkan wakilnya adalah Ichibangase Yoshio. BPUPKI mengadakan sidang sebanyak dua kali. Sidang pertama dilaksanakan pada 21 Meiβ1 Juni 1945, sedangkan sidang yang kedua dilaksanakan pada 10β17 Juli 1945. Achmad Soebardjo di dalam BPUPKI berperan menyumbangkan berbagai pemikirannya dalam menyusun dasar negara bagi Indonesia merdeka. Pada sidang BPUPKI yang pertama, dia mengatakan sebagai berikut.
Dalam merancang suatu konstitusi bagi Indonesia, adalah suatu kesalahan besar bila kita hanya meniru atau menuliskan kembali suatu konstitusi dari negara-negara lain. Apa yang baik bagi negara-negara lain, belum tentu baik daripada suatu falsafah hidup yang asing bagi alam pikiran serta pandangan mengenai kehidupan dan dunia.
ADVERTISEMENT
Berkat pemikiran tersebut, Achmad Soebardjo diikutsertakan dalam Panitia Sembilan yang dibentuk oleh Soekarno dengan tujuan merumuskan Pembukaan Undang-Undang Dasar. Perannya dalam Panitia Sembilan juga sangat besar, karena gagasan yang disampaikannya akhirnya dimasukkan sebagai paragraf I pembukaan UUD 1945 yang berbunyi sebagai berikut.
Bahwa kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa, oleh karena itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.
Peristiwa PPKI
Terdesaknya Jepang akibat serangan Sekutu di medan peperangan membuat Komandan Angkatan Perang Daerah Bagian Selatan, Marsekal Terauchi mengumumkan pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 7 Agustus 1945 dan memanggil Soekarno, Mohammad Hatta, dan Radjiman Wedyodiningrat untuk datang ke Saigon. PPKI ditunjang oleh badan perancang yang terdiri atas para penasihat yang diketuai oleh Mohammad Hatta. Adapun Achmad Soebardjo diangkat sebagai wakil ketua badan perancang yang bertugas untuk menyampaikan surat undangan rapat PPKI kepada masing-masing anggota. Dalam menjalankan tugasnya, program PPKI ternyata tidak berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan terjadi sebuah kejadian yang kemudian disebut sebagai Peristiwa Rengasdengklok. Adanya peristiwa tersebut membuat pekerjaan PPKI terpaksa terhenti.
ADVERTISEMENT
Karir Achmad Soebardjo Setelah Kemerdekaan
Satu hari setelah proklamasi kemerdekaan, tepatnyaTanggal 18 Agustus 1945, Soebardjo dilantik menjadi Menteri Luar Negeri RI pertama untuk mengisi Kabinet Presidensial yang dipimpin oleh Soekarno sebagai presiden dan Mohammad Hatta selaku wakil presiden. Namun jabatan beliau sebagai Menteri Luar Negeri RI hanya berlangsung hingga 14 November 1945. Tugasnya kemudian dilanjutkan oleh Soetan Sjahrir, yang merupakan Perdana Menteri pertama RI. Soebardjo kembali menjabat menjadi Menteri Luar Negeri RI pada periode 1951β1952. Kemudian antara tahun 1957β1961, Soebardjo menjadi Duta Besar Republik Indonesia di Swiss.
Refrensi
Live Update
PSSI resmi mengumumkan Patrick Kluivert sebagai pelatih baru timnas Indonesia, Rabu (8/1). Pelatih asal Belanda ini akan menjalani kontrak selama dua tahun, mulai 2025 hingga 2027, dengan opsi perpanjangan kontrak. Kluivert hadir menggantikan STY.
Updated 8 Januari 2025, 16:34 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini