Konten dari Pengguna

Konflik Rusia-Ukraina: Perseteruan Kekuasaan dan Identitas di Panggung Global

Rouli Triana Munthe
Mahasiswa aktif jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Sriwijaya.
5 November 2024 14:19 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rouli Triana Munthe tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gadis Muda Memprotes Perang Di Ukraina, Rbu (23/2/2022). Foto: Pexels/Matti Karstedt
zoom-in-whitePerbesar
Gadis Muda Memprotes Perang Di Ukraina, Rbu (23/2/2022). Foto: Pexels/Matti Karstedt
ADVERTISEMENT
Konflik Rusia-Ukraina adalah salah satu isu paling mendalam dan kompleks di panggung internasional, mengandung elemen sejarah yang berlarut-larut, dinamika politik global, serta dampak langsung yang meluas hingga ke krisis ekonomi dan kemanusiaan. Meskipun konflik ini sering kali terlihat seperti perseteruan antara dua negara bertetangga, latar belakangnya jauh lebih luas: melibatkan peran strategis Rusia di kawasan Eropa Timur, keinginan Ukraina untuk memihak Eropa, serta pangaruh NATO dan Uni Eropa yang memperumit hubungan wilayah tersebut.
ADVERTISEMENT
Konflik ini tidak hanya menantang keamanan dan stabilitas regional, tetapi juga menimbulkan pertanyaan mendasar tentang perimbangan kekuatan global, yang menempatkan Eropa dan Rusia dalam satu titik ketegangan baru di era pasca-Perang Dingin. Artikel ini menunjukkan betapa pentingnya diplomasi, multilateralisme, dan dialog internasional untuk meredakan konflik yang berpotensi berkepanjangan ini. Denagn demikian tulisan ini memiliki karakteristik yang tajam dan beropini, namun tetap didasarkan pada analisis objektif dari data-data yang ada. Melalui pendekatan ini, penulis akan mengeksplorasi beberapa poin penting, termasuk motif dan strategi Rusia dalam mempertahankan pengaruhnya di Ukraina dan kawasan sekitarnya, serta ambisi Ukrain untuk mendekatkan diri pada Barat sebagai bagian dari aspirasinya menuju keanggotaan Uni Eropa dan NATO.
Penting untuk memahami bahwa konflik Rusia-Ukraina bukan hanya tentang kedaulatan teritorial dan keamanan nasional, melainkan terkait juga dengan benturan ideologi antara demokrasi liberal yang dianut sebagian besar negara Barat dan otorianisme yang semakin mencolok di Rusia. Di tengah kondisi ini, Rusia berusaha mempertahankan xona pengaruhnya untuk menegaskan peran sebagai kekuatan dunia yang kuat, sedangkan Ukraina melihat masa depan yang lebih baik melalui integrasi dengan Eropa. Konflik ini bukan hanya soal ketahanan regional, tetapi juga tentang hak dasar warga negara Ukraina untuk menentukan masa depan negaranya sendiri.
ADVERTISEMENT
Dari konflik ini menimbulkan implikasi dari startegi yang digunakan oleh berbagai aktor internasional, sanksi ekonomi yang diberlakukan terhadap Rusia ternyata tidak hanya mempengaruhi perekonomian Rusia saja, akan tetapi memnepengaruhi perekonomian global juga, terutama di sektor energi. Di sisi lain, dukungan militer dan bantuan finansial dari negara barat kepada Ukraian menimbulkan risiko eskalasi konflik yang lebih besar dan berkepanjangan.
Konflik Rusia-ukraina adalah fenomena yang menarik untuk dikaji melalui teori hubungan internasional. Teori realisme, misalnya, memandang konflik ini sebagai perebutan kekuasaan dan pengaruh geopolitik. Menurut pandangan realis, Rusia berusaha mempertahankan dominasinya di kawasan Eropa Timur, yang dianggap sebagai wilayah pengaruh strategisnya. Dengan memproyeksikan kekuatan militer di Ukraina, Rusia mencoba menjaga keseimbangan kekuatan di Eropa Timur, terutama sebagai respons terhadap ancaman yang mereka lihat ari ekspansi NATO dan Uni Eropa. Dalam perspektif ini, keamanan nasional dan kekuasaan teritorial menjadi motivasi utama Rusia untuk mengontrol Ukraina.
ADVERTISEMENT
Dari sudut pandang penulis, teori realisme tampaknya paling relevan dalam memahami konflik ini, terutama karena fokusnya pada kekuatan dan keamanan negara. Dengan ancaman NATO yang semakin mendekat, Rusia merasa perlu untuk mempertahankan wilayah pengaruhnya agar tetap dapat menjadi kekuatan besar di kancah internasional. Dukungan militer yang besar dari Barat kepada Ukraina juga semakin memperkeruh konflik, membuat Rusia merasa terdesak untuk melindungi pengaruhnya melalui cara-cara militer. Di sini, konsep “security dilemma” atau dilema keamanan dalam realisme terlihat jelas, di mana setiap langkah militer dari satu pihak dianggap sebagai ancaman oleh pihak lain, sehingga kedua belah pihak semakin mengerahkan kekuatan militernya.
Peran organisasi internasionalperti PBB dan Uni Eropa, menjadi krusial dalam upaya meditasi. Namun, tantangan tetap besar mengingat Rusia adalah salah satu anggota tetap Dewan Keamanan PBB yang memiliki hak veto. Utnuk mengatasi kebuntuan ini, pendekatan multilateral yang lebih kreatif dan diplomatis diperlukan, termasuk mendorong negara-negara non-blok untuk memainkan peran sebagai mediator netral. Keterlibatan negara-negara seperti Turki, yang berhasil mempertemukan kedua pihak dalam perundingan terkait distribusi gandum, menunjukkan potensi besar dari pendekatan ini. Pendekatandiplomasi multilateral yang netral bisa menjadi solusi untuk membuka ruang dialog Rusia, Ukraina, dan aliansi Barat.
ADVERTISEMENT
Perdamaian mungkin sulit dicapai dalam waktu dekat, komunitas internasional harus mengutamakan solusi jangka panjang yang mengedepankan diplomasi dan integrasi ekonomi daripada konfrontasi. Strategi ini tidak hanya mempertimbangkan teritorial tetapi juga stabilitas ekonomi, ketahanan energi, dan penghormatan terhadap identitas nasional yang krusial bagi kedua belak pihak. Dengan mengggabungkan pendekatan realis, liberalis, dan konstruktivis, dunia internasional dapat merancang pendekatan yang lebih holistik, yang mampu memberikan jalan keluar bagi konflik ini tanpa mengorbankan hak-hak dan kepentingan negara-negara yang terlibat.
Sebagai kesimpulan, konflik Rusia-Ukraina bukan sekedar perseteruan teritorial, melainkan juga cerminan dari bentuk ideologi, kepentingan geopolitik, dan identitas nasional yang kompleks. Dari perspektif realisme, Rusia menganggap langkahnya sebagai upaya untuk mempertahankan pengaruh dan keamanan di Eropa Timur dalam menghadapi ekspansi NATO. Sementara itu, Ukraina melihat dukungan Barat sebagai sarana untuk memperjuangkan kedaulatan dan masa depan politik yang lebih bebas dari pengaruh Rusia. Konflik ini menunjukkan bahwa kedua belah pihak merasa teancam, memperparah security dilemma yang mendorong tindakan militer dari kedua kubu.
ADVERTISEMENT
Dalam upaya meredakan ketegangan, penting untuk mempertimbangkan pandangan liberalisme dan konstruktivisme yang mendorong diplomasi dan saling pengertian. Pendekatan multilateral melalui organisasi internasinal dan dukungan negara-negara netral telah menunjukkan hasil posotof dalam menciptakan dialog yang lebih konstruktif. Ini menjadi bukti bahwa solusi jangka panjang yang efektif membutuhkan dukungan dari komunita internasional, yang harus mampu mengombinasikan sanksi, insentif, dan dialog diplomatik secara seimbang. Integrasi ekonomi dan perundingan politik harus menjadi prioritas, bukan hanya demi kepentingan kedua negara tetapi juga untuk memastikan stabilitas kawasan dan menghindari dampak negarif yang lebih luas terhadap perekonomian global.
Penulis berpendapat bahwa pendekatan terbaik adalah mengedepankan diplomasi dan kerjasama internasional sebagai dasar utama resolusi konflik ini. Dengan pendekatan yang holistik dan mencakup aspek ekonomi, militer, dan identitas nasional, komunitas internasional dapat mengupayakan perdamaian yang berkelanjutan. Melalui diplomasi yang konsisten, insentif ekonomi, dan penghargaan terhadap identitas budaya kedua negara, perdamaian jangka panjang bukanlah hal yang mustahil. Mengakhiri konflik ini akan menciptakan stabilitas yang dibutuhkan oleh kawasan dan dunia, sekaligus menunjukkan bahwa konsistensi diplomasi lebih berdaya daripada kekuatan militer semata.
ADVERTISEMENT