Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Jihad Bukanlah Solusi Tepat Membantu Palestina
19 Juni 2024 6:57 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Roy Mahendra Pramana Putra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh: Roy Mahendra Pramana Putra
Konflik Israel-Palestina sudah berlangsung lama dan rumit, melibatkan berbagai kepentingan politik, agama, ekonomi dan kemanusiaan. Tindakan Israel terhadap rakyat Palestina dinilai kejam dan kelewat batas. Banyak orang di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, menunjukkan dukungan mereka kepada Palestina melalui berbagai cara. Mulai dari biasa hingga ekstrem.
ADVERTISEMENT
Salah satu cara ekstrem tersebut adalah jihad. Dalam KBBI, jihad adalah perang suci, memerangi orang kafir untuk mempertahankan agama Islam. Banyak komunitas membela Palestina yang mendukung aksi jihad oleh masyarakat dan tentara Indonesia.
Salah satunya beberapa minggu lalu. Pada pagi hari Minggu 2 Juni 2024, komunitas bela Palestina di Surabaya menggelar aksi untuk mendukung jihad ke Gaza di daerah Tunjungan, Surabaya. Aksi tersebut dilakukan oleh banyak orang dengan membawa banner, poster, dan lain-lain sambil menyuarakan suara mereka. Sebagai seorang mahasiswa yang peduli dengan isu ini, saya merasa perlu untuk menyampaikan pandangan saya yang menolak jihad sebagai solusi untuk membantu Palestina.
Pertama, mari kita lihat realita di lapangan. Berjihad ke Gaza berarti terlibat dalam konflik bersenjata yang memerlukan kemampuan militer yang mumpuni. Sayangnya, kebanyakan dari kita tentu tidak memiliki pelatihan atau keahlian militer yang memadai. Alih-alih membantu, kehadiran kita di sana justru bisa menjadi beban bagi pejuang Palestina yang sudah berpengalaman.
ADVERTISEMENT
Bagaimana dengan mengirim tentara Indonesia? Mengirim tentara Indonesia untuk berjihad melawan Israel bukanlah solusi yang bijaksana. Langkah ini dapat memicu konflik internasional yang lebih luas. Bayangkan skenario di mana Indonesia terlibat langsung dalam perang melawan Israel. Israel, dengan dukungan sekutunya, tentu tidak akan tinggal diam. Serangan balasan bisa saja terjadi dan kita berisiko terjebak dalam perang. Kondisi tersebut membahayakan tanah air dan seluruh warga Indonesia.
Efek jangka panjang dari keterlibatan langsung dalam perang ini juga sangat mengkhawatirkan. Jika terjadi perang antara Israel-Indonesia, negara-negara lain terutama sekitar atau memiliki hubungan dekat dengan Indonesia, tentu akan terkena dampaknya dan dapat ikut campur. Jika itu terjadi, lingkup perang akan menjadi jauh lebih luas. Perang membawa kehancuran, penderitaan, dan dampak psikologis yang mendalam bagi semua pihak yang terlibat. Itulah mengapa jihad bukan opsi yang baik untuk membantu Palestina.
ADVERTISEMENT
Ada banyak cara lain yang lebih damai dan aman untuk membantu Palestina. Mengirim bantuan kemanusiaan, seperti makanan, obat-obatan, dan perlengkapan medis, bisa sangat membantu warga Palestina yang terdampak konflik. Selain itu, menggalang dana untuk mendukung pendidikan dan pembangunan infrastruktur di Palestina juga merupakan langkah nyata yang bisa kita ambil. Ini adalah cara-cara yang damai dan berkelanjutan untuk menunjukkan solidaritas kita tanpa harus melibatkan diri dalam kekerasan.
Sebagai seorang mahasiswa psikologi, saya juga melihat pentingnya dukungan mental dan emosional bagi mereka yang terdampak konflik. Trauma akibat perang bisa berdampak jangka panjang pada kesehatan mental seseorang. Mengirimkan bantuan psikososial dan mendukung program rehabilitasi bagi korban konflik bisa menjadi kontribusi nyata dari kita yang peduli.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, tujuan kita adalah membantu Palestina, bukan menambah penderitaan mereka dengan memperluas konflik. Jihad bukanlah solusi yang tepat. Perang membawa lebih banyak bahaya dan penderitaan, baik bagi yang terlibat langsung maupun yang tidak. Sebaliknya, mari kita pikirkan solusi-solusi damai yang bisa memberikan dampak positif jangka panjang bagi Palestina.
Mari kita tunjukkan solidaritas kita dengan cara yang lebih bijaksana dan damai. Ingat, niat baik saja tidak cukup jika tindakan kita justru memperburuk keadaan.
Roy Mahendra Pramana Putra
Mahasiswa Psikologi Universitas Airlangga