Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
8 Tips untuk Calon Mahasiswa agar Bisa Hidup di Jerman
7 Oktober 2018 16:41 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
Tulisan dari Roy Sidharta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Dalam satu dekade terakhir, Jerman telah menjadi salah satu tempat favorit bagi mereka yang ingin melanjutkan pendidikan tinggi di luar negeri.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data yang diterbitkan oleh Deutscher Akademischer Austauschdienst (DAAD) di tahun 2017, terdapat 358.895 mahasiswa asing yang sedang mengemban pendidikan di Jerman. Tidak terkecuali dari Indonesia, yang jumlah mahasiswanya masuk dalam peringkat 20 besar, yakni 4.669 orang.
Tentu banyak alasan bagi seseorang untuk memilih belajar di Jerman, ada yang mengganggap bahwa Jerman merupakan destinasi utama untuk belajar ilmu pasti dan teknologi. Ada juga yang ingin belajar karena biaya pendidikan di Jerman jauh lebih murah dibandingkan dengan Amerika Serikat, Inggris, dan Australia.
Belajar memang tujuan utama kita, namun ketika di luar negeri kalau bisa tidak hanya belajar ilmu, tapi kita perlu mempelajari bagaimana hidup di sana.
Berdasarkan pengalaman penulis, ini yang kerap kali menjadi kelemahan bagi sebagian besar mereka yang belajar di Jerman, khususnya yang berstatus calon mahasiswa yakni mereka yang lulus SMA dan sedang mengikuti program persamaan (Studienkolleg) atau kursus bahasa Jerman.
ADVERTISEMENT
Tidak jarang para calon mahasiswa ini terkena perkara dan bahkan gugatan hukum entah karena ketidaktahuan atau karena murni kelalaian mereka. Berikut adalah beberapa tips bagi para calon mahasiswa yang mungkin dapat membantu untuk bisa hidup di Jerman.
1. Daftar Diri dan Urus Izin Tinggal Secepatnya

Setiap orang yang akan tinggal di Jerman lebih dari 3 bulan, diwajibkan untuk mendaftarkan diri (Anmeldung) di Kantor Urusan Registrasi Tempat Tinggal (Einwohnermeldeamt). Proses inilah kunci awal untuk kemudian bisa mendapatkan izin tinggal. Ingat, visa yang kita miliki bukanlah izin tinggal, sehingga setibanya di Jerman secepatnya perlu diganti di Kantor Urusan Asing (Ausländerbehörde)
Meskipun ada yang bilang orang Jerman itu efisien, tetapi dalam proses pengurusan izin tinggal, tidak tampak keefisienannya. Pengurusan izin tinggal di Jerman sangat birokratis. Kuncinya di sini, turuti saja apa yang diminta oleh petugas Ausländerbehörde yang sering kaku dan berupaya untuk memproses segala sesuatu sesuai ketentuan yang berlaku.
ADVERTISEMENT
Meskipun demikian, petugas Ausländerbehörde bukanlah robot, mereka juga manusia yang memiliki empati, masih bisa diajak bicara dan seringkali memberikan saran atau solusi.
Jangan berperilaku sembrono karena semua tindakan yang kita lakukan dalam pengurusan izin tinggal dicatat dan dilaporkan oleh petugas. Jadi, kalau mereka minta dibawakan kertas sebagai alat bukti, bawakan dalam bentuk kertas yang diminta dan bukan foto di dalam handphone. Hal sekecil itu masuk dalam catatan dan laporan mereka.
Tidak kalah pentingnya adalah lapor diri ke Perwakilan RI di Jerman yang terdekat. Mengapa? Selain nantinya dapat membantu mempermudah proses pengurusan administrasi keimigrasian dan kependudukan, data yang diberikan akan mempermudah Perwakilan RI untuk membantu di saat kondisi darurat.
2. Lindungi Diri dengan Asuransi

Pemerintah Jerman mewajibkan setiap orang yang bermukim di Jerman untuk memiliki asuransi kesehatan (Krankenversicherung) karena memang biaya pengobatan dan perawatan kesehatan di Jerman sangatlah mahal. Sayangnya, bagi mereka yang berstatus calon mahasiswa belum diperbolehkan untuk mengikuti sistem asuransi pemerintah sehingga asuransi swasta menjadi andalan.
ADVERTISEMENT
Belilah asuransi kesehatan sesuai dengan kebutuhan. Kecuali memang tidak mampu, disarankan jangan membeli asuransi yang paling murah. Bagi mereka yang memiliki penyakit bawaan, periksa kesanggupan perusahaan asuransi untuk membiayainya. Janganlah berbohong atau menutup-nutupi penyakit bawaan, karena apabila ketahuan maka perusahaan asuransi tidak akan mau membiayai.
Selain asuransi kesehatan, bagi mereka yang memiliki uang lebih, tidak ada salahnya untuk melindungi diri dengan memanfaatkan berbagai produk asuransi yang tersedia khususnya yang dapat membantu kita dalam menghadapi gugatan hukum, seperti asuransi tanggung gugat (Haftpflichtversicherung) kalau sewaktu-waktu secara tidak sengaja kita merusak barang milik orang lain.
Kemudian ada juga asuransi perlindungan tempat tinggal (Hausratversicherung) untuk menghadapi pencurian dan kerusakan di tempat tinggal, atau asuransi legal (Rechtsschutzversicherung) untuk membantu membiayai jasa pengacara.
ADVERTISEMENT
Jangan anggap remeh, Jerman bukanlah Indonesia. Penyelesaian secara kekeluargaan bukanlah kebudayaan mereka sehingga tidak jarang seseorang mendapatkan gugatan hukum.
3. Jangan Asal Main Tanda Tangan

Salah satu masalah klasik yang dihadapi para calon mahasiswa adalah ketidaktelitian atau ketidakpahaman terhadap isi sebuah dokumen dan kemudian membubuhkan tanda tangannya.
Beberapa modus yang sering ditemukan di Jerman adalah pemilik tempat tinggal menakut-nakuti calon penyewa untuk segera menandatangani kontrak sewa. Kalau tidak, tempat tinggal itu akan disewakan kepada orang lain, atau tempat kursus bahasa Jerman yang mencoba menipu dengan cara mengatakan bahwa dokumen itu hanya untuk memesan tempat.
Kalau tidak paham terhadap isi dokumen, mintalah waktu untuk mempelajarinya. Jangan takut terhadap ancaman yang diberikan oleh si pemilik kontrak meskipun dampaknya adalah kita akan kehilangan peluang. Ingat! Pada akhirnya kita sendiri yang menanggung segala konsekuensi atas dokumen yang ditandatangani. Jadi, better safe than sorry.
ADVERTISEMENT
4. Kalau Marah terhadap Seseorang, Jangan Mencaci Maki atau Mengumpat

Marah merupakan hal yang wajar dan bagian dari sifat manusia. Tetapi ingat! Marah dengan mencaci maki atau mengumpat terhadap seseorang di ranah publik merupakan pelanggaran terhadap peraturan penghinaan Jerman (Beleidigunggesetz).
Jerman tetap menghormati kebebasan orang untuk mengemukakan pendapat tetapi ada batasannya. Jadi kalau kita marah terhadap seseorang, ungkapkan sewajarnya saja. Tapi kalau tidak bisa, tahan diri dan cari tempat kosong untuk mengeluarkan caci maki dan umpatan.
Tidak sepadan kalau kita harus mondar-mandir ke pengadilan karena kasus seperti ini.
5. Tinggalkan Perilaku-perilaku Buruk yang Dilakukan di Indonesia

Banyak perilaku yang sebenarnya bisa dikategorikan buruk yang kita lakukan selama di Indonesia, tapi karena sudah sering dilakukan kemudian kita anggap sebagai hal biasa. Seperti misalnya mengunduh lagu dan film secara ilegal atau menjual produk-produk palsu secara online. Hindari.
ADVERTISEMENT
Di Jerman, jangan kaget kalau tiba-tiba mendapatkan 'surat cinta' gugatan dari kantor pengacara yang mewakili perusahaan-perusahaan yang produknya kita unduh secara ilegal atau kita jual barangnya versi KW.
Selama tinggal di Jerman, upayakan selalu untuk mempelajari tata krama dan sopan santun yang dilakukan oleh masyarakat Jerman seperti misalnya kebiasaan mengucap terima kasih ketika menerima kembalian di kasir, kebiasaan untuk menggunakan kata 'bitte' untuk meminta sesuatu atau menahan pintu bagi orang di belakang kita yang ingin masuk bersamaan.
Ini sepertinya hal sepele, tetapi di Jerman tata krama dan sopan santun merupakan hal penting dan sekaligus merupakan salah satu cara orang Jerman untuk menilai seseorang, khususnya orang asing. So, don’t be ignorant, pelajarilah! Percaya deh, belajar sedikit sopan akan membuka peluang untuk banyak hal.
ADVERTISEMENT
6. Jangan Menutup Diri dan Perluas Pergaulan

Selama kita berada di Jerman, maka saudara terdekat kita adalah kawan-kawan yang kita kenal. Merekalah yang nantinya akan menjadi pertolongan pertama kita apabila mengalami kesulitan atau dalam kondisi darurat. Kawan-kawan kita jugalah yang menjadi sumber informasi pertama kalau kita tidak memahami sesuatu.
Salah satu cara yang paling mudah adalah mendaftarlah dan berpartisipasi di perkumpulan-perkumpulan resmi (Eingetragener Verein atau disingkat e.V) atau yang bersifat olahraga, hobi, keagamaan sosial budaya, apapun yang menjadi minat kita.
Jadi, bergaullah dan cari teman sebanyak-banyaknya, baik sesama orang Indonesia maupun dengan orang setempat atau warga asing lainnya. Lumayan kan sambil menjalani hobi dan berkenalan dengan orang-orang.
7. Penggunaan dan Penyebaran Simbol NAZI adalah Bentuk Kejahatan dan Pidana

Entah kenapa meskipun kekejian NAZI sudah diungkapkan, tapi masih saja ada pendukungnya di Indonesia dan bahkan dengan bangga menggunakan atribut-atribut NAZI. Di Jerman, jangan coba-coba deh mengenakan jaket yang terdapat bordiran emblem swastikanya, memberikan penghormatan NAZI atau teriak, ”Heil Hitler” di publik.
ADVERTISEMENT
Pertama, sumpah enggak ada kerennya, orang-orang akan menganggap kita seperti orang gila. Kedua, Pemerintah Jerman telah melarang penggunaan dan penyebaran semua simbol yang terkait dengan NAZI sehingga pelanggaran terhadap ketentuan ini bisa masuk dalam kategori tindak pidana.
Bagi yang masih belum memahami NAZI itu apa, coba deh nanti pas di Jerman sekali-kali mengunjungi museum atau kamp konsentrasi NAZI dan semoga bisa mengambil manfaatnya.
Satu hal lagi, jangan anggap remeh rasisme karena ini juga merupakan tindak pidana. Jadi kalau kita menjadi korban atau mendapatkan perlakuan diskriminatif karena faktor ras/agama laporkan kepada kepolisian setempat.
Di lain pihak, tinggalkan kebiasaan di Indonesia yang menyebut atau memanggil seseorang berdasarkan warna kulit atau ras. Belajar untuk menjadi race sensitive dan political correctness.
ADVERTISEMENT
8. Tanya, Tanya, dan Tanya

Ada pepatah mengatakan, ”Malu bertanya sesat di jalan". Pepatah ini benar sekali, dan bahkan bukan hanya tersesat saja, kita juga bisa dibikin celaka kalau malu bertanya. Inilah kunci kesuksesan kita untuk bisa bertahan hidup di negara orang khususnya di Jerman, melalui bertanya.
Bisa dimaklumi bahwa bahasa Jerman memang cukup sulit dan sebagian besar yang datang belajar ke Jerman memiliki pengetahuan dan kemampuan yang terbatas dalam berbahasa Jerman. Tapi jangan jadikan kendala bahasa sebagai hambatan untuk berkomunikasi dan jangan malu untuk berbahasa Jerman karena sebagian besar orang Jerman paham kok bahwa bahasa mereka memang sulit.
Berdasarkan pengalaman, orang Jerman akan sangat menghargai ketika kita mencoba berkomunikasi dalam bahasa mereka dan ternyata meskipun bahasa Jerman kita enggak jelas sekalipun, mereka masih bisa dengan cepat menangkap maksud dari pesan yang disampaikan.
ADVERTISEMENT
Jadi bertanyalah, meskipun itu hal yang kecil seperti bagaimana menyalakan vacuum cleaner atau mesin cuci. Jangan malu atau merasa tidak enak, daripada nanti rusak dan harus ganti rugi atau lebih parah lagi, dituntut ke pengadilan.
Apabila mengalami kondisi darurat, jangan takut untuk bertanya kepada Perwakilan RI terdekat, khususnya bagian konsuler dan perlindungan warga negara Indonesia.
Viel Glück dan selamat belajar…

Dok: Pribadi/Istimewa