Kecintaan Jerman Terhadap Wurst (Bagian 2)

Konten dari Pengguna
17 November 2018 19:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Roy Sidharta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kecintaan Jerman Terhadap Wurst (Bagian 2)
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Ilustrasi Penjual Bratwurst (Foto: Pixabay)
Pada Bagian 1 kita berkenalan dengan kecintaan Jerman terhadap wurst, sekarang mari kita jelajahi cuplikan beberapa kisah lainnya di balik makanan daging cincang ini.
Kecintaan Jerman Terhadap Wurst (Bagian 2) (1)
zoom-in-whitePerbesar
Currywurst produksi VW (Foto: grillekueche-pattensen.de)
ADVERTISEMENT
Volkswagen dan Wurst
Volkswagen atau disingkat VW adalah salah satu merek mobil terkenal di dunia, di Indonesia masih banyak yang menggemari model klasik seperti Kodok atau Kombi. Hingga kini VW masih beroperasi dan menjadi gurita industri otomotif baik melalui merek sendiri maupun berbagai merek mobil lainnya yang menjadi anak perusahaannya seperti Audi, Bugatti Porsche, dan masih banyak lagi.
Tentu anda bertanya, “Lantas apa hubungannya antara VW dengan sosis?” VW merupakan satu-satunya perusahaan otomotif yang juga bergerak di industri wurst, dengan keahlian memproduksi jenis Currywurst. Bahkan berdasarkan publikasi resmi VW, di tahun 2017 jumlah produksi Currywurst mencapai 6,8 juta atau lebih besar dari total penjualan mobil mereka di seluruh dunia.
VW sudah 45 tahun memproduksi Currywurst. Semua berawal di tahun 1973, ketika para karyawan Volkswagen pertama kali dilayani Currywurst pada saat istirahat makan siang mereka. Saat itu Currywurst yang disajikan lebih berjenis Bockwurst, yang dibuat di toko daging yang berlokasi persis di Pabrik Pusat VW di Wolfsburg.
ADVERTISEMENT
Currywurst yang diproduksi VW beratnya sekitar 170 gram dengan kepanjangan 25 cm. Rata-rata dalam sehari, pabrik wurst VW ini bisa memproduksi 18.000 Currywurst.
Bagi yang tidak menyukai daging, sejak tahun 2010, VW telah memproduksi wurst khusus untuk vegetarian. Setelah selesai diproduksi, Currywurst ini kemudian didistribusikan ke berbagai pabrik VW di Jerman dan bahkan mencapai pabrik VW di Bratislava, Slovakia. Sejak beberapa tahun terakhir, produk ini juga diperjualbelikan kepada publik melalui mitra-mitra VW dan beberapa supermarket di Jerman.
Keributan karena Wurst
Kecintaan Jerman Terhadap Wurst (Bagian 2) (2)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi keributan (Photo: Pixabay)
Kegemaran orang Jerman terhadap wurst sempat memicu keributan dan menjadi pemberitaan. Kejadiannya di tahun 2016 di dalam pertemuan tahunan para pemegang saham Daimler AG (perusahaan mobil Mercedes) yang dilaksanakan di Berlin.
ADVERTISEMENT
Sebuah acara yang seharusnya diakhiri dengan perayaan karena Daimler AG berencana memberikan dividen terbesar dalam sejarah berubah menjadi tegang akibat keributan dua orang karena masalah wurst.
Sebagaimana dilaporkan oleh CNN, semua berawal ketika salah satu pemegang saham laki-laki yang diduga oleh pemegang saham perempuan lain tengah mengumpulkan beberapa sosis dari prasmanan untuk dibawa pulang. Kebetulan pada waktu itu di prasmanan sedang disajikan adalah Saitenwürschtle, wurst khas daerah Swabia wilayah kantor Mercedes di selatan Jerman yang umumnya tidak tersedia di Berlin.
Pemegang saham perempuan itu kemudian menegur pria tersebut dan memintanya untuk berhenti mengumpulkan Saitenwürschtle tadi sehingga kemudian terjadi perselisihan. Puncak dari keributan ini adalah kehadiran polisi di prasmanan tersebut yang khusus dipanggil untuk memisahkan kedua orang tadi. Si pemegang saham perempuan kemudian membuat laporan resmi kepada pihak kepolisian.
ADVERTISEMENT
"Kami harus memanggil polisi untuk menyelesaikan masalah ini," jelas Manfred Bischoff, Ketua Dewan Daimler AG. "Sepertinya kita butuh lebih banyak sosis, atau tidak menyajikannya sama sekali."
Kartel Wurst
Kecintaan Jerman Terhadap Wurst (Bagian 2) (3)
zoom-in-whitePerbesar
Beragam wurst yang tersedia di supermarket Jerman (Foto: Yustina Devanoni)
Layaknya cerita organisasi kejahatan bawah tanah, di tahun 2014 terbongkarlah kisah 22 perusahaan besar wurst yang secara rutin dan rahasia bertemu setiap tahunnya untuk membahas kenaikan harga dan memastikan keuntungan maksimum bagi produk mereka.
Menurut Badan Kartel Federal Jerman, kelompok yang dinamakan “The Atlantic Circle” ini (dinamakan begitu karena bertemu di Hotel Kempinski Atlantic di Hamburg yang nota bene adalah hotel yang digunakan untuk pengambilan gambar film “Tomorrow Never Dies” di mana salah satu adegannya adalah James Bond sedang melawan musuhnya) telah melakukan pertemuan rahasia itu sejak tahun 2003. Inti dari pertemuan itu adalah untuk memaksa untuk "memperbaiki" harga dan membuat supermarket harus membayar untuk mengisi kembali rak mereka.
ADVERTISEMENT
Atas terbongkarnya kasus ini, Badan Federal Kartel Jerman mengenakan denda sebesar € 338 juta kepada 22 perusahaan dan 33 individu itu. "Perjanjian penetapan harga dipraktekkan selama bertahun-tahun," kata Andreas Mund dari Badan Kartel Federal sebagaimana dikutip oleh Reuters. "Jumlah keseluruhan denda awalnya akan nampak tinggi, tetapi harus juga diperhitungkan jumlah besar perusahaan yang terlibat, durasi kartel, dan miliaran dalam omset yang dicapai di pasar ini."
Beberapa perusahaan tidak bisa menerima keputusan Badan Kartel Federal Jerman dan mengajukan gugatan ke pengadilan yang proses hukumnya masih berjalan hingga kini.
Berdasarkan laporan terakhir Deutsche Welle, di bulan Oktober 2018, Pengadilan Jerman telah menolak banding salah satu perusahaan pelaku yakni Wiltmann dan memerintahkannya untuk membayar € 6,5 juta, sedangkan Eksekutif Perusahaan Wolfgang Ingold didenda € 350 ribu atas keterlibatannya secara pribadi.
ADVERTISEMENT
Kanker dan Wurst
Kecintaan Jerman Terhadap Wurst (Bagian 2) (4)
zoom-in-whitePerbesar
(Photo: Pixabay)
Seberapa besar sebenarnya industri wurst di Jerman? Berdasarkan data dari Kementerian Ekonomi dan Energi Federal Jerman, daging dan sosis merupakan segmen terbesar dari industri makanan Jerman. Di tahun 2017, jumlah produksi mencapai € 43 miliar atau 24,3 % dari total produksi makanan Jerman.
Industri daging dan sosis Jerman yang besar ini kemudian suatu ketika di tahun 2015 dikejutkan dengan diterbitkannya hasil kajian dari International Agency for Research on Cancer (IARC), yang merupakan lembaga di bawah naungan World Health Organization (WHO), terhadap bahayanya mengkonsumsi daging merah dan menyimpulkan terdapatnya probabilitas besar bahwa daging olahan macam wurst adalah karsinogenik yang menyebabkan kanker kolorektal (usus besar) apabila dikonsumsi dalam jumlah besar. Hasil kajian ini juga menempatkan daging olahan dalam kategori “group 1” atau satu grup dengan tembakau, asbes dan diesel.
ADVERTISEMENT
"Setiap 50 gram porsi daging olahan yang dimakan setiap hari meningkatkan risiko kanker kolorektal hingga 18 persen," bunyi laporan IARC tersebut.
Laporan ini sempat memicu perdebatan baik di tingkat publik. Sebagaimana dilaporkan oleh Deutsche Welle, Harald zur Hausen dari German Cancer Research Center dan peraih Penghargaan Nobel untuk bidang medis, sampai turut mengkritisi laporan tersebut. "Pernyataan umum bahwa daging merah dan daging olahan adalah penyebab meningkatnya risiko kanker membutuhkan analisis yang lebih rinci," kata zur Hausen dalam komentar publiknya.
Zur Hausen juga melakukan penelitian tentang daging merah serta efek karsinogeniknya dan menemukan bahwa orang-orang di Mongolia, Bolivia, dan Botswana yang mengonsumsi daging merah dalam jumlah besar tetapi masih memiliki risiko rendah terkena kanker.
ADVERTISEMENT
Kontroversi ini terus meningkat sehingga memaksa Pemerintah Jerman untuk ikut campur untuk mendorong agar masyarakat Jerman tidak takut untuk memakan daging merah karena bagaimanapun juga, Jerman merupakan salah satu negara terbesar yang mengkonsumsi daging sekitar 60 kg per tahun dan daging yang diproses, rata-rata sekitar 17 kg per tahunnya.
“Tidak ada yang perlu takut untuk sekali-kali makan Bratwurst. Seperti segala sesuatunya, yang terpenting adalah kuantitas, terlalu banyak mengkonsumsi berbagai hal selalu buruk bagi kesehatan,” kata Christian Schmidt, Menteri Pangan dan Pertanian Jerman pada waktu, dalam surelnya kepada Reuters. "Tetapi tentu orang-orang pasti akan merasa tidak nyaman ketika makanan berdaging diletakkan pada tingkat yang sama seperti asbes atau tembakau."
Kampanye untuk memakan daging dan daging yang diproses Pemerintah Jerman sepertinya mengalami keberhasilan karena setahun setelah laporan IARC itu terbit, konsumsi masyarakat Jerman masih cukup tinggi berkisar di angka 61 kg per tahunnya.
ADVERTISEMENT
Meskipun demikian, masalah kesehatan tetap menjadi perhatian masyarakat Jerman, sehingga dalam 2 tahun terakhir muncullah wacana untuk menaikkan pajak pertambahan nilai bagi wurst atau menciptakan pajak tambahan bagi daging dan daging olahan.
Masih belum terdapat kesepakatan terhadap wacana ini. Kubu pro kesehatan dan lingkungan hidup terus meminta agar pajak dikenakan setinggi-tingginya. Pemerintah Jerman masih keberatan karena berdasarkan perkiraan, pengenaan pajak tersebut akan melambungkan harga penjualan hingga 160 %.
Selain itu, upaya untuk membuat wurst lebih sehat untuk dikonsumsi pun kini tengah berlangsung. Misalnya di tahun 2017, Kelompok Kerja Penelitian Pangan dan Gizi dari Ilmu Terapan Universitas Anhalt di Bernburg telah mengembangkan “wurst sehat” yang menurut pemimpin kelompok dan Profesor Teknologi Pangan Wolfram Schnackel dibuat dari ayam rendah sodium dan kemudian cita rasanya ditingkatkan dengan tanaman-tanaman herbal. Sosis ini rendah lemak.
ADVERTISEMENT