Pemanfaatan Gas Metana Sebagai Langkah Mitigasi Pemanasan Global

Konten dari Pengguna
2 April 2018 21:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Royan Aditama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh : Royan Aditama
Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah
ADVERTISEMENT
Ringkasan Eksekutif
Penyebab terjadinya pemanasan global dapat berasal dari berbagai sumber salah satu penyebab yang kadang terlupakan adalah bahaya dari gas metana yang berasal dari sampah sehari-hari yang kita hasilkan. Gas metana dapat berasal dari berbagai sumber salah satunya adalah dari proses penguraian sampah organik. Data Statistik Lingkungan Hidup Indonesia tahun 2017 saat ini kota-kota besar di Indonesia menghasilkan limbah organik rata-rata sekitar 962 m3 per hari yang mana produk emisi gas rumah kaca dari sektor limbah organik menghasilkan 94,64% adalah gas metana. Gas metana memiliki bahaya lebih kuat 21 kali daripada gas karbondioksdia, apabila gas methane ini terlepas di udara dapat mencemari udara dengan daya rusak dari gas methane ini adalah 1 Ton CH4 sama dengan 21 ton CO2 emisi gas buang.
ADVERTISEMENT
Untuk mengurangi dampak dari bahaya gas metana upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan gas metana sebagai sumber bahan bakar alternatif, selain dapat mengurangi kadar gas metana yang memicu pemanasan global, apabila dapat dikelola dengan baik pengelolaan pemanfaatan gas metana yang umumnya ada pada Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dapat juga dijadikan sebagai wahana wisata edukasi yang dapat dijadikan sarana untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup. Pemerintah daerah dapat melakukan hal tersebut untuk dapat meminimalisir kadar gas metana yang dapat memicu terjadinya pemanasan global.
Kata Kunci: Metana, Pemanasan Global, Energi, Alternative
Pendahuluan
Undang Undang Persampahan No. 18 Tahun 2008 pada Pasal 5 yang berbunyi Pemerintah dan pemerintahan daerah bertugas menjamin terselenggaranya pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan lingkungan sesuai dengan tujuan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini, telah memberikan kesempatan bagi pemerintah daerah sebagai pengelola sistem persampahan untuk meningkatkan kualitas pengelolaan sampah. Undang-undang ini mensyaratkan setiap pemerintah daerah untuk mengimplementasikan sistem pengolahan sampah yang ramah lingkungan serta pengoperasian TPAS yang aman bagi lingkungan.
ADVERTISEMENT
Salah satu inovasi yang dikembangkan Pemerintah Kabupaten Malang dalam pengelolaan sampah adalah memanfaatkan gas metana sebagai alternatif bahan bakar yaitu berupa pemanfatan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Talangagung yang merupakan tempat pengelolaan sampah terpadu yang telah memilah sampah organik dan sampah non-organik lalu ditimbun menggunakan tanah. Timbunan sampah akan menyebabkan terciptanya gas CH4 (metana) yang bisa berupa bau busuk yang menyebar ke udara. Pada TPA Talangagung ini dilakukan inovasi penangkapan dan pemanfaatan gas metana dari timbunan sampah untuk dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif untuk warga.
Meskipun metana merupakan gas yang berbahaya akan tetapi jika dimanfaatkan dan dikelola dengan baik akan memberikan manfaat yang besar bagi kita selain mengurangi pemicu pemanasan global juga dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif. Memanfaatkan gas metana sebagai bahan bakar alternatif adalah hal bijak yang dapat kita lakukan untuk dapat mengurangi dampak berbahaya dari gas metana tersebut.
ADVERTISEMENT
Pemanfaatan Gas Metan sebagai energi Alternatif
Pemanasan global diperkirakan telah menyebabkan perubahan-perubahan sistem terhadap ekosistem di bumi, antara lain perubahan iklim yang ekstrim, mencairnya es sehingga permukaan air laut naik, serta perubahan jumlah dan pola curah hujan. Adanya perubahan sistem dalam ekosistem ini telah memberi dampak pada kehidupan di bumi seperti terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser dan punahnya berbagai jenis hewan.
Penyebab pemanasan global terdiri dari berbagai sumber. Salah satunya adalah berasal dari emisi gas rumah kaca merupakan kontributor utama terjadinya perubahan iklim yang ekstrem. Jenis-jenis gas rumah kaca yang keberadaanya di atmosfer berpotensi menyebabkan perubahan iklim global menurut IPCC-2006 Guidelines terdiri dari karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitrooksida (N2O), chloro-fluoro-carbon (CFCs), hydro-fluoro-carbon (HFCs), dan sulfur heksafluorida (SF6). Dari semua jenis gas tersebut, gas rumah kaca yang utama ialah CO2, CH4, dan N2O.
ADVERTISEMENT
Pada saat ini, berdasarkan data dari Statistik Lingkungan Hidup Indonesia Tahun 2017 konsentrasi CO2 di atmosfer ialah sekitar 383 ppm (part per million) atau sekitar 0,0383 persen volume atmosfer. Sedangkan CH4 dan N2O masing-masing 1.745 ppb dan 314 ppb (part per billion) atau sekitar 0,000175 persen dan 0,0000314 persen volume atmosfer. Meskipun dari sisi konsentrasi CO2 paling banyak di atmosfer namun potensinya untuk menciptakan pemanasan global (Global Warming Potential) paling kecil. Hal ini berbanding terbalik dengan N2O yang berpotensi paling tinggi menciptakan pemanasan global yakni 310 kali dari CO2. CH4 atau gas metana berpotensi 21 kali lipat dibandingkan CO2 menghasilkan pemanasan global.
Berdasasarkan data dari Statistik Lingkungan Hidup Indonesia Tahun 2016, saat ini kota-kota besar di Indonesia menghasilkan sampah organik sekitar 962 m3 per hari yang mana produk emisi gas rumah kaca dari sektor limbah organik menghasilkan 94,64% adalah gas metana. Dikutip dari godsdirectcontact.or.id Dr. Kirk Smith, Profesor Kesehatan Lingkungan Global di Universitas Kalifornia mengatakan “Metana merupakan gas kedua dalam efek rumah kaca, akan tetapi gas ini menjadi ancaman yang paling berbahaya." Dia menjelaskannya sebagai gas tersembunyi yang berbahaya yang bukan hanya menambah efek rumah kaca tetapi juga membuat rusaknya ozon yang dapat merusak kesehatan manusia. Metana dihasilkan ketika jenis-jenis mikroorganisme tertentu menguraikan bahan organik pada kondisi tanpa udara (Badrussalam, 2008). Metana dapat berasal dari berbagai sumber salah satunya adalah berasal dari sampah yang kita hasilkan. Proses pembusukan sampah menghasilkan gas antara lain metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2) dan Nitrogen Oksida yang merupakan produk dari pembusukan sampah organik.
ADVERTISEMENT
Tabel Perbandingan Emisi Gas Rumah Kaca menurut Sektor dan Jenis Gas (ribu Ton CO2), Tahun 2012.
No Sektor CO2 CH4 N2O
1 Energi 94,03 4,96 1,01
2 IPPU 98,84 0,14 1,02
3 Pertanian 5,88 49,37 44,76
4 LULUCF 100,00 - -
ADVERTISEMENT
5 Limbah 2,27 94,64 3,09
Sumber Indonesia First Biennial Update Report (BUR), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, 2015.
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa produk emisi gas rumah kaca dari sektor limbah menghasilkan 94,64% adalah gas metana sedangkan sisanya adalah Karbondioksida dan Nitrogen Oksida. Data dari Statistik Lingkungan Hidup Indonesia Tahun 2017 besar komposisi sampah organik yaitu sebesar 57,4%. Sedangkan sisanya merupakan sampah nonorganik dan limbah B3. Jika dilihat dari komposisi tersebut, sebagian besar sampah yang dihasilkan yaitu sampah organik berpotensi melepaskan metana ke atmosfer dalam proses pembusukan sampah organik. Pelepasan metana ke atmosfer memiliki dampak buruk yang lebih besar dibandingkan karbon dioksida. Dampak negatif gas metana yaitu bila tidak ditangani secara baik dengan konsentrasi sekitar 15% akan menimbulkan ledakan dan gas metana mempunyai potensi efek rumah kaca 21 kali dibanding CO2 (PUSARPEDAL, 2011).
ADVERTISEMENT
Metode pembuangan sampah saat ini lebih tertuju pada masalah kebersihan dan estetika lingkungan, belum memikirkan masalah dampak yang timbul akibat proses pembusukan sampah. Apabila tidak dikelola dengan baik, sampah yang pada umumnya berasal dari limbah organik akan mengalami degradasi dan terurai menjadi gas methan (CH4). Gas CH4 adalah gas rumah kaca yang bisa menyebabkan timbulnya efek rumah kaca yang berpotensi menjadi penyebab pemanasan global. Sebagai komponen utama gas alam, metana adalah sumber bahan bakar utama. Pembakaran satu molekul metana dengan oksigen akan melepaskan satu molekul CO2 (karbondioksida) dan dua molekul H2O. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi dampak berbahaya metana dari penimbunan sampah tersebut dapat dilakukan upaya pemanfaatkan gas metana sebagai bahan bakar alternatif seperti yang ada pada Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Talangagung di Kabupaten Malang. Pemanfaatan dari gas metana telah dirasakan oleh masyarakat sekitar TPA Talangagung sampai saat ini telah tersambung saluran gas metana ke masyarakat sejumlah 200KK disekitar lokasi TPA Talangagung.
ADVERTISEMENT
Sistem pengelolaan sampah di TPA Talangagung dapat diterapkan di daerah lain untuk pengelolaan sampah yang dapat menghasilkan pengelolaan sampah yang memberikan manfaat kepada masyarakat dan mengurangi dampak dari gas metana dalam memicu pemanasan global. Akan tetapi hal tersebut sepertinya masih belum diterapkan di semua daerah antara lain disebabkan karena kurangnya komitmen pemerintah daerah lain dalam pengelolaan sampah seperti yang disampaikan oleh Arif Budi Witarto, Pakar Bioteknologi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Dikutip dari lipi.go.id arif menyatakan “Sebagaimana kita ketahui juga, gas metan bisa dihasilkan dari tumpukan sampah. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang, Bekasi seharusnya bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan gas metan, karena jumlah sampahnya yang begitu banyak”. Sayangnya, Arif menilai proses pemisahan limbah organik yang menghasilkan gas metan menjadi kendala. “Perlu dorongan positif agar pengelola mau melakukannya, sehingga bisa diperoleh bahan baku gas metan,”. Arif mengatakan bahwa proses mendapatkan bahan baku gas metan sebenarnya jauh lebih sederhana dibandingkan dengan energi lainnya. Hanya saja untuk melakukannya belum menjadi prioritas. Dari sampah yang menumpuk di perkotaan saja sudah menjadi potensi yang besar untuk mendapatkan gas metan, yang berguna sebagai energi alternatif. Akibat inisiatif yang kurang, sampah yang tidak teroptimalkan tersebut malah menyebabkan pencemaran.
ADVERTISEMENT
Rekomendasi
1. Pemerintah Daerah harus fokus terhadap pengelolaan atau upaya untuk mengurangi gas metana yang mungkin selama ini belum terlalu menjadi sorortan publik mengingat produk emisi gas rumah kaca dari sektor limbah organik menghasilkan 94,64% adalah gas metana yang mana gas metana ini memiliki bahaya lebih kuat 21 kali daripada gas karbondioksdia salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara memanfaatkan gas metana sebagai sumber bahan bakar alternatif .
2. Pemerintah daerah harus segera meninggalkan pendekatan kumpul-angkut-buang (end of pipe) dengan mengandalkan keberadaan TPA sehingga tidak menimbulkan masalah pengelolaaan sampah seperti masalah yang menumpuk berbau dan menimbulkan berbagi masalah kesehatan dan lingkungan. Dengan mewujudkan prinsip pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan yang disebut 3R (reduce, reuse, recycle). Pemanfaatan gas metana sebagai sumber bahan bakar alternatif pengelolaan sampah khususnya dalam pengelolaan sampah organik untuk dapat mengurangi terjadinya pemanasan global.
ADVERTISEMENT
3. Pemanfaatan TPA selain untuk tempat pemrosesan sampah juga dapat dijadikan sebagai wisata edukasi jadi selain mendapatkan manfaat yang diperoleh dari pemrosesan sampah masyarakat juga dapat memperoleh pengetahuan tentang dampak dari sampah yang kita hasilkan dan dapat menjadi lebih peduli dengan lingkungan.
Daftar Pustaka
Badrussalam. 2008. Membuat Biogas Dari Sampah Organik. Jakarta: Bentara Cipta Prima
Gas Metana, Penyebab Terbesar Pemanasan Global. http://www.alpensteel.com/article/133-230-pemanasan-global/1591--gas-metana-penyebab-terbesar-pemanasan-global. Tanggal Akses 14 Maret 2018
Metana - Lebih Berbahaya daripada CO2. http://www.godsdirectcontact.or.id/news/news199/so_66.htm. Tanggal Akses 14 Maret 2018
Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (IKPLHD) Kabupaten Malang Tahun 2016
Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup. 2011. Laporan Studi Inventarisasi Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dari Sumber Limbah (Domestik). Bidang Pembinaan Sarana Teknis dan Peningkatan Kapasitas Hidup Kementrian Lingkungan Hidup
ADVERTISEMENT
Potensi Besar Gas Metan Indonesia. http://lipi.go.id/berita/potensi-besar-gas-metan-indonesia/3860 Tanggal Akses 15 Maret 2018
Statistik Lingkungan Hidup Indonesia Tahun 2107
Skenario Konversi Energi Alternatif Di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Berskala Kecil Melalui Transformity Gas Metana. Universitas Brawijaya. 2014
Sumber dan Dampak Gas Metana. http://www.jejaringkimia.web.id/2010/12/mengenal-gas-metana.html. Tanggal Akses 14 Maret 2018