Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.104.0
Konten dari Pengguna
Machiavelli & Seni Mempertahankan Kekuasaan: Realisme Politik dalam Il Principe
14 Mei 2025 14:49 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Nurus Syamsi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Niccolò Machiavelli, dalam bukunya Il Principe (The Prince), memberikan pandangan yang pragmatis dan seringkali kontroversial tentang bagaimana seorang pemimpin dapat mempertahankan kekuasaannya. Menurut Machiavelli, politik adalah dunia yang keras dan penuh persaingan, sehingga seorang penguasa harus siap mengambil tindakan yang efektif (bahkan jika tindakan tersebut dianggap kejam atau tidak bermoral) untuk menjaga stabilitas dan kekuasaannya.
ADVERTISEMENT
Berikut adalah beberapa prinsip Machiavellian tentang mempertahankan kekuasaan:
1. Lebih Baik Ditakuti daripada Dicintai
Machiavelli berpendapat bahwa meskipun idealnya seorang pemimpin bisa dicintai dan ditakuti sekaligus, jika harus memilih, lebih baik ditakuti. Rasa takut lebih mudah dikendalikan dan cenderung membuat orang patuh, sementara cinta bisa berubah-ubah dan kurang efektif dalam menjaga loyalitas. Namun, pemimpin harus menghindari kebencian, karena kebencian dapat memicu pemberontakan.
2. Hukum dan Kekerasan Harus Seimbang
Seorang pemimpin harus mampu menggunakan kekerasan yang terukur untuk menjaga ketertiban, tetapi juga harus memiliki sistem hukum yang kuat. Machiavelli menggunakan metafora "serigala dan singa": pemimpin harus seperti singa (kuat dan berwibawa) dan serigala (cerdik dalam menghadapi ancaman).
3. Menghilangkan Ancaman dengan Tegas
ADVERTISEMENT
Jika ada ancaman terhadap kekuasaan, pemimpin harus bertindak cepat dan tegas, termasuk dengan menghabisi musuh jika diperlukan. Machiavelli menyarankan bahwa jika seseorang harus melukai lawannya, lakukanlah sekaligus agar tidak perlu terus-menerus menggunakan kekerasan.
4. Menjaga Citra yang Kuat
Meskipun Machiavelli mendukung tindakan kejam jika diperlukan, ia menekankan pentingnya menjaga reputasi. Pemimpin harus terlihat adil, religius, dan bijaksana di mata rakyat, meskipun di balik layar ia melakukan tindakan yang kejam. Penampilan lebih penting daripada realitas moral.
5. Tidak Bergantung pada Nasib (Fortuna)
Machiavelli percaya bahwa seorang pemimpin harus mengandalkan kepandaian (virtù) daripada keberuntungan. Ia harus proaktif, fleksibel, dan mampu beradaptasi dengan perubahan situasi untuk mempertahankan kekuasaannya.
6. Mengendalikan Elite dan Rakyat
ADVERTISEMENT
Pemimpin harus memastikan dukungan dari kelompok berpengaruh (bangsawan, militer, atau oligarki) sekaligus tidak membuat rakyat biasa memberontak. Jika harus memilih, lebih baik berpihak pada rakyat karena mereka lebih mudah dipuaskan.
7. Hindari Kebiasaan yang Membuat Dibenci
Machiavelli memperingatkan agar pemimpin tidak merampas harta atau kehormatan rakyatnya, karena hal itu akan menimbulkan kebencian dan pemberontakan. Jika hal itu sampai terjadi, stabilitas politik akan terganggu dan menjadi ancaman bagi seorang pempimpin di kemudian hari.
Pandangan Machiavelli sering dianggap sinis dan tidak etis, tetapi ia melihatnya sebagai realitas politik yang tidak bisa dihindari. Bagi Machiavelli, tujuan menghalalkan cara, terutama jika itu untuk stabilitas negara. Meskipun prinsip-prinsipnya kejam, banyak penguasa dalam sejarah (seperti: Cesare Borgia, yang ia kagumi) menggunakan taktik ini untuk bertahan.
ADVERTISEMENT
Lantas, apakah pronsip Machiavellian ini valid di dunia modern?
Di era Demokrasi dan HAM, banyak prinsip Machiavelli dianggap tidak dapat diterima. Namun, beberapa aspek seperti pentingnya citra, manajemen kekuasaan, dan adaptasi masih relevan dalam politik praktis. Yang jelas, Machiavelli mengajarkan bahwa kekuasaan tidak bisa dipertahankan hanya dengan idealisme namun juga membutuhkan kecerdikan, kekuatan, dan terkadang kekejaman.
Jadi, menurut Machiavelli, pemimpin yang sukses adalah yang realistis, tegas, dan tidak ragu mengambil tindakan keras selama itu memperkuat posisinya.