Konten dari Pengguna

The Definition of a Second Brain

Rosidi Pratama
Full Time Father, Part Time Product Manager, Free Time Casual Book Reader. Mostly my stories focusing on enhancing productivity, with a specific focus on personal development, team management and product operations.
20 November 2023 13:03 WIB
·
waktu baca 9 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rosidi Pratama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi buku puisi. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi buku puisi. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Di artikel ini akan sedikit menceritakan the definition of a second brain dari sebuah buku productivity yang beberapa bulan lalu gue baca. Building a Second Brain, The Proven Method to Organize Your Digital Life and Unlock Your Creative Potential merupakan sebuah judul buku terbitan Atria Books yang ditulis oleh seorang Productivity Guru bernama Tiago Forte dan di publikasikan pada 14 Juni 2022.
ADVERTISEMENT
Sebagai catatan, silakan persiapkan cemilan dan minuman atau bisa sambil dengerin musik favorite karena penjelasannya akan sedikit panjang.
Building a Second Brain, The Proven Method to Organize Your Digital Life and Unlock Your Creative Potential Book from BASB Website

Berpikir Sejenak

com-Ilustrasi laki-laki sedang berpikir. Foto: Shutterstock
Kutipan di atas gue ambil dari bukunya David Allen yang berjudul Getting Things Done di mana kutipan tersebut mengacu pada konsep bahwa pikiran manusia seharusnya lebih fokus pada proses berpikir kreatif dan menghasilkan ide-ide baru daripada sekadar menyimpan informasi secara langsung.
Pernyataan tersebut mendorong ide bahwa pikiran manusia memiliki potensi besar untuk berkreasi dan berinovasi, dan seharusnya tidak terbebani oleh tugas menyimpan atau mengingat informasi yang sifatnya rutinitas.
David Allen mencoba menanamkan ide kalau kita seharusnya tidak hanya menggunakan pikiran kita sebagai "penyimpan data" pasif, tetapi lebih sebagai alat untuk menghasilkan ide-ide baru, berpikir kreatif dan memecahkan masalah.
ADVERTISEMENT
Hal ini mungkin merujuk pada pentingnya mengeksplorasi pemikiran kreatif dan berinovasi, serta tidak terlalu terikat pada tugas-tugas administratif atau mengingat detail-detail tertentu.
Saat ini kita berada di era revolusi industri 4.0 menuju era society 5.0 yang ditandai dengan perkembangan luar biasa di bidang teknologi internet. Kita dihadapkan pada jumlah informasi yang sangat besar dan luar biasa melimpah dari berbagai sumber dan dalam berbagai bentuk.
Tentunya banyak dampak positif dari hal tersebut namun salah satu dampak negatif nya, kelebihan informasi ini dapat menjadi suatu beban atau tantangan, yang mungkin membuat kita merasa kewalahan atau sulit untuk mengelola semua informasi yang masuk dan ketidakmampuan kita untuk memproses, menyaring, atau mengatasi jumlah informasi yang begitu besar dapat berdampak pada mental health and productivity.
ADVERTISEMENT
Mengelola informasi di masa kini menjadi sebuah tantangan tersendiri di mana kita perlu fokus pada informasi yang benar-benar penting dan relevan. Kita perlu mengasah kemampuan untuk mencari cara mengelola informasi dengan lebih efisien, mengembangkan keahlian penyaringan informasi, memprioritaskan, menyederhanakan informasi yang masuk dan tentunya kemampuan untuk memanfaatkan alat bantu teknologi, perlu kita kuasai lebih lanjut.

Extended Cognition

Di era modern saat ini, kita menghadapi tuntutan untuk beradaptasi dan mempelajari berbagai objek serta kejadian di sekitar kita, yang melibatkan proses kognitif kompleks. Otak manusia menjadi alat yang sangat diandalkan untuk menjalankan tugas-tugas ini.
Namun, meskipun otak manusia memiliki kemampuan luar biasa untuk berpikir kreatif, memecahkan masalah, dan belajar, kita juga dihadapkan pada kenyataan bahwa otak memiliki keterbatasan dalam menyimpan semua informasi yang diperlukan.
ADVERTISEMENT
Ketidaksejajaran ini terlihat dalam perbandingan antara evolusi otak manusia dan tuntutan kognitif modern. Struktur dan kapasitas otak manusia masih mirip dengan kondisi 200 ribu tahun yang lalu. Meskipun evolusi membentuk otak untuk bertahan hidup di lingkungan tersebut, tuntutan informasi dan kompleksitas kehidupan modern terus berkembang, melebihi kapasitas dan kecepatan adaptasi otak manusia.
Dalam ilmu kognitif dan filsafat pikiran terdapat sebuah konsep yang menantang ide tradisional bahwa proses kognitif terbatas pada otak. Sebagai gantinya, konsep ini mengusulkan bahwa proses kognitif dapat melampaui batas otak dan melibatkan elemen-elemen dari lingkungan eksternal, konsep tersebut diberi nama Extended Cognition.
ADVERTISEMENT
Konsep Extended Cognition (Pemikiran yang Diperluas) menyarankan bahwa pikiran atau kognisi tidak hanya terjadi dalam otak tetapi dapat melibatkan interaksi kompleks antara otak dan lingkungan eksternal.
Ide ini pertama kali dikemukakan oleh para filsuf Andy Clark dan David J. Chalmers dalam paper mereka pada tahun 1998 berjudul The Extended Mind. Bisa dibaca di sini atau bisa dilihat rangkuman nya di wikipedia. Annie Murphy Paul juga membahas hal tersebut dalam bukunya The Extended Mind: The Power of Thinking Outside the Brain.
Ok, gue cukupkan dulu penjelasan tentang dasar pemahaman dari istilah second brain. Kalau tertarik, bisa gue bahas lebih lanjut. Sambil rehat sejenak setelah membaca pemaparan, cobalah bertanya pada diri sendiri apakah kalian punya masalah mudah lupa dan susah ingat?
ADVERTISEMENT
Apakah itu karena kebanyakan mecin atau menyadari kalau otak kita mempunyai batasan memori. Lalu apa yang bisa membantu kalian dalam mengingat banyak hal selain kesalahan orang-orang terdekat di masa lalu (nyindir).
Pernah dengar tentang Prosthetic Devices? prosthetic device atau perangkat prostetik merupakan perangkat buatan yang dirancang untuk menggantikan atau memperluas fungsi tubuh manusia yang hilang atau rusak.
Sebagai contoh, kacamata yang merupakan Prosthetic Devices untuk meningkatkan kemampuan penglihatan kalian yang punya masalah dengan mata, sepatu yang merupakan Prosthetic Devices untuk melindungi kaki dan meningkatkan kemampuan kaki berlari, dan contoh lain adalah jam tangan yang merupakan Prosthetic Devices untuk mengetahui waktu serta meningkatkan persepsi kalian terhadap waktu.
Lalu bagaimana dengan otak kita, apa yang menjadi prosthetic device untuk otak kita dalam membantu meningkatkan kemampuan otak kita? Tiago Forte memperkenalkan istilah Second Brain dalam bukunya Second Brain, The Proven Method to Organize Your Digital Life and Unlock Your Creative Potential.
ADVERTISEMENT

Definisi

Kalian tidak perlu membayangkan kalau second brain itu sesuatu yang very technological, very advanced, sophisticated, and futuristic yang biasanya ada di film science fiction seperti brain implant. Di dalam bukunya, Tiago Forte menggambarkan sesuatu yang sederhana, sesuatu yang biasa saja yang tidak membutuhkan kemampuan spesial hanya membutuhkan kemampuan membaca dan menulis.
Membuat catatan atau notes menjadi solusi yang di bahas secara mendalam di dalam bukunya. Solusi yang cocok di implementasi di era informasi yang beredar dalam jumlah besar dan luar biasa melimpah dari berbagai sumber dan dalam berbagai bentuk.
Second brain didefinisikan seperti tempat penyimpanan dari apa yang kamu lihat, kamu dengar dan kamu tulis, yang bisa diandalkan di luar otakmu, semacam alat tepercaya di mana kamu bisa menyimpan informasi penting dalam jangka panjang.
ADVERTISEMENT
Informasi yang benar-benar berarti buat kamu, yang mau kamu lihat lagi ke depannya, yang kamu mau pikirkan ketika kamu ingin memikirkan nya, yang bersifat pribadi dan unik untuk kamu, entah itu di kertas atau di dalam perangkat lunak. Ini adalah catatan seumur hidup, sebuah arsip dari pembelajaran, penemuan, dan penelitianmu, yang bisa bertahan sepanjang hidupmu untuk kamu belajar dan tumbuh menjadi lebih baik.
Secara sederhana, second brain atau otak kedua merupakan tools untuk menyimpan sebagian memori yang masuk ke otak kita yang bisa kita akses kembali kapan saja kita butuhkan.
Di dalam buku ini membahas lebih lanjut bagaimana kita bisa memanfaatkan teknologi sebagai alat berpikir serta bagaimana distribusikan dan mengorganisasikan informasi ke otak kedua kita.
ADVERTISEMENT
Ada empat essential capabilities yang dapat kita andalkan atau dijalankan oleh second brain untuk membantu proses kognitif otak kita

CODE Method

Untuk membantu membuat your own second brain, Tiago Forte men-develop sebuah metodologi yang sederhana, metode ini dinamakan CODE yang merupakan singkatan dari Capture, Organize, Distill, Express.
CODE merupakan suatu cara atau sistem yang membantu kita menyusun dan mengelola informasi yang sangat banyak yang kita hadapi setiap hari. Sistem tersebut layaknya sebuah peta atau panduan untuk menghadapi aliran informasi yang tak terbatas dalam kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Pendekatan dengan metode CODE ini merupakan pendekatan versi modern dari pembuatan catatan pribadi di mana seseorang mencatat berbagai ide, kutipan, atau pemikiran yang dianggap penting atau menarik yang memungkinkan untuk menggunakan teknologi atau alat modern untuk menyimpan, mengelompokkan, dan mengakses informasi dengan lebih efisien.
Buku Building a Second Brain, The Proven Method to Organize Your Digital Life and Unlock Your Creative Potential dokumentasi pribadi
Ada beberapa bahasan lain yang masih terkait dengan buku Building a Second Brain, The Proven Method to Organize Your Digital Life and Unlock Your Creative Potential. Pembahasannya akan gue publish di artikel lain, tunggu aja ya. Ini beberapa poin yang akan gue bahas di artikel terpisah:
ADVERTISEMENT
Terima kasih sudah membaca, silakan comment kalau ada yang perlu ditanggapi dan ditanyakan, like aja kalau kalian suka dengan artikel ini dan support penulis dengan share artikel ini ke teman-teman kalian.