Konten dari Pengguna

Transformasi User Stories Menjadi Value Narratives

Rosidi Pratama
Full Time Father, Part Time Product Manager, Free Time Casual Book Reader. Mostly my stories focusing on enhancing productivity, with a specific focus on personal development, team management and product operations.
7 November 2024 12:14 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rosidi Pratama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi diskusi transformasi bisnis di internal tim, sumber : chatGPT
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi diskusi transformasi bisnis di internal tim, sumber : chatGPT
ADVERTISEMENT
Value Narratives atau value story dipopulerkan Kindra Hall dalam bukunya yang berjudul Stories that Stick yang membahas pentingnya seni bercerita dalam dunia profesional dan pribadi serta bagaimana pentingnya transformasi user story menjadi value story , di akhir artikel akan dibahas sedikit tentang buku tersebut. Story telling jadi bagian dari keseharian kita semua, termasuk tim produk dalam sebuah perusahaan.
ADVERTISEMENT
Tim produk biasanya punya segudang tanggung jawab. Meningkatkan user adoption, mendorong engagement, dan tentunya achieving business goals adalah fokus utama. Data, metrics, dan clear evidence jadi konsumsi tim produk untuk memastikan bahwa produk kita benar-benar memberikan value.
Namun, terkadang kita terlalu sibuk dengan setumpuk user stories, menjabarkan pain points, usability issues, dan area yang perlu diperbaiki. Walau insight dari user stories itu berharga, terkadang kita kesulitan menjembatani informasi tersebut ke dalam bahasa bisnis yang mudah dicerna. Kita perlu memahami bagaimana user stories itu bisa diterjemahkan menjadi value yang nyata bagi produk dan bisnis.
Di sinilah konsep value narratives atau value story yang dipopulerkan oleh Kindra Hall dalam bukunya Stories that Stick menjadi krusial. Value story bukan sekadar menceritakan pengalaman user, tapi juga menghubungkannya dengan value proposition produk kita. Kita tidak hanya menjawab "apa" yang terjadi, tapi juga "mengapa" di balik "apa" itu. Bagaimana produk kita menyelesaikan masalah, memenuhi kebutuhan, dan pada akhirnya, menepati janji yang diberikan kepada user dan memberikan impact pada bisnis perusahaan.
ADVERTISEMENT

Kenapa Transformasi ke Value Story Itu Penting?

Coba bayangkan, saat kamu mempresentasikan fitur baru atau mengusulkan perubahan desain, apa yang paling membekas di benak stakeholder? Daftar panjang masalah usability? Atau narasi yang menunjukkan dampak potensial terhadap user engagement, kepuasan pelanggan, atau bahkan pendapatan?
Value story sangat penting karena:
ADVERTISEMENT

Koordinasi dan kolaborasi untuk bisa menyampaikan Value Story

Koordinasi dan kolaborasi tim produk dengan tim lain nya seperti UX dan designer bisa membuat semua anggota tim menjadi storyteller yang handal. Berikut beberapa caranya:
ADVERTISEMENT

Menerjemahkan User Feedback menjadi Insight yang Bermakna

Berikut ini adalah contoh kasus mempresentasikan hasil user testing yang menunjukkan banyak user mengalami kesulitan saat proses onboarding. Daripada sekadar melaporkan ini sebagai masalah usability, coba laporkan dengan value story:
Value story ini tidak hanya menunjukkan masalah, tapi juga menjelaskan dampaknya terhadap tujuan bisnis. Ada call to action yang jelas dan membuat semua orang tergerak untuk memprioritaskan perbaikan onboarding experience.
ADVERTISEMENT

Kekuatan "Show, Don't Tell"

Visual storytelling juga merupakan cara ampuh untuk menyampaikan value story. User journey map yang informatif, video yang menunjukkan interaksi user, atau infografis sederhana bisa membuat user story lebih hidup dan berkesan.
Misalnya, daripada mempresentasikan laporan pain points yang penuh teks, kamu bisa membuat video montage yang menunjukkan user kesulitan menggunakan suatu fitur. Representasi visual seperti ini bisa jauh lebih meyakinkan daripada sekadar kata-kata.
Dengan memahami dan memanfaatkan kekuatan value story, semua orang yang terlibat dalam pembuatan atau pengembangan sebuah produk akan bisa mengeluarkan potensi maksimalnya. Dengan kolaborasi, context, dan data-driven storytelling, kita bisa memberdayakan seluruh anggota tim untuk menjadi partner yang strategis dalam mencapai kesuksesan pembuatan atau pengembangan sebuah produk.
ADVERTISEMENT
Ingat, ini bukan hanya tentang menemukan masalah usability, tetapi tentang bagaimana menghubungkan masalah tersebut dengan big picture dan menunjukkan value nyata dari desain yang user-centered dan tentunya akan ber-impact terhadap bisnis itu sendiri.

Stories that stick

Buku Stories That Stick: How Storytelling Can Captivate Customers, Influence Audiences, and Transform Your Business membahas pentingnya seni bercerita dalam dunia profesional dan pribadi. Kindra Hall, seorang President dan Chief Storytelling Officer di Steller Collective dan seorang pakar storytelling, menjelaskan bahwa cerita adalah alat paling kuat yang dapat digunakan untuk membangun koneksi dengan orang lain, menyampaikan pesan secara efektif, dan membuat sesuatu lebih mudah diingat. Dengan menggunakan cerita, perusahaan dapat membangun brand mereka, memperkuat pesan pemasaran, dan membuat produk mereka lebih menarik.
Ilustrasi Kinda Hall sedang membaca buku karyanya, sumber : chatGPT
Kindra Hall menyajikan empat jenis cerita utama yang perlu diketahui dan dipahami. Dia juga menekankan bahwa dalam membuat cerita, penting untuk tidak hanya menyampaikan fakta, tetapi juga melibatkan emosi dan imajinasi audiens. Cerita yang baik adalah cerita yang dapat membuat audiens merasa, bukan hanya mendengar.
ADVERTISEMENT

The Value Story

Digunakan untuk menunjukkan nilai suatu produk atau layanan kepada pelanggan. Menurut Hall, cerita nilai mampu membantu audiens untuk memahami manfaat dari produk yang ditawarkan, dan mengapa mereka harus memilihnya dibandingkan pesaing.

The Founder Story

Berfokus pada asal-usul perusahaan atau brand. Menceritakan tentang bagaimana perusahaan dibangun, tantangan awal yang dihadapi, dan apa yang membuatnya unik dapat memberikan sentuhan personal yang menarik bagi audiens.

The Purpose Story

Berbicara tentang misi atau tujuan yang lebih besar di balik sebuah brand atau produk. Cerita ini penting untuk menunjukkan nilai-nilai yang dipegang oleh perusahaan, terutama di kalangan generasi muda yang peduli dengan prinsip dan integritas perusahaan.
ADVERTISEMENT

The Customer Story

Menceritakan kisah sukses atau pengalaman positif pelanggan. Cerita ini berfungsi untuk membangun kredibilitas dan meningkatkan kepercayaan calon pelanggan, dengan menampilkan testimoni atau pengalaman nyata.

Mengapa Cerita Penting?

Kindra Hall menunjukkan bahwa cerita memiliki dampak luar biasa pada otak manusia. Ketika kita mendengar cerita, kita tidak hanya mendengarkan kata-kata, tetapi kita juga merasakan emosi yang dirasakan oleh tokoh dalam cerita tersebut. Hal ini memicu koneksi emosional yang mendalam antara pendengar dan penyampai cerita.
ADVERTISEMENT
Langkah-Langkah Membuat Cerita yang Kuat:
1. Temukan Momen yang Otentik
Temukan pengalaman nyata yang mencerminkan pesan yang ingin disampaikan. Cerita yang otentik lebih mudah diterima karena terasa nyata dan tulus.
2. Gunakan Detail yang Tepat
Detail kecil dalam cerita dapat membantu membuat cerita lebih hidup. Gunakan elemen visual dan sensorik untuk membantu audiens membayangkan situasi dalam cerita.
3. Libatkan Emosi
Jangan takut untuk menampilkan emosi dalam cerita Anda. Cerita yang kuat adalah cerita yang membuat audiens merasakan sesuatu, entah itu kegembiraan, ketakutan, atau inspirasi.
4. Berikan Penyelesaian atau Pelajaran
Setiap cerita yang baik membutuhkan akhir yang jelas. Ini bisa berupa solusi, pelajaran hidup, atau pesan yang ingin disampaikan.
Buku ini juga dilengkapi dengan kisah-kisah inspiratif dari berbagai perusahaan yang telah berhasil mengimplementasikan storytelling dalam strategi mereka. Kindra Hall memberikan panduan praktis tentang bagaimana membangun cerita untuk berbagai kebutuhan bisnis, baik itu pemasaran, branding, atau kepemimpinan.
ADVERTISEMENT