Konten dari Pengguna

Sumpah I Love You: Menggaungkan Kembali Persatuan di Tengah Tantangan

Rahman Tanjung
Widyaiswara Ahli Madya BKPSDM Kabupaten Karawang, Dosen STIT Rakeyan Santang Karawang
29 Oktober 2023 10:40 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rahman Tanjung tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pemuda memegang bendera Merah Putih. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pemuda memegang bendera Merah Putih. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Begitulah kira-kira sepenggal bait dari lagu berjudul Sumpah I Love You ciptaan Ahmad Dhani yang dinyanyikan pertama kali oleh grup musik Mahadewi.
ADVERTISEMENT
Lirik lagu tersebut selalu terngiang di pikiran saya. Begitu juga dengan nadanya yang begitu nikmat di telinga pendengar musik Indonesia. Apalagi bila dikaitkan dengan peringatan Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 2023 kemarin, di mana kita sebagai warga negara Indonesia, tentunya mencintai negara ini.
Seperti pengalaman yang pernah saya rasakan ketika berada di luar Indonesia. Sebagus apapun di negeri orang, pasti kita akan selalu teringat akan negeri kita Indonesia. Entah itu pasar tradisional yang becek, suasana khas alam di pagi hari, jajanan-jajanan tradisional yang selalu terbayang manakala kita berada jauh dari Indonesia. Seperti lirik lagu di atas, "tak bisa musnahkan kamu dari otakku".
Indonesia adalah negara kepulauan yang kaya akan keanekaragaman budaya dan etnis, telah mencatatkan sejarah gemilang dalam perjuangan merebut kemerdekaan dari penjajahan.
Menggaungkan Kembali Persatuan di Kalangan Pemuda melalui Upacara Bendera (Sumber: pexels.com/Agung Pandit Wiguna)
Sumpah Pemuda, yang diucapkan dengan gagah berani pada 28 Oktober 1928, telah menjadi tonggak sejarah penting yang menyatukan pemuda dari berbagai lapisan masyarakat untuk mengukuhkan tekad persatuan dan kesatuan.
ADVERTISEMENT
Ketika tekanan dan penderitaan karena penjajahan yang berlangsung lama menyelimuti, generasi muda pendahulu kita mengambil langkah besar yang sangat signifikan. Secara perlahan, kelompok intelektual mengubah metode perjuangan, menggeser identitas lokal, dan bersatu melalui kekuatan organisasi dan pemikiran yang tajam.
Perhimpoenan Peladjar-Peladjar Indonesia atau PPPI, menyelenggarakan Kongres Pemuda I tahun 1926 dan dilanjutkan dengan Kongres Pemuda II yang diselenggarakan selama dua hari di Batavia, yaitu pada 27-28 Oktober 1928.
Pada Kongres Pemuda II tersebut, W.R. Supratman memperdengarkan lagu Indonesia Raya dan tepat pada 28 Oktober 1928, para pemuda negeri ini bersumpah dengan Sumpah Pemuda: bertumpah darah satu, berbangsa satu, dan menjunjung tinggi bahasa persatuan, yaitu Indonesia. Sumpah Pemuda menjadi penanda kelahiran kita sebagai "satu bangsa".
ADVERTISEMENT
Namun, sayangnya, semangat Sumpah Pemuda yang luhur tampaknya semakin pudar di tengah arus modernisasi dan dinamika perubahan zaman. Momentum peringatan Hari Sumpah Pemuda setiap tahunnya seharusnya menjadi panggilan bagi setiap generasi pemuda Indonesia untuk merenung, mengenang, dan lebih lagi, menghidupkan kembali semangat Sumpah Pemuda.
Ilustrasi menyambut Hari Sumpah Pemuda. Foto: Gratsias Adhi Hermawan
Namun, kini terasa bagai kabut tebal meliputi semangat tersebut, dengan banyaknya pemuda yang terjebak dalam kesibukan dunia modern tanpa memahami nilai-nilai dan makna dari Sumpah Pemuda.
Salah satu poin utama dari Sumpah Pemuda adalah semangat persatuan dan kesatuan. Pada masa itu, pemuda-pemuda dari berbagai daerah dan suku bangsa bersatu padu untuk mendukung satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa: Indonesia.
Namun, seiring berjalannya waktu, semangat ini tampak semakin terkikis. Banyak pemuda yang lebih cenderung terpaku pada identitas suku, agama, atau daerah asalnya masing-masing, daripada mengutamakan identitas sebagai anak bangsa Indonesia.
ADVERTISEMENT
Perkembangan teknologi informasi yang pesat, terutama melalui media sosial, juga turut memberikan pengaruh besar terhadap pergeseran nilai dan orientasi pemuda. Ketergantungan pada dunia maya seringkali membawa pemuda menjauh dari realitas sosial yang ada di sekitarnya.
Kesenangan yang didapat dari berbagai hiburan dunia maya dapat menjadi penghalang bagi pemuda untuk lebih peduli terhadap isu-isu nasional dan berkontribusi aktif dalam membangun bangsa.
Pentingnya pendidikan karakter menjadi semakin terasa. Bukan hanya dalam segi akademis, tetapi juga dalam pembentukan nilai-nilai kebangsaan.
Guru di sekolah pedalaman. Foto: Pixabay
Pendidikan formal dan informal seharusnya menciptakan lingkungan yang mampu menanamkan rasa cinta tanah air dan semangat kebangsaan pada setiap anak bangsa. Pemuda Indonesia perlu diajak untuk lebih memahami sejarah perjuangan bangsanya dan mengambil inspirasi dari semangat Sumpah Pemuda.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, tantangan ekonomi yang dihadapi oleh sebagian pemuda juga dapat menjadi faktor penghambat semangat Sumpah Pemuda. Banyak pemuda yang terpaksa berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar mereka sendiri dan keluarga, sehingga kurang memiliki waktu dan kesempatan untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial dan nasional.
Oleh karena itu, perlu adanya dukungan dan kebijakan yang mampu memberikan ruang dan peluang bagi pemuda untuk tetap berkontribusi dalam membangun bangsa, meskipun dalam keterbatasan ekonomi yang mereka hadapi.
Keberadaan para pemuda-pemudi Indonesia tentunya sangat diharapkan keterlibatannya dalam membangun Indonesia di segala bidang, belum lagi dengan adanya generasi Z yang merupakan aset berharga bagi Indonesia dalam menghadapi puncak bonus demografi. Sebabnya, kelompok penduduk yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012 ini menjadi kelompok terbesar di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dengan merujuk pada data Sensus Penduduk 2020 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), dapat diketahui bahwa jumlah generasi Z di Indonesia mencapai 74,93 juta individu. Jumlah ini setara dengan 27,94 persen dari total populasi Indonesia, yang mencapai 270,2 juta jiwa pada tahun 2020.
Pemudan dan Bendera Merah Putih. Foto: Unspalsh
Tentunya hal ini dapat dijadikan harapan bagi Indonesia untuk bisa lebih maju lagi ke depannya dan mencapai Indonesia emas tahun 2045, di tengah perubahan zaman dan gempuran teknologi informasi yang begitu derasnya.
Dalam menyikapi perubahan zaman, penting bagi pemuda Indonesia untuk tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga aktor yang turut serta dalam merajut kembali semangat Sumpah Pemuda.
Langkah-langkah kecil seperti mengenal lebih dekat budaya-budaya daerah lain, memahami perbedaan sebagai kekayaan, dan aktif terlibat dalam kegiatan sosial yang bersifat nasional dapat menjadi langkah awal untuk membangkitkan semangat kebangsaan.
ADVERTISEMENT
Salah satu contoh baik yang telah dilakukan oleh pemuda Indonesia adalah adanya Kelompok Pemuda yang menamakan dirinya Pandawara. Mereka adalah sekelompok pemuda beranggotakan lima orang yang berasal dari Jawa Barat yang fokus pada upaya menjaga kebersihan lingkungan.
Pandawara mengawali aksinya dalam melakukan aksi bersih-bersih di lingkungannya melalui konten TikTok yang diunggah oleh @pandawaGroup sejak Oktober 2022, di mana akhirnya aksi tersebut mendapat perhatian dan apresiasi yang besar dari netizen.
Terakhir, mereka mendapatkan tiga apresiasi sekaligus dalam acara Tiktok Award 2023, yaitu untuk sebagai Rising Stars of The Year, Change Maker of The Year, dan Creator of The Years.
Keberadaan Pandawara telah menunjukkan kepada kita, bahwa sebenarnya pemuda Indonesia mampu menjadi agen-agen perubahan untuk membuat Indonesia lebih maju dan lebih baik lagi. Dengan kehadiran mereka, memperlihatkan bahwa melalui pemanfaatan teknologi dan media sosial yang ada, dapat menumbuhkan semangat gotong-royong yang mungkin saat ini sudah mulai luntur di masyarakat kita.
Pandawara Group dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia Arifin Tasrif. Foto: Dok. Istimewa
Sebagai pemuda, kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan meneruskan perjuangan para pendahulu kita. Semangat Sumpah Pemuda bukanlah semata-mata kenangan yang terpahat dalam sejarah, tetapi harus menjadi bagian dari identitas dan kepribadian kita sebagai generasi penerus bangsa.
ADVERTISEMENT
Ayo para pemuda-pemudi Indonesia, manfaatkan apa yang engkau miliki saat ini, entah itu waktu, tenaga, pikiran, ide-ide, materi dan yang lainnya, untuk bersama-sama membangun Indonesia.
Sebagaimana yang pernah diriwayatkan oleh Ibn Abbās RA, bahwa Nabi Muhammad SAW pernah menyampaikan nasihat kepada seseorang untuk menggunakan secara maksimal lima hal sebelum datang lima yang lainnya, salah satunya adalah "manfaatkan masa mudamu, sebelum datang masa tuamu".
Mari kita rayakan Hari Sumpah Pemuda ini dengan tekad baru, bukan hanya sebagai seremoni tahunan, melainkan sebagai momentum untuk mengukuhkan tekad kita untuk bersama-sama membangun Indonesia yang lebih baik.
Jangan biarkan semangat Sumpah Pemuda hanya menjadi sebatas tulisan dalam buku sejarah, melainkan hidup dalam setiap tindakan dan langkah kita sebagai pemuda Indonesia.
ADVERTISEMENT