Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kaya Ilmu Tapi Miskin Penemuan
Novelis muda Indonesia yang juga sekaligus staf pengajar di sebuah Madrasah Aliyyah di Jatim yang menyukai artikel. Sudah 70 karya buku yang telah diterbitkan di play store. Penulis dapat disapa di posmail: [email protected].
5 Agustus 2024 9:15 WIB
·
waktu baca 8 menitTulisan dari Khairul Azzam El Maliky tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh: Khairul A. El Maliky
MEMANG tidak bisa dipungkiri bahwa umat Islam memang menjadi umat yang 'paling' terbelakang. Ingat, yang 'paling' terbelakang. Dalam hal apa? Sains. Kejeniusan. Dan itu adalah fakta yang tidak bisa dibantah. Perlu diketahui bahwa jumlah umat Islam di dunia adalah sebanyak 2 miliar orang. Tapi, dari jumlah yang besar itu hingga hari ini hanya 0 koma sekian persen yang menyumbangkan hasil penemuannya pada dunia. Hal ini tentu sangat jauh berbeda dengan zamannya kekhalifahan setelah Khulafa Urra Syidin. Sejarah mencatat bahwa pada masa kedaulahan Bani Umayyah II di Andalusia (Spanyol), banyak muncul para ilmuwan yang melahirkan penemuan-penemuan di bidang Sains, kedokteran, kimia, dan matematika. Sebut saja macam Hasan Al-Basri, Al-Farabi, Al-Zahrawi, Ibnu Bajjah, Hayyan bin Khalaf, Ibnu Hazm, dan sebagainya. Mereka adalah segelintir cendekiawan muslim yang mengembangkan ilmu Sains di zamannya, dan berkat penemuan mereka, Islam menjadi jaya. Sayangnya, hal itu lenyap seketika di saat Bani Umayyah II yang perlahan melemah itu runtuh, dan kaum Salibis kembali muncul untuk membalas dendam.
ADVERTISEMENT
Sejarah masa lalu memang selalu menarik untuk dikupas kembali. Dalam sejarah Islam yang seperti ditulis dalam banyak buku Sirah Nabawiyah, pada masa dakwah Islam yang berpusat di Madinah, kita tentu pernah mendengar dengan yang namanya Perang Khandaq. Dalam perang ini Nabi Saw. memimpin peperangan antara pasukan Islam yang hanya berjumlah 2000 orang melawan pasukan Salibis Romawi yang berjumlah 300.000 orang. Secara logika banyak dari kita yang mengira bahwa pasukan Salib lah yang akan memenangi pertempuran ini. Tapi, data yang valid menyebutkan bahwa ternyata umat Islam lah yang mampu membuat pasukan Heraklius itu lari tunggang-langgang. Tidak sedikit jumlah pasukan Romawi yang tewas terbunuh dalam pertempuran tersebut. Kemudian, untuk menuntut balas atas kekalahan dalam perang melawan pasukan Muhammad, pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, pasukan Romawi kembali berperang melawan umat Islam. Kita menyebutnya dengan perang Tabuk. Dalam peperangan kedua ini, pasukan Salibis kembali kalah. Mereka lari kocar-kacir. Mimpi untuk menghancurkan umat Islam luluh lantak di tangan pedang pasukan Islam. Peperangan ketiga kembali terjadi pada masa pemerintahan Khalifah Abdurrahman Ad-Dakhil (Saqar Quraisy). Pasukan Salibis hancur berkeping-keping. Mereka terusir dan harus hidup di dalam kekuasaan Islam.
ADVERTISEMENT
Tetapi, dalam pengasingannya mereka mengumpulkan kekuatan dan dukungan untuk kemudian melawan. Mereka memanfaatkan keadaan kerajaan yang semakin lemah. Semua anggota keluarga kerajaan dan putra mahkota dibunuh dengan cara dibakar hidup-hidup. Ada juga yang diperkosa, kemudian dibunuh. Dan rakyat sipil dipaksa untuk berpindah keyakinan ke dalam agama Kristen, dan jika tidak mau maka mereka dimasukkan ke dalam gua lalu dibakar. Yang lebih keji lagi adalah penemuan-penemuan para cendekiawan muslim diubah ke dalam bahasa Spanyol dan nama mereka juga dirubah. Mereka klaim penemuan di bidang Sains dan kedokteran sebagai hasil penemuan agama mereka.
Apakah tidak miris jika hasil penemuan para cendekiawan muslim yang begitu berharga bagi perkembangan Sains justru dicuri dan diklaim sebagai penemuan mereka? Lalu, apa yang akan kita lakukan untuk membuktikan bahwa kita adalah umat yang terbaik di atas muka bumi? Apakah kita hanya sibuk dengan membangga-banggakan kejayaan di masa lalu yang sudah berlalu, dan tidak berpikir untuk melakukan perkembangan di bidang ilmu yang sudah mereka wariskan kepada kita?
ADVERTISEMENT
Pantaslah kita jika disebut sebagai umat yang paling terbelakang. Sebab apa memang yang kita sumbangkan terhadap kemajuan Sains selama ini? Kuantitas jumlah pemeluk agama tidaklah penting jika hanya berdiam diri saja tanpa berpikir. Sebab yang dibutuhkan adalah kualitas. Alquran adalah kitab suci yang Allah turunkan dengan kekayaan ilmu yang tak terbatas. Bahkan tidak jarang bahwa para Saintis menemukan pemikiran setelah mereka menghayati isi ayat-ayat Alquran.
Lalu, apa saja faktor yang membuat umat Islam terbelakang?
Umat Islam Hanya Sibuk Membaca Alquran
Di dalam Alquran, Allah telah menjabarkan Sains yang perlu dicari oleh manusia agar manusia itu berpikir, dan tidak hanya berdiam diri seperti patung. Dan pada kenyataannya, umat Islam hanya membaca, membaca dan membaca tanpa menggali apa yang telah tertulis di dalam Alquran. Alquran sebagai rujukan atau landasan utama ajaran Islam mengandung beragam perkara penting, termasuk tentang sains dan pengetahuan. Hal itu menunjukkan bahwa Islam mendukung umatnya untuk mengembangkan peradaban dan khazanah pengetahuan ilmiah. Apakah umat Islam telah lupa bahwa ayat pertama yang turun dalam Al-Quran memerintahkan umat Islam untuk membaca (iqra). Secara mendalam, perintah membaca membawa makna supaya umat Islam terus melakukan pengembangan dalam berbagai bidang ilmu, baik itu ilmu agama atau pengetahuan duniawi. Ayat-ayat Alquran yang membahas mengenai sains dan pengetahuan berjumlah begitu banyak. Terdapat setidaknya 800 ayat dalam Al-Quran yang membahas mengenai alam, pengetahuan, sains, dan fenomena ilmiah. Di antaranya adalah Qs. Al-Anbiya [55]: 19). “Dia membiarkan dua laut mengalir yang (kemudian) keduanya bertemu.” Apakah selama ini ada umat Islam yang pernah menyelam ke dasar lautan untuk membuktikan kebenaran ayat ini? Penulis kira tidak ada. Hanya sebatas mengimani saja. Iman juga perlu pembuktian yang ilmiah dan konkrit bukan? Tidak hanya mengimani tanpa dasar. Dalam Qs. Al-Anbiya [21]: 30. “Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulunya menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya; dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa mereka tidak beriman?” Dan buktinya, justru orang-orang kafirlah yang mencari pembuktian tentang ayat ini.
ADVERTISEMENT
Dengan pengetahuan Sains yang dimiliki, mereka berlomba-lomba membuat roket supaya bisa mengetahui batas-batas alam semesta termasuk langit, meskipun sampai hari ini tak satu pun di antara mereka yang berhasil mencapai langit kecuali hanya pembodohan terhadap publik seperti yang banyak diungkap di dalam video-video di media sosial. Bahkan, para ahli antariksa mereka mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh NASA, yang bangga dengan prestasi yang telah dicapai oleh Neil Amstrong hanyalah sebuah rekayasa untuk menyaingi badan antariksa milik Uni-Soviet kala itu.
Umat Islam Hanya Mengurusi Agama dan Saling Menyalahkan
Seperti apa yang ditulis oleh Dr. Nurbani Yusuf umat Islam hanya sibuk menyalahkan antara sesama Islamnya. Sibuk saling serang dan membid’ahkan sehingga lupa untuk mencapai kemajuan di bidang Sains. Sangat jauh berbeda dengan zamannya Ibnu Sina, Ibnu Rusyid, dan Al-Khawarizmi serta Al-Kindi. Mereka belajar dan mendalami agama hanya untuk membidahkan dan menyalahkan orang lain, hingga lupa pada bidah dan salah sendiri. Perbedaan seharusnya tidak menghalang untuk beramal. Sungguh sayang hanya karena banyak bertanya dan berdebat hingga lupa beramal, sebagian belajar agama, setelah bisa kemudian menyalahkan yang tidak sepandangan. Belajar agama hanya untuk menyalahkan orang lain. Bukankah ada orang masuk surga hanya dengan mengucap Laa ilaha illallah meski mabuk, mencuri dan berzina. Sementara masih ada yang berdebat apakah bacaan tahlil itu dibaca berdiri atau duduk miring ke kanan atau ke kiri dibaca pada malem jemuah atau setiap kali, hanya sibuk berdebat tentang bacaan shalawat Nabi saw dst.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana yang kita ketahui belakangan ini, ada satu golongan yang menamakan dirinya Salafi. Dalam rekaman video-video Youtube-nya mereka sibuk berdakwah yang isinya justru membid’ahkan golongan yang mereka anggap sangat bertentangan dengan mazhab yang mereka yakini. Melalui bukti dalil-dalil yang dianggap cocok dengan jalan dakwah yang mereka tempuh, dengan beraninya mereka menyebut bahwa umat Islam yang ada di Indonesia ini sudah sangat jauh menyimpang dari ajaran Rasulullah Saw. yang tidak mengenal bid’ah. Perlu diketahui bersama, semenjak Rasulullah Saw. wafat. tak pernah tercatat dalam sejarah bahwa para sahabat saling menyalahkan antar pendapat mereka. Bahkan, di zamannya Khalifah Usman bin Affan saja, Abdullah bin Mas’ud, salah seorang dari sahabat Nabi yang hafal Alquran dan Hadist tidak pernah mendebat apa yang dilakukan oleh Khalifah Usman. Dengan tegas Abdullah bin Mas’ud mengatakan bahwa sesungguhnya perselisihan itu jelek. Hal ini terjadi ketika Abdullah bin Mas’ud salat Ashar bersama Usman bin Affan. Abdullah bin Mas’ud tahu bahwa perselihan itu hanya akan melahirkan perpecahan umat Islam.
ADVERTISEMENT
Dan itu terbukti ketika Khalifah Ali bin Abi Thalib diangkat menjadi khalifah ke empat setelah Usman bin Affan, di mana ada sekelompok umat Islam dari golongan Muawiyyah bin Abi Sufyan yang hendak membatalkan kekhalifan beliau dan menginginkan Muawiyyah untuk melanjutkan kekhalifan setelah Usman. Puncak dari perselisihan ini adalah terjadinya perang Siffin dan perang Jamal. Dan akibat dari peperangan ini kemudian menyebabkan umat Islam terpecah menjadi 73 golongan. Nah, apakah dengan adanya perpecahan ini umat Islam bisa maju seperti umat yang lain? Tentu saja tidak. Dan sekarang yang terjadi perpecahan itu semakin kentara dengan ditambahnya rongrongan dari kelompok Salafi dan wahabi.
Infiltrasi Salafi-Wahhabi di berbagai lini telah sampai pada titik nadir, yang tidak hanya mendestruksi otoritas yang telah mapan, tetapi juga mendestruksi bangsa Indonesia itu sendiri menjadi radikal. Indonesia memang tetap Pancasila dan NKRI, tetapi efek Salafi-Wahhabi, orang Indonesia sudah tak seperti dulu. Warisan moderasi dari Walisongo, sebagai identitas Islam di Nusantara, telah terkikis habis. Pemurnian Islam ala Wahhabi telah merusak seluruhnya. Jika dibiarkan, adalah hal yang pasti bahwa Indonesia akan kehilangan sama sekali prinsip moderasinya—kehilangan identitas keberagamaan yang telah menjadi ciri khas keislaman-keindonesiaan itu sendiri. Hari ini, sebagai dampak buruk masifnya Salafi-Wahhabi, yang bergerak melalui ratusan ustaz, ratusan media, ratusan lembaga pendidikan, pembaruan Islam di Indonesia telah mati. Yang terjadi adalah, meminjam istilah Martin van Bruinessen, kembalinya konservatisme (concervative turn).
ADVERTISEMENT
Ummat Islam adalah Ummat yang Terbaik
Semuanya kembali kepada umat Islam sendiri, bagaimana kita dapat bersaing dengan umat yang lain dalam bidang Sains. Sebab oleh Allah kita umat Islam ditulis dalam Alquran sebagai umat terbaik. “Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS Ali Imran: 110). Dengan adanya ayat ini semoga menjadi cambuk motivasi supaya kita umat Islam lebih percaya diri dalam bersaing di bidang ilmu pengetahuan sehingga kita tidak lagi dikatakan sebagai umat yang paling terbelakang.
ADVERTISEMENT