Konten dari Pengguna

Keautentikan Mukjizat Al Quran yang Tak Terbantahkan

Khairul Azzam El Maliky
Novelis muda Indonesia yang juga sekaligus staf pengajar di sebuah Madrasah Aliyyah di Jatim yang menyukai artikel. Sudah 70 karya buku yang telah diterbitkan di play store. Penulis dapat disapa di posmail: [email protected].
8 Januari 2024 8:46 WIB
·
waktu baca 12 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Khairul Azzam El Maliky tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Mushaf Alquran. Sumber: Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Mushaf Alquran. Sumber: Pixabay.com
ADVERTISEMENT
Oleh: Khairul Azzam El Maliky
Dalam artikel kali ini penulis akan memaparkan bukti ilmiah keaslian Al Quran sebagai firman Tuhan, pastilah berlembar-lembar kertas itu tidak akan cukup. Ratusan ribu buku telah menulis bukti ilmiah itu. Setiap saat para ilmuwan menemukan bukti baru yang ilmiah tentang kemukjizatan Al Quran.
ADVERTISEMENT
Baiklah, di waktu yang singkat ini, akan penulis gunakan bercerita singkat tentang bukti keaslian Al Quran sebagai kalamullah. Bukti ilmiah yang tidak ada keraguan sedikit pun di dalamnya. Penulis akan bercerita tentang tiga ilmuwan terkemuka di zamannya yang telah membuktikan Al Quran sebagai kalam Tuhan yang tidak terbantahkan.
Bukti-bukti Ilmiah Kalau Al Quran Bukan Karangan Manusia
Ilustrasi Atom atau molekul yang bisa dibagi. Sumber: Pixabay.com
Pertama, adalah Dr. Gary Miller. Ilmuwan terkenal ini mengatakan, bahwa sebelum Al Quran diturunkan dan Muhammad Saw. diangkat menjadi rasul, seorang filsuf Yunani Democritus telah menyampaikan pendapatnya tentang atom. Democritus dan para filsuf berkata, 'Materi terdiri atas partikel-partikel atau molekul-molekul yang sangat kecil yang tidak terlihat dan tidak bisa dibagi, partikel-partikel itu disebut atom.' Itulah definisi atom secara ilmiah yang diketahui manusia selama ribuan tahun.
ADVERTISEMENT
Orang Arab telah mengetahui definisi ini jauh sebelum Islam datang. Buktinya, kata 'dzarrah' atau atom' menurut orang Arab adalah bagian terkecil yang diketahui oleh manusia. Namun sekarang ini, ilmu pengetahuan modern menemukan bahwa atom yang dianggap bagian terkecil dari materi ternyata masih bisa dibagi lagi. Hal itu dianggap sebagai penemuan baru dalam science modern. Yang sangat mengherankan, Al Quran yang diturunkan empat belas abad yang lalu ternyata telah lebih dulu memberikan informasi ilmiah ini. Allah berfirman di dalam Al Quran, "Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biar pun sebesar zarrah (atom) di bumi maupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak ada yang lebih besar dari itu melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (lauhul mahfudz).
ADVERTISEMENT
Tidak diragukan lagi penjelasan bahwa ada yang lebih kecil dari atom seperti yang ada dalam ayat di atas adalah hal yang sama sekali tidak populer ketika Al Quran diturunkan. Yang diketahui manusia saat itu materi terkecil adalah atom, dan atom tidak bisa dibagi, artinya tidak ada yang lebih kecil dari atom. Dari manakah Al Quran bisa memberikan informasi ilmiah yang jauh melampaui apa yang ditemukan manusia saat itu. Tak lain dan tak bukan adalah dari Allah Swt. Ini membuktikan bahwa Al Quran adalah firman Allah yang tidak lekang oleh zaman.
Penemuan Jasad Firaun
Ilustrasi Mummi Firaun yang Mati Tenggelam. Sumber: Pixabay.com
Kedua, adalah Dr. Maurice Bucaille. Dia adalah seorang dokter ahli bedah terkenal di Prancis. Seperti dimaklumi bersama, salah satu Negara yang memiliki perhatian besar pada peninggalan-peninggalan purbakala adalah Prancis. Saat Presiden Francois Mitterand terpilih menjadi presiden Prancis tahun 1981, pemerintah Prancis di penghujung tahun delapan puluhan
ADVERTISEMENT
meminta kepada pemerintah Mesir untuk melakukan penelitian terhadap mumi Firaun di Prancis. Untuk itu dipindahkanlah untuk sementara tubuh Mumi itu ke Prancis.
Mumi itu disambut dengan upacara kenegaraan yang meriah setibanya di Prancis. Dia disambut bahkan oleh presiden seolah-olah masih hidup. Mumi itu lalu diletakkan di dalam ruangan khusus di Museum Pusat Prancis untuk diteliti oleh para pakar arkeologi dan dokter ahli bedah agar misteri seputar mumi firaun itu terungkap. Dan yang menjadi ketua dari para pakar dan ahli bedah dalam penelitian terhadap mumi itu adalah dokter bedah paling cemerlang saat itu, yaitu Dr. Maurice Bucaille. Para peneliti itu ingin mengetahui apa sesungguhnya yang menyebabkan kematian firaun.
Setelah melakukan penelitian dengan seksama, mereka pun menemukan jawaban ilmiah, kenapa Firaun mati. Sisa-sisa garam yang lengket pada tubuhnya, juga sebagian ada di tenggorokan dan alat pencernaan merupakan bukti kuat bahwa Firaun mati di laut. Ketika orang-orang saat itu menemukan jasad Firaun di laut, mereka langsung memurnikannya agar awet.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi yang menjadi pertanyaan besar di benak Dr. Maurice Bucaille adalah bagaimana jasad Firaun tetap bisa utuh ketika ia ditemukan di laut? Saat itu ada seorang anggota tim yang ia pimpin berbisik padanya, 'Sebenarnya umat Islam sudah membicarakan mengenai tenggelamnya jasad ini dan keutuhan tubuhnya setelah tenggelam.' Namun Dr. Maurice Bucaille saat itu mengacuhkan informasi itu dan menganggapnya sebagai angin lalu. Dia meyakini bahwa penemuan baru mengenai apa yang terjadi pada mumi Firaun itu tidak akan terjadi kecuali Melalui serangkaian penelitian dengan menggunakan metode dan alat pendukung yang canggih. Lalu dokter ahli bedah yang lain yang memiliki tanggung jawab yang sama dalam penelitian mumi itu mengatakan, 'Benar, sungguh, Al Quran, kitab suci yang dipercayai kaum Muslim itu telah menceritakan bagaimana Firaun mati tenggelam dan memastikan keutuhan tubuhnya setelah tenggelam.'
ADVERTISEMENT
Dr. Maurice Bucaille tercengang tidak percaya, dia merasa itu hal yang aneh. Bagaimana bisa terjadi. Mumi itu belum ditemukan hingga tahun 1898 M atau baru ditemukan dua ratus tahun yang lalu, sementara kitab Al Quran sudah ada sejak seribu empat ratus tahun yang silam.
Bagaimana kitab suci Al Quran bisa memberikan informasi itu, padahal seluruh manusia termasuk juga bangsa Arab tidak mengetahui apa pun tentang kehidupan Mesir kuno. Manusia baru tahu setelah jasad mumi itu ditemukan bersama peninggalan Mesir kuno lainnya.
Pertanyaan itu berkecamuk dalam pikiran ahli bedah dari Prancis ini. Ia mulai berpikir tentang kemukjizatan Al Quran. Ia duduk merenung di hadapan jasad mumi Firaun. Kitab suci umat Kristiani memang juga menceritakan tenggelamnya firaun ketika mengejar Musa, tetapi Injil Matius dan Lukas itu tidak menceritakan sedikit pun keutuhan jasadnya setelah
ADVERTISEMENT
tenggelam. Apakah logis mumi itu adalah Firaun yang dikejar Musa? Apakah logis Al Quran benar-benar menceritakan jasadnya utuh setelah tenggelam? Dr. Maurice Bucaille terus gelisah.
Hari berikutnya ia minta kepada beberapa ahli bedah untuk membawa taurat, kitab suci orang Yahudi. Dia membaca Kitab Keluaran. Ia kecewa karena Kitab Keluaran sama sekali tidak menceritakan jasadnya akan utuh, yang diceritakan hanyalah Firaun mati tenggelam. Kitab Keluaran itu hanya mengabarkan, 'Kemudian berbaliklah air laut itu, lalu menutupi kereta dan orang berkuda dari seluruh pasukan Firaun, yang telah menyusul orang Israel itu ke laut, hingga tak tersisa seorang pun dari mereka.'
Setelah Dr. Maurice membaca Kitab Keluaran itu tetap bingung sekaligus penasaran dengan apa yang dikatakan rekannya mengenai informasi yang sudah ada di dalam Al Quran itu. Setelah jasad mumi dikembalikan ke Mesir, Dr. Maurice menghadiri konferensi kedokteran di Saudi Arabia.
ADVERTISEMENT
Ia ingin bertemu dengan para dokter Muslim dan menanyakan benar tidaknya apa yang disampaikan rekannya itu. Konferensi itu memang membahas keutuhan jasad Firaun setelah tenggelam.
Di tengah acara, seorang ilmuwan Muslim membuka hati Dr. Maurice Bucaille yang sedang mencari hakikat Al Quran. Ilmuwan Muslim itu membacakan ayat suci Al Quran, 'Maka pada hari itu Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan manusia lalai dari tanda-tanda kekuasaan Kami.’
Ayat suci itu membuat tubuh Dr. Maurice Bucaille bergetar, seketika ia berkata dengan suara lantang, 'Aku masuk Islam dan aku beriman pada Al Quran ini.' Ia sangat yakin bahwa Al Quran benar-benar firman Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Mengetahui segala sesuatu. Tuhan yang menjadi sumber ilmu pengetahuan.
ADVERTISEMENT
Embrio
Ilustrasi Embrio Waktu di dalam Rahim. Sumber: Pixabay.com
Ketiga, apa yang terjadi pada Dr. Keith L. Moore, seorang ilmuwan ahli Embriologi terkenal dari Amerika. Suatu hari ia membaca artikel bahwa Alquran menjelaskan ihwal pertumbuhan janin dari masa pembuahan sampai lahir. Saat itu Dr. Keith L. Moore hampir tidak percaya. Sebab menurutnya, pengetahuan Embriologi baru diketahui oleh manusia belakangan ini, terutama sejak diketemukannya mikroskop dan piranti-piranti canggih ilmu kedokteran modern lainnya.
Untuk membuktikan kebenaran tulisan itu, Dr. Keith L. Moore lalu membaca dan mempelajari Alquran. Dan akhirnya, mau tidak mau ia harus terkagum-kagum kepada Alquran.
Ternyata benar, Alquran memuat ayat-ayat yang menjelaskan tentang Embriologi secara lengkap dan tuntas.
Dr. Keith L. Moore, mengatakan, Apa yang tercantum dalam Alquran itu sungguh tidak mungkin terjangkau oleh pengetahuan medis pada abad ke-7 Masehi, ketika Nabi Muhammad menyebarkan Islam. Ini suatu mukjizat.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan temuan ilmiah itulah Dr. Keith L. Moore kemudian masuk Islam dan menjadi seorang Muslim yang saleh. Dr. Keith L. Moore kemudian aktif menangani publikasi Perhimpunan Medika Islam Amerika Utara, Downers' Grove, Illinois, USA. Dengan tanpa keraguan sedikit pun Dr. Keith L. Moore mengatakan, bahwa rujukan ilmiah tentang perkembangan dan proses reproduksi manusia tersebar di pelbagai ayat Alquran. Diawali dari QS. Az-Zumar ayat 6, keyakinan Dr. Keith L. Moore mendapatkan pondasi ilmiah yang kukuh. Ditambah dengan QS. Al Mu'minun ayat 13-14. Lalu, ia menelusuri Qs. Al Hajj ayat 5. "Menurut Dr. Keith Moore, penggambaran tentang fetus, yaitu embrio yang telah berkembang di dalam uterus atau peranakan, baru muncul pertama kali pada abad ke- 15 oleh Leonardo da Vinci. Memang jauh sebelumnya pada abad ke-2, Galen pernah menggambarkan plasenta dan selaput-selaput janin dalam buku, On The Formation of The Foetus. Tetapi itu jauh berbeda dengan yang diuraikan pada abad ke-7. Ketika itu para ahli medis sudah tahu bahwa embrio manusia berkembang di dalam uretus, hanya saja tak seorang pun yang mengetahui bahwa perkembangan itu berlangsung secara bertahap. Bahkan pada abad ke-15 pun belum didiskusikan, apalagi digambarkan. Setelah mikroskop ditemukan oleh Leeuwenhook pada abad ke-16, barulah penjelasan tentang tahapan permulaan embrio ayam diselidiki para ahli.
ADVERTISEMENT
Pengetahuan tentang penahapan embrio manusia dan bentuknya setiap tahap tidak terbayangkan hingga abad ke-20 ketika Streeter (1941) dan O'Rahilly (1972) mengembangkan sistem penahapan yang pertama kali. Apalagi tentang tiga lipat kegelapan yang ternyata maksudnya adalah tiga lapisan, yaitu dalam lapisan dinding perut, dinding rahim, dan selaput janin.
Alquran menjelaskan, Kemudian Kami menjadikan air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kukuh (rahim). Kemudian, air mani itu Kami jadikan alaqah (sesuatu yang melekat), lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Maha Suci Allah, Pencipta yang paling baik."
ADVERTISEMENT
Jika kita cermati lebih dalam, sebenarnya alaqah dalam pengertian etimologis yang biasa diterjemahkan dengan segumpal darah juga bermakna kepada penghisap darah, yaitu lintah.
Padahal tidak ada pengumpamaan yang lebih tepat ketika embrio berada pada tahap itu, yaitu 7-24 hari, selain seumpama lintah yang melekat dan menggelantung dikulit.
Embrio itu seperti menghisap darah dari dinding uretus, karena memang demikianlah yang sesungguhnya terjadi, embrio itu makan melalui aliran darah. Itu persis seperti lintah yang menghisap darah. Janin juga begitu, sumber makanannya adalah dari sari makanan yang terdapat dalam darah sang ibu. Ajaibnya, embrio janin dalam tahap itu jika diperbesar dengan mikroskop bentuknya benar-benar seperti lintah.
Bisakah kita membayangkan bahwa saat itu Muhammad sudah memiliki pengetahuan sedemikian dahsyat tentang bentuk janin yang seperti lintah, lalu menulisnya dalam sebuah buku. Padahal saat itu belum ditemukan mikroskop dan lensa. Kita tidak akan bisa membayangkannya.
ADVERTISEMENT
Karenanya pengetahuan tentang embrio manusia yang mirip lintah, yang dijelaskan oleh Alquran tidak mungkin bersumber dari akal manusia.
Jelas itu adalah pengetahuan dari Tuhan, itu wahyu dari Allah, Tuhan seru sekalian, yang Maha Mengetahui segala sesuatu.
Masih ada bukti ilmiah lainnya, dari sudut pandang pelbagai bidang ilmu tentang kemukjizatan Alquran sebagai firman Allah. Akan tetapi rasanya penulis sudah mengambil waktu yang cukup panjang. Tiga kisah ilmiah di atas kiranya sudah menjadi bukti yang tak terbantahkan tentang keaslian Alquran sebagai wahyu dari Allah, Tuhan seru sekalian alam.
Alquran Tidak Akan Sama dengan Kitab-Kitab Agama Lain yang Sekarang
Ilustrasi Bible Sumber: Pixabay.com
Sudah dijelaskan bahwa Alquran adalah Al-Furqan (Pembeda) dengan kitab-kitab suci agama Samawi yang kita kenal sekarang. Alquran adalah kitab suci yang disebut sebagai kitab penyempurna. Kitab ini disebut sebagai kitab penyempurna karena mengandung beberapa fitur yang tidak dimiliki oleh kitab-kitab lain sebelumnya. Fitur-fitur ini menjadikannya sebagai kitab yang unik dan berbeda dari yang lain.
ADVERTISEMENT
Pertama, Alquran adalah kitab yang disebut sebagai kitab penyempurna karena mengandung kebenaran yang tidak dimiliki oleh kitab-kitab sebelumnya. Alquran mengandung informasi yang berasal dari Tuhan yang telah ditegaskan kebenarannya sehingga tidak mungkin untuk berubah. Karena hal ini, orang-orang yang membacanya bisa yakin bahwa informasi yang mereka terima adalah benar.
Kedua, Alquran juga disebut sebagai kitab penyempurna karena mengandung instruksi yang jelas dan mengikat bagi orang-orang yang membacanya. Ini berbeda dengan kitab-kitab sebelumnya yang tidak mengikat, sehingga orang-orang bisa melakukan apa yang mereka suka. Namun, Alquran menyatakan bahwa orang-orang harus melakukan apa yang diperintahkan dan mematuhi aturan yang ada di dalamnya.
Ketiga, Alquran juga disebut sebagai kitab penyempurna karena mengandung kemuliaan yang tidak dimiliki oleh kitab-kitab sebelumnya. Kitab ini mengandung kata-kata indah, ungkapan-ungkapan manis, dan pengajaran-pengajaran yang membawa kesetiaan dan cinta Tuhan ke dalam kehidupan orang-orang yang membacanya.
ADVERTISEMENT
Mungkin di dunia ini hanya satu kitab yang masih menyimpan ‘pembenaran’ tentang diutusnya Nabi Isa bin Maryam sebagai penyempurna ajaran agama sebelumnya yang dibawa oleh Nabi Musa dan berita tentang akan datangnya Rasul terakhir (Khatamul anbiya) Nabi Muhammad Saw. meski tidak sepenuhnya otentik, yaitu Injil Barnabas. Dikutip dari buku Menjadi Gereja di Tengah Dunia yang Terluka yang ditulis oleh Weinata Sairin (2020: 120), Injil Barnabas mengungkapkan cerita tentang Yesus sejak masa pra kelahiran-Nya hingga Ia naik ke surga. Penulis Injil Barnabas mempunyai pengetahuan yang cukup luas tentang agama Kristen dan Islam.
Para sidang pembaca menjadi saksi, bahwa penulis sudah menyampaikan kebenaran tak terbantahkan ini. Anda boleh percaya, boleh juga tidak percaya Tidak ada paksaan untuk mengimani Alquran sebagai firman Allah. Dr. Gary Miller, Dr. Maurice Bucaille, dan Dr. Keith L. Moore mengimani isi Alquran dan masuk Islam sama sekali bukan karena ada paksaan. Mereka mengimani Alquran dan memeluk Islam karena alasan-alasan yang sangat ilmiah. Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat?
ADVERTISEMENT
Menurut Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nur dijelaskan oleh Teungku Hasby Ashidiqiey. Mufassir Bumi Aceh tersebut menuturkan bahwasanya ayat-ayat alquran tidak bisa dikurangi, diganti, ataupun direvisi sekalipun. Mengapa demikian, Hasby menuturkan itulah keistimewaan kitab suci al-Qur’an. Allah SWT yang telah menjamin untuk memeliharanya selama bumi dan langit masih terbentang.
Kemudian lanjut Hasby, dengan jaminan Allah SWT itulah kitab suci alquran terjaga dari penambahan kalimat, pengurangan kalimat, ataupun penukaran kalimat didalamnya. Sebaliknya, tutur Hasby, berbeda dengan kitab-kitab yang pemeliharaanya diberikan kepada para pendeta.[]