Konten dari Pengguna

Nongkrong di Coffee Shop: Bukan Sekedar Tren, Tapi Gaya Hidup Mahasiswa Jogja

Rudhy Prasastio
Saya adalah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Prodi S1 Manajemem
8 Mei 2024 11:14 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rudhy Prasastio tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jogja, kota pelajar yang sarat dengan sejarah dan budaya, kini diwarnai dengan fenomena baru: menjamurnya coffee shop yang menjadi tempat nongkrong favorit para mahasiswa. Tak hanya sekedar tempat menikmati secangkir kopi, coffee shop telah menjelma menjadi ruang publik yang tak terpisahkan dari gaya hidup generasi muda Jogja.
Potret salah satu tempat Coffe shop tempat nongkrong  anak skena (sumber : Foto Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Potret salah satu tempat Coffe shop tempat nongkrong anak skena (sumber : Foto Pribadi)
ADVERTISEMENT
Bagi mahasiswa Jogja, coffee shop bukan hanya tempat untuk menikmati kopi. Di sini, mereka menemukan ruang untuk belajar, bekerja, bersosialisasi, dan bertukar ide. Suasana yang nyaman, akses internet yang lancar, dan harga yang terjangkau menjadi daya tarik utama. Tak jarang, mahasiswa menjadikan coffee shop sebagai tempat mengerjakan tugas, berdiskusi kelompok, atau bahkan mengadakan pertemuan organisasi.
Coffee shop di Jogja tak hanya dikunjungi oleh mahasiswa dari satu jurusan. Keberagaman jurusan dan latar belakang ini membuka ruang interaksi dan kolaborasi yang luas. Di sini, mahasiswa dapat bertemu dengan teman baru, menjalin koneksi, dan bahkan menemukan peluang kerja sama. Tak jarang, pertemanan dan kolaborasi yang terjalin di coffee shop mengantarkan mereka pada kesuksesan di masa depan.
ADVERTISEMENT
Suasana yang inspiratif di coffee shop seringkali memicu ide-ide kreatif dan inovatif. Tak jarang, mahasiswa menemukan inspirasi untuk menyelesaikan tugas, mengembangkan proyek, atau bahkan memulai bisnis mereka sendiri. Coffee shop menjadi wadah bagi mereka untuk menuangkan ide, bertukar pikiran, dan berkolaborasi dengan orang lain.
Tren nongkrong di coffee shop bukan sekadar fenomena sesaat. Tren ini mencerminkan perubahan gaya hidup dan kebutuhan generasi muda Jogja. Di era digital ini, mereka membutuhkan ruang publik yang nyaman, inspiratif, dan akses internet yang mumpuni untuk belajar, bekerja, dan bersosialisasi.
Potret Coffee shop terkenal enak coffee nya (Sumber : Foto pribadi)
Tren nongkrong di coffee shop tak luput dari dampak positif dan negatif. Di sisi positif, tren ini mendorong mahasiswa untuk menjadi lebih produktif, kreatif, dan terbuka terhadap ide-ide baru. Mereka juga belajar untuk disiplin dalam mengatur waktu dan keuangan, serta menjalin komunikasi dan kerjasama yang baik dengan orang lain.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, tren ini juga dapat menimbulkan konsumerisme dan gaya hidup yang hedonis. Tak jarang, mahasiswa menghabiskan uang mereka secara berlebihan untuk membeli kopi dan makanan di coffee shop. Hal ini dapat berakibat pada masalah keuangan dan kesehatan.
Penutup
Nongkrong di coffee shop telah menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup generasi muda Jogja. Tren ini bukan hanya sekadar fenomena, tapi juga mencerminkan perubahan kebutuhan dan gaya hidup generasi muda. Dengan pengelolaan yang bijak, coffee shop dapat menjadi wadah positif bagi mahasiswa untuk mengembangkan diri, meraih mimpi mereka, dan menjadi generasi penerus bangsa yang berprestasi.