Ternyata Adu Banteng Terbesar Dunia ada di Jakarta

Rudi Winandoko
Diplomat Indonesia. Lisabon-Madrid.
Konten dari Pengguna
30 Agustus 2020 13:46 WIB
comment
10
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rudi Winandoko tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Matador yang beraksi di Stadion Gelora Bung Karno tahun 1969 (Foto: KBRI Lisabon dan Sofia França)
zoom-in-whitePerbesar
Matador yang beraksi di Stadion Gelora Bung Karno tahun 1969 (Foto: KBRI Lisabon dan Sofia França)
ADVERTISEMENT
Tahukah anda bahwa Stadion Gelora Bung Karno pernah menjadi tuan rumah pertunjukan adu banteng terbesar dunia?
ADVERTISEMENT
Pada tanggal 26-27 April serta 2-4 Mei 1969, Stadion Gelora Bung Karno (saat itu masih bernama Stadion Senajan) menjadi saksi salah satu pertunjukan adu banteng terbesar di dunia. Meskipun belum diformalkan dalam rekor resmi, beberapa sumber menyebutkan bahwa pertunjukan 26 April 1969 merupakan adu banteng terbesar di dunia dengan jumlah 120 ribu penonton.
Hal ini sangat unik mengingat adu banteng merupakan tradisi Portugal, Spanyol, dan beberapa negara Amerika Latin. Adu banteng terbesar dunia tidak diselenggarakan di negara-negara tersebut, melainkan di Indonesia.
Penyelenggaraan adu banteng terbesar, yang didukung Pemerintah Portugal saat itu, menunjukkan signifikansi posisi Indonesia di mata publik Portugal. Meskipun berjarak 12.600 km dengan Portugal, Jakarta dipilih sebagai lokasi pertunjukan adu banteng terbesar sepanjang sejarah.
Poster adu banteng tahun 1969
Pada 20 April 1969, tiga orang matador, empat orang bandarilheiros (asisten matador), dan 7 orang forcados hadir di Jakarta untuk menampilkan adu banteng ala Portugal. Semua banteng dan logistik pertunjukan pun dikirimkan langsung ke Jakarta dari Portugal via kapal laut. Proses perjalanan tentu tidak mudah karena fasilitas transportasi saat itu yang tidak sebaik sekarang.
ADVERTISEMENT
Rombongan matador tersebut juga mendapat sambutan dari Presiden Soeharto dan Gubernur Ali Sadikin. Setelah pertunjukan, rombongan dijamu oleh Presiden Soeharto di Istana Negara.
Presiden Soeharto dan Tien Soeharto bersama rombongan matador Portugal (Foto: KBRI Lisabon dan Sofia França)
Adu banteng Portugal yang ditampilkan saat itu sesungguhnya sangat berbeda dengan adu banteng Spanyol. Perbedaan paling mencolok di Portugal adalah banteng tidak pernah dibunuh di pertunjukan.
Selain itu, adu banteng Portugal memiliki forcados. Forcados adalah sekelompok pemuda yang menantang banteng secara langsung, tanpa perlindungan atau senjata pertahanan apa pun. Kelompok pemuda ini juga sering kali disebut sebagai regu bunuh diri (Suicide Squad).
Forcados, atau Suicide Squad, yang tengah menghadapi banteng tanpa senjata apapun (Foto: Wikimedia Commons)
Pada 10 Oktober 2019, saya menghadiri peringatan 50 tahun pertunjukan adu banteng tersebut di Lisabon, Portugal. Peringatan ini dilakukan di arena Campo Pequeno Lisabon, satu dari sedikit arena adu banteng yang masih eksis hingga saat ini. Dalam peringatan yang disiarkan langsung oleh televisi nasional Portugal ini, semua anggota kelompok matador yang masih hidup diberikan penghargaan dari komunitas budaya adu banteng di Portugal.
ADVERTISEMENT
Setelah berjaya selama ratusan tahun, tradisi adu banteng kini kian menghilang sedikit demi sedikit. Beberapa bagian masyarakat modern Portugal saat ini tengah mengkampanyekan penghapusan adu banteng di Portugal. Meskipun demikian, penyelenggaraan adu banteng di Jakarta 50 tahun lalu tetap menjadi simbol persahabatan antara Indonesia dan Portugal.
Empat anggota kelompok matador 1969 yang mendapatkan penghargaan (Foto: KBRI Lisabon)