5 Hal Penggugur Pahala Puasa

Rudi Sirojudin Abas
Pemerhati Pendidikan, Budaya, dan Agama. Praktisi Pendidikan di MTs Darul Fitri Leles-Garut
Konten dari Pengguna
18 April 2021 15:41 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rudi Sirojudin Abas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilutrasi Ramadhan Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilutrasi Ramadhan Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Tujuan berpuasa adalah menahan diri dari hawa nafsu, bukan sekadar menahan diri dari makan, minum, dan dari segala yang membatalkannya. Boleh jadi seseorang berpuasa, namun puasanya tidak mendapatkan pahala di sisi Allah karena selama berpuasa dia mengerjakan beberapa tindakan yang dapat menggugurkan pahala ibadah puasanya.
ADVERTISEMENT
Banyak hal yang membuat ibadah puasa seseorang sia-sia. Ibadah puasa yang dilakukannya hanya sebatas penggugur kewajiban saja. Berpuasa tidak hanya cukup dengan menahan rasa lapar, dan dahaga tanpa menghiraukan perbuatan yang dapat menghilangkan pahala ibadah puasanya. Boleh jadi secara lahir dia berpuasa, tetapi secara batin tidak berpuasa. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga." (HR. Ath-Thabrani).
Hadis di atas memberi peringatan kepada kita dengan jelas, bahwa kebanyakan orang yang berpuasa hanya mendapatkan rasa lapar dan dahaga saja.
Apa gerangan sehingga Nabi SAW berucap demikian? Boleh jadi kebanyakan orang hanya berpuasa pada zahirnya saja. Sementara batinnya tidak berpuasa. Secara zahir, berpuasa itu berupaya untuk tidak makan, tidak minum, dan tidak berhubungan intim dengan pasangannya (suami/istri) dari terbit fajar (subuh) hingga terbenam matahari (magrib).
ADVERTISEMENT
Sementara secara batin, berpuasa adalah menjaga panca indera kita dari berbagai kesalahan-kesalahan batiniah. Mata tidak digunakan untuk melihat yang haram, mulut tidak digunakan untuk membicarakan hal yang sia-sia, telinga hanya digunakan untuk mendengar hal-hal yang bermanfaat, dan hati tidak digunakan untuk berprasangka buruk kepada orang lain.
Berkenaan dengan hal-hal yang membatalkan pahala puasa, Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya' Ulumiddin mengutip hadis Rasulullah SAW. Nabi SAW bersabda, "Ada lima perkara yang membatalkan pahala orang yang berpuasa, yaitu (1) berdusta; (2) berghibah; (3) mengadu domba; (4) bersumpah palsu; dan (5) memandang dengan syahwat." (HR. Ad-Dailami).
Pertama, berdusta. Berdusta merupakan perbuatan hina yang timbul dari lisan. Lisan berucap tidak sesuai dengan apa yang diyakinkan dalam hati. Begitu pula dalam perbuatan, perbuatannya tidak sesuai dengan apa yang diucapkannya.
ADVERTISEMENT
Berdusta merupakan salah satu ciri sifat orang munafik. Rasulullah SAW bersabda, "Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga, yaitu; jika berbicara berdusta, jika berjanji mengingkari dan jika dipercaya berkhianat." (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, Turmudzi dan Nasai).
Berdusta juga menjadi pangkal kebencian Allah SWT. Dalam QS. As-Saff [61] ayat 3 Allah berfirman, "Kabura maktan indallaahi an takuuluu maa laa taf'aluuna," yang artinya "Sangat dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan."
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW menekankan, "Siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta (tetapi justru) mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan (saat puasa)." (HR. Bukhari).
Kedua, ghibah (menggunjing). Ghibah merupakan membicarakan kejelekan orang lain. Berprasangka buruk kepada orang lain. Membicarakan apa yang dibenci orang lain ketika orang itu tidak ada. Ghibah pun merupakan perbuatan yang menjijikan. Orang yang mengunjing seolah-olah dia itu memakan daging saudaranya yang sudah mati. Berkenaan dengan ghibah, Allah SWT berfirman yang artinya, "Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijikā€¦." (QS. Al-Hujurat [49]: 12).
ADVERTISEMENT
Ketiga, mengadu domba (namimah). Perbuatan namimah berpangkal dari kebencian. Tidak senang melihat orang rukun dan damai. Pelaku namimah akan berusaha menjadikan ke dua belah pihak agar saling bertengkar, sehingga tidak sedikit berawal dari adanya pertengkaran, seseorang berani menumpahkan darah sesamanya.
Oleh sebab itu, pelaku namimah dalam perbuatannya selalu memberikan keterangan yang berbeda kepada ke dua belah pihak. Misalnya, memberikan informasi kejelekan yang ditujukan kepada seseorang seolah-olah bersumber dari orang lain, padahal bersumber dari dirinya. Begitu pula sebaliknya kepada seseorang yang lain, memberikan informasi yang tidak sesuai dengan kebenaran aslinya.
Keempat, bersumpah palsu. Hal ini berkaitan dengan ucapan dan keterangan seorang saksi dalam sebuah pengadilan yang biasa disumpah dengan nama Allah. Jika seorang saksi memberikan keterangan tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya, maka ia telah berbohong atas nama Allah. Bersumpah palsu berbahaya karena dapat menguntungkan sebelah pihak dan merugikan pihak lain yang mengakibatkan tertutupnya kebenaran dengan kesalahan.
ADVERTISEMENT
Kelima, memandang dengan syahwat. Tujuan berpuasa untuk mengendalikan hawa nafsu, menundukkan dan menahan pandangan untuk tidak melihat secara bebas kepada segala sesuatu yang dicela dan dibenci serta kepada segala sesuatu yang melalaikan diri untuk mengingat kepada Allah. Rasulullah SAW bersabda, "Pandangan merupakan salah satu anak panah (senjata) iblis." (HR. Al-Hakim dan Ath-Thabrani).
Demikianlah beberapa perbuatan yang dapat menggugurkan pahala puasa. Semoga kita tidak termasuk pada kategori tersebut. Berusaha untuk memelihara puasa dari hal-hal yang membatalkan pahalanya merupakan tujuan dalam mencapai kualitas dan kuantitas puasa yang baik.
Wallahu'alam.**
** Rudi Sirojudin Abas, Permerhati Pendidikan, Budaya, dan Agama. Praktisi Pendidikan di MTs Darul Fitri Leles-Garut.