Konten dari Pengguna

Hikmah Sahur dan Membaca Al-Quran di Bulan Ramadhan

Rudi Sirojudin Abas
Pemerhati Pendidikan, Budaya, dan Agama. Praktisi Pendidikan di MTs Darul Fitri Leles-Garut
15 April 2021 9:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rudi Sirojudin Abas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sudah menjadi keniscayaan, bahwa dalam satu tahun kita bertemu dengan satu bulan dimana bulan tersebut menjadikan pola hidup kita sedikit berubah. Sebelas bulan kita diberikan keleluasaan untuk memenuhi serta mengatur kebutuhan jasmani maupun rohani tanpa ada larangan dari siapapun. Kini, keleluasaan tersebut seolah menemui titik hentinya. Kebutuhan jasmani dipersempit. Kebutuhan rohani diperkuat.
ADVERTISEMENT
Inilah bulan ramadhan, bulan yang meniscayakan pola hidup yang berbeda dan menarik dari bulan-bulan sebelumnya. Satu bulan penuh kita dianjurkan berpuasa di siang hari, tidak makan tidak minum semenjak fajar terbit (subuh) hingga matahari terbenam (magrib). Sebagai gantinya, kita harus makan sebelum subuh (sahur) dan berbuka setelah magrib.
Bagi orang yang mempunyai kekuatan iman, hal tersebut tidak terasa berat karena berhubungan dengan suatu kewajiban sebagai ibadah fardu. Namun bagi sebagian orang yang imannya lemah, hal tersebut terasa sulit. Bagaimana tidak, hari-hari yang biasa digunakan untuk beraktivitas, malah tidak diberi asupan energi.
Alhasil, ibadah puasa memang berhubungan dengan keimanan seseorang. Maka pantas, perintah puasa diwajibkan oleh Allah SWT hanya untuk orang beriman saja, bukan untuk siapa-siapa. Allah SWT berfirman yang artinya, "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah [2]: 183).
ADVERTISEMENT
Kesempatan ibadah di bulan ramadhan terbuka lebar, salahsatunya makan sahur. Anjuran makan sahur bukan hanya sekadar penguat badan di saat kita akan puasa di siang harinya, namun ada hikmah besar di balik itu semua. Bagi mereka yang makan sahur, terlebih dilakukan di sepertiga akhir malam, kesempatan untuk melaksanakan salat subuh di awal waktu dan berjemaah terbuka lebar. Begitupula pada waktu sahur, kesempatan untuk menjadi seorang muslim "at-tawwabin" atau "al-mustaghfirin" (orang-orang yang selalu meminta ampun dan bertaubat) sangat terbuka lebar.
Dalam Al-Quran, kata "sahur" disebutkan dua kali. Pertama pada surat Ali-Imran [3] ayat 17 dan kedua pada surat Az-Zariyat [51] ayat 18. Kedua-duanya menggunakan redaksi "al-ashar" yang artinya "di penghujung malam sebelum fajar". "walmustaghfiriina bil ashar" dan "wa bil ashaari hum yasytaghfiruuna" yang artinya "Dan yang memohon ampun di waktu sahur" dan "Dan di akhir malam mereka memohon ampun kepada Allah".
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, maka benar apa yang disabdakan Nabi Muhammad SAW bahwa dalam sahur ada keberkahan. Nabi SAW bersabda yang artinya, "Bersahur itu adalah suatu keberkahan, maka janganlah kamu meninggalkannya, walaupun hanya dengan seteguk air, karena Allah dan para malaikat bersalawat atas orang-orang yang bersahur (makan sahur)." (HR. Imam Ahmad).
Selain itu, ibadah sahur merupakan syiar yang menjadi pembeda antara puasanya umat Islam dengan umat Yahudi dan Nasrani. Sebagaimana diketahui, sebelum Islam datang, puasa juga menjadi syariat kedua agama tersebut sebagaimana firman Allah SWT "kamaa kutiba 'alalladzina min qoblikum", "sebagaimana telah diwajibkan kepada orang sebelum kamu". Para ulama menafsirkan arti maksud ayat " 'alalladzina min qoblikum" adalah umat Yahudi dan Nasrani. Ada pula yang menafsirkan bahwa ayat tersebut mencakup umat Nabi Adam AS hingga datangnya umat Islam.
ADVERTISEMENT
Berkenaan dengan ibadah sahur menjadi pembeda antara puasanya umat Islam dengan Yahudi dan Nasrani, Rasulullah SAW bersabda, “Perbedaan antara puasa kita dan puasa Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) adalah makan sahur.” (HR. Imam Muslim).
Bulan ramadhan juga menjadi momen bagi umat Islam untuk lebih mencintai kitab suci Al-Quran. Tidak sedikit orang di bulan ramadhan berusaha untuk mengkhatamkan Al-Quran, minimal satu kali khatam. Tidak sedikit pula beberapa pengurus masjid mengadakan program "khatmil quran", baik yang dikemas melalui salat tarawih ataupun melalui majelis-majelis ta'lim. Seiring dengan perkembangan zaman pun, teks Al-Quran dapat dengan mudah kita dapatkan misalnya, melaui gawai, gadget, maupun handphone sehingga kesempatan untuk membaca Al-Quran dapat dilakukan kapan saja.
Ilustrasi Membaca Al-Quran Foto: Pixabay
Allah SWT berfirman yang artinya, "Bulan ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Quran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil)." (QS. Al-Baqarah [2]: 185).
ADVERTISEMENT
Rasulullah SAW bersabda yang artinya: "Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al-Quran, maka ia akan mendapat satu kebaikan dan dari satu kebaikan itu berlipat menjadi sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan "alif lam mim" sebagai satu huruf. Akan tetapi "alif" satu huruf, "lam" satu huruf dan "mim" satu huruf." (HR. Imam Bukhari).
Beliau juga bersabda, "Barang siapa yang membaca satu huruf dari Al-Quran maka baginya mendapat satu kebaikan, dan satu kebaikan tersebut dilipat-gandakan menjadi sepuluh kalinya." (HR. Imam Turmudzi).
Dengan demikian, bulan ramadhan merupakan bulan yang sangat tepat untuk kita memperbaiki diri, menyempatkan diri bermuhasabah, dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan demi meraih kebahagiaan yang hakiki melalui dua ibadah tersebut di atas.
ADVERTISEMENT
Wallahu'alam. **
** Rudi Sirojudin Abas. Permerhati Pendidikan, Budaya, dan Agama. Praktisi Pendidikan di MTs Darul Fitri Leles-Garut.