Konten dari Pengguna

Prospek dan Retrospek Kerja Sama Indonesia-China: Sister City

Rudolf Yuniarto
Paulus Rudolf Yuniarto adalah peneliti pada Pusat Riset Kewilayahan Badan Riset dan Inovasi Nasional. Saat ini menekuni bidang kajian China dan isu migrasi internasional wilayah Asia Timur
16 November 2024 13:58 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rudolf Yuniarto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Presiden Prabowo Subianto menyalami Presiden Xi Jinping sebelum menyaksikan MoU antara kedua negara di Balai Besar Rakyat, Beijing, China pada Sabtu (9/11/2024). Foto: Desca Lidya Natalia/Antara
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Prabowo Subianto menyalami Presiden Xi Jinping sebelum menyaksikan MoU antara kedua negara di Balai Besar Rakyat, Beijing, China pada Sabtu (9/11/2024). Foto: Desca Lidya Natalia/Antara
ADVERTISEMENT
Hubungan China-Indonesia memulai babak baru di bawah pemerintahan baru Presiden Prabowo Subianto. Pada 8-10 November 2024 Prabowo melakukan kunjungan perdana luar negeri pertamanya setelah dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia pada 20 Oktober 2024 lalu.
ADVERTISEMENT
Selain bertemu Presiden Xi Jinping, rombongan kepresidenan juga bertemu dengan pimpinan Kongres China, Zhao Leji dan Perdana Menteri China, Li Qiang, beserta para menteri dan pengusaha. Harapan sekaligus pertanyaannya: apakah hubungan bilateral China-Indonesia akan sama seperti pemerintahan sebelumnya atau berlayar maju dengan gagasan yang berbeda.
Di hari terakhir kunjungan tersebut, Xi Jinping dan Prabowo menandatangani beberapa perjanjian kerja sama untuk memperkuat kemitraan di bidang-bidang penting. Perjanjian tersebut mencakup konservasi air, sumber daya maritim, dan pertambangan dengan kesepakatan investasi senilai lebih dari USD 10 miliar. Kedua pemimpin juga merilis pernyataan bersama yang menekankan “Kemitraan Strategis Komprehensif” dan visi komunitas China-Indonesia untuk masa depan bersama.
Dalam pembicaraan antar-presiden itu, pemerintah China menyatakan kesiapan untuk bekerja sama erat dengan pemerintah baru Indonesia yang fokus pada investasi untuk kemanfaatan masyarakat. Xi Jinping menekankan pentingnya kerja sama dalam pengentasan kemiskinan, kesehatan, pertanian, dan perikanan serta mendorong dukungan timbal balik pada kepentingan perdagangan serta peningkatan kolaborasi dalam ekonomi digital, manufaktur canggih, dan daur ulang.
ADVERTISEMENT
Menanggapi hal ini, Prabowo menyoroti keinginan Indonesia kerja sama kemitraan strategis dengan China dalam berbagai bidang agar saling menguntungkan di tengah ketidakpastian ekonomi dan politik global yang sedang terjadi saat ini.
Prabowo tampak melanjutkan tongkat estafet kerja sama dengan China dari pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dipicu oleh ketertarikan Indonesia yang masih besar untuk mendukung pembangunan infrastruktur dalam negeri. “Indonesia membutuhkan modal dari China,” demikian kata seorang mantan pejabat tinggi di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves).
Inilah alasan mengapa Pemerintah Indonesia menyambut masuknya modal China dalam jumlah besar dan menggunakannya untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur publik berskala besar termasuk industri mineral kritis. Pada tahun 2023, Indonesia menerima investasi sebesar USD 7,6 miliar dalam skema Inisiatif Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative/BRI) nomor satu terbesar se-Asia Tenggara.
ADVERTISEMENT
Meskipun akan terus mengalami peningkatan signifikan dalam hubungan ekonomi antara China dan Indonesia di bawah skema BRI dan non-BRI, belum banyak kerja sama di bidang hubungan antar-masyarakat (people-to-people relation) antar kedua negara. Kurang berkembangnya bentuk kerja sama ini karena valuasi dan kesuksesan tidak dapat diukur dengan angka nominal, namun demikian jejaring sosial maupun individu justru semakin erat.

Pengembangan Kerja Sama ‘Sister City’

Presiden Prabowo Subianto (kiri) dan Presiden Xi Jinping mengikuti upacara kenegaraan di Balai Besar Rakyat, Beijing, China pada Sabtu (09/11/2024). Foto: Desca Lidya Natalia/Antara
Konsep sister city adalah kesepakatan antara dua kota atau wilayah berbeda, baik secara geografis, administratif, maupun politik, untuk membangun hubungan sosial dan budaya. Perjanjian ini disebut Memorandum of Understanding (MoU) dan bertujuan memperkuat hubungan budaya serta perdagangan.
Kerja sama sister city bersifat mandiri dan saling menguntungkan bagi kedua pihak. Kesepakatan ini secara resmi terjalin ketika wali kota atau pejabat tertinggi dari masing-masing wilayah menandatangani MoU tersebut. Perjanjian kerja sama sister province ini merupakan tiket bagi pemerintah provinsi kedua negara dalam memperkuat hubungan, khususnya interaksi bisnis dan hubungan antar masyarakat.
ADVERTISEMENT
Kerja sama antar kota di Indonesia dengan kota di China pada dasarnya sudah dimulai pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2004–2014) dan dilanjutkan di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi (2014–2024). Kolaborasi ini telah berlangsung selama dua dekade. Kerja sama dengan kota di wilayah selatan China mencakup Provinsi Guangdong, Fujian, Wilayah Otonomi Guangxi Zhuang, dan Hainan, selama ini sudah berjalan dan telah berfungsi sebagai pintu gerbang utama bagi ekspor Indonesia ke China.
Hasil penelitian Tim kajian China pada Pusat Riset Kewilayahan BRIN menemukan bahwa 38% komoditas ekspor utama Indonesia—seperti batu bara, kopi, sarang burung, makanan dan minuman, serta buah-buahan tropis—melewati wilayah ini. China bagian selatan, yang merupakan rumah bagi perusahaan-perusahaan besar seperti Huawei, BYD, Tencent, dan ZTE, menjadi sumber investasi penting bagi Indonesia di sektor-sektor prioritas, antara lain kendaraan listrik (EV), kesehatan, bioteknologi, teknologi digital, komputasi awan, dan telekomunikasi.
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini, produk-produk Indonesia mendapat sambutan yang sangat baik di Expo China-ASEAN ke-21 (CAEXPO), yang diadakan pada 24-28 September 2024 di Kota Nanning, Provinsi Guangxi. Produk yang dipamerkan meliputi minyak kelapa sawit, kelapa, cengkeh, kopi, buah-buahan tropis, kerajinan tangan, mi instan, dan makanan olahan.
Pada acara tahunan ini, Indonesia berhasil meraih nilai potensi transaksi sebesar IDR 479 miliar. Dalam pameran tersebut, Indonesia dianugerahi tujuh penghargaan bergengsi di CAEXPO 2024: Hasil Perdagangan dan Ekonomi Terbaik, Paviliun Nasional Terbaik, Promosi Kerja Sama Investasi Terbaik, Penyelenggara Industri Terbaik, Penghargaan Perak CAEXPO (PT Surabaya Indah Permai), Penghargaan Desain Terbaik CAEXPO (CV Pitoyo Indo Furniture), dan Penghargaan Popularitas CAEXPO (PT Rahayu Alam Arto/Kopi Negrikoe).
ADVERTISEMENT
Penghargaan tersebut merupakan hasil kolaborasi sister city yang telah berlangsung selama dua dekade. Sebagai contoh, Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Kota Bandung, Bekasi, Bogor) dan Jawa Timur (Kota Surabaya dan Malang) telah meresmikan perjanjian Sister Province dengan Wilayah Otonomi Guangxi Zhuang (Kota Nanning) pada tahun 2015, setelah mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat, Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Luar Negeri Indonesia. Upaya kerja sama antar kota tersebut nyatanya sudah dirintis sejak tahun 2010.
Pada tahun 2022, investasi dari Provinsi Guangxi di Jawa barat dan Jawa Timur mencapai USD 2,34 miliar, meningkat sebesar 66,64%, dengan kontribusi dari 53 perusahaan. Provinsi Guangxi pengekspor utama produk seperti ekskavator, karagenan, serta berbagai peralatan dan produk industri kimia. Berdasarkan data dari Departemen Perdagangan Guangxi, dalam dua bulan pertama tahun 2024, volume perdagangan antara Guangxi dan Indonesia mencapai 2,264 miliar yuan, meningkat 33,66% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Konsul Jenderal Republik Indonesia di Guangzhou menyoroti keberhasilan investasi China, seperti GM SAIC Wuling dari Guangxi, berperan penting dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Selain itu, di sektor pariwisata, lebih dari 500.000 wisatawan Tiongkok yang mengunjungi Indonesia berasal dari wilayah China Selatan, terbanyak dari Provinsi Guangxi.
Ke depan, terdapat peluang besar untuk kerja sama sister city dalam berbagai bidang, seperti pembangunan infrastruktur ibu kota baru, pengembangan teknologi dalam sistem kota pintar, infrastruktur jalan, perlindungan lingkungan ekologis, kerja sama maritim, pembangunan tanggul laut ekologis, dan bidang lainnya.
Perlu dicatat bahwa Pemerintah Provinsi Guangxi telah membangun tanggul laut ekologis berskala besar di Kota Fangchenggang dan Kota Beihai, yang berhasil meraih penghargaan internasional “New Sustainable Cities and Human Settlements” dari Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2024.
ADVERTISEMENT
Dengan skema desain yang teruji, tim teknik berpengalaman, serta bahan konstruksi yang seluruhnya diproduksi di Guangxi, terdapat potensi besar bagi Guangxi dan kota-kota pantai di Indonesia untuk bekerja sama dalam pembangunan tanggul laut ekologis di masa mendatang. Harapan ini sejalan dengan visi para pemimpin kedua negara.

Strategi Masa Depan

Duta Besar Indonesia untuk China menyatakan bahwa dalam dua dekade terakhir, hubungan China dan Indonesia telah berkembang di berbagai sektor. Hal ini merupakan fondasi kuat untuk meningkatkan kerja sama sister city ke tingkat yang lebih tinggi, antara lain mekanisme pertukaran elite tingkat tinggi, kunjungan antar lembaga pemerintah dan lembaga pendidikan, dan tradisi kolaborasi lebih ditingkatkan agar hubungan yang telah terjalin berkembang dan berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Salah satu fokus utama yang dapat ditingkatkan adalah memperluas kerja sama di bidang pendidikan dengan universitas-universitas ternama di China. Mengingat China menduduki peringkat kedua dunia dalam pendanaan penelitian dengan anggaran sebesar USD 551,1 miliar, wajar jika Indonesia menginginkan kolaborasi ini sebagai prioritas untuk pengembangan sumber daya manusia.
Pemerintah Indonesia, baik di tingkat pusat maupun daerah, banyak yang menyarankan agar pemerintah daerah China membuka peluang bagi pelajar Indonesia untuk melanjutkan studi sarjana atau pascasarjana di China. Setelah menyelesaikan pendidikan, mereka diharapkan dapat mengikuti program pelatihan kerja di perusahaan-perusahaan China sebelum kembali berkontribusi di Indonesia.
Pemerintah Indonesia, bersama para pemimpin bisnis dan akademis, juga menegaskan pentingnya diplomasi sister city dalam menjaga hubungan bilateral yang kuat, sebagaimana tercermin dari momentum pertumbuhan yang terus meningkat antara kedua negara. Untuk mendukung kerja sama ini, ada tiga rekomendasi utama yang dapat dilakukan: pertama, meningkatkan volume dan fasilitasi perdagangan bilateral; kedua, memperkuat investasi dua arah serta mendorong kolaborasi lintas industri dan rantai pasokan; dan ketiga, menciptakan peluang baru untuk kerja sama bilateral yang mendukung pembangunan sumber daya manusia dan sumber daya regional yang saling menguntungkan.
ADVERTISEMENT
Dengan potensi pasar yang besar dan posisi geografis strategis, Indonesia memiliki prospek kemitraan yang sangat menjanjikan. Namun, keberhasilan kerja sama ini akan bergantung pada kemampuan kedua pihak untuk mengatasi tantangan, memanfaatkan peluang, serta menjaga rasa saling menghormati dan komitmen bersama demi keuntungan bersama.