Memaknai Perjalanan Terakhir KRI Nanggala 402

Akbar Mia
ASN Kemenpora yang juga seorang adventurir. Menyukai kegiatan luar ruang, hiking, beladiri dan olahraga, terutama Aikido, jogging dan memanah. Alumnus program pascasarjana UI konsentrasi Kajian Stratejik Pengembangan Kepemimpinan
Konten dari Pengguna
25 April 2021 12:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Akbar Mia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bertugas sejak 21 Oktober 1981, KRI Nanggala 402 telah menjalani berbagai penugasan demi menjaga keutuhan NKRI dan menjaga kedaulatannya. KRI Nanggala 402 menjalani penugasan terakhirnya saat mengikuti latihan penembakan rudal dan torpedo, sebelum dinyatakan hilang kontak pada hari Rabu (21/4/2021) jam 03.00.
Ilustrasi: Pantai Kuta Mandalika, NTB (Foto: dok pribadi)
Setelah pencarian secara intensif selama 72 jam, akhirnya pada Sabtu (24/4/2021) sore KRI Nanggala 402 dinyatakan subsunk alias tenggelam. Rasa duka dan keprihatinan menyelimuti tidak hanya keluarga para awak KRI Nanggala 402, tapi juga keluarga besar TNI AL dan masyarakat Indonesia pada umumnya.
ADVERTISEMENT
Meskipun KASAL Laksamana TNI Yudo Margono menyatakan bahwa pencarian tetap akan dilakukan, seiring dengan masih adanya harapan hidup para awak KRI Nanggala 402, tidak pelak, pengubahan status tersebut tetap menyeruakkan duka yang mendalam.
Sebagai anak seorang mantan marinir, penulis tumbuh dengan mendengar cerita-cerita almarhum ayah mengenai saat-saat masa bakti beliau. Setiap pelaut, apalagi awak kapal selam, menyadari risiko yang senantiasa mengintai setiap melepas sauh menuju laut lepas.. Setiap perjalanan selalu mengandung risiko besar. Lautan senantiasa menyimpan misteri dan mengandung marabahaya yang tak dapat diperkirakan.
Penulis juga terkenang ketika menjalani tugas sebagai relawan pada tsunami Aceh tahun 2004 silam. Bertugas mengawal bantuan yang dikirim melalui KM Ganda Dewata, penulis dan tim berangkat pada lepas tengah malam, tanggal 31 Januari 2004 dari pelabuhan Tanjung Priok Jakarta.
ADVERTISEMENT
Tidak lama setelah memasuki laut lepas, kapal dihantam badai yang sangat besar. Alhamdulillah tidak berlangsung lama, namun cukup membuat sebagian tim mengalami mabuk laut. Di perjalanan penulis sempat berkenalan dengan engineer KM Ganda Dewata yang bercerita bahwa beliau pernah menghadapi badai yang luar biasa besar. Menurut beliau, ketinggian ombak saat itu mencapai puluhan meter.
Cuaca, kerusakan alat, kehabisan persediaan, hanyalah bagian kecil dari tantangan yang mengintai setiap pelaut setiap kali menuju laut lepas. Semua awak menyadari bahwa perjalanan tersebut bisa jadi merupakan perjalanan terakhir mereka, tidak berbeda dengan para awak KRI Nanggala 402. Terlebih sebagai bagian dari korps penjaga kedaulatan wilayah NKRI, awak KRI Nanggala 402 menyadari bahwa tiap tugas bisa jadi merupakan tugas terakhir yang mereka emban.
ADVERTISEMENT
Setelah kurang lebih empat puluh tahun bertugas melayani NKRI, KRI Nanggala 402 telah berperan banyak menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI. Kita semua tentu berduka dan prihatin atas kejadian yang menimpa KRI Nanggala 402 dan seluruh awak di dalamnya. Namun yang juga perlu kita ingat, duka dan keprihatinan tersebut jangan sampai membuat kita lupa bahwa kita memiliki tugas besar melanjutkan perjuangan mereka semua. Jadikan rasa duka dan prihatin tersebut sebagai bahan bakar menjaga keutuhan dan kedaulatan NKRI.
KRI Nanggala 402 dinyatakan tenggelam saat mengikuti latihan penembakan rudal dan torpedo dalam rangka persiapan menjaga kedaulatan dan wilayah NKRI. Selayaknya, semangat para awak menular pada kita semua untuk terus berperan aktif menjaga keutuhan NKRI tercinta. Tidak hanya sekadar mengumbar jargon, diperlukan kewaspadaan dan peran aktif semuanya dalam menjaga keutuhan NKRI ini. Musuh senantiasa mengintai, baik disadari maupun tidak.
ADVERTISEMENT
Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan tanggung jawab kita bersama. Terlebih disaat sekarang, di mana banyak pihak yang merasakan Indonesia sedang berada dalam titik yang kritis. Anak bangsa terpecah belah, ekonomi yang terpuruk, jumlah pengangguran yang meningkat, seiring dengan terus bertambahnya jumlah penduduk, ditambah dengan kondisi pandemi Covid-19 yang semakin memperparah situasi dan kondisi.
Diperlukan kerja sama seluruh elemen bangsa dalam menyelamatkan negara ini melewati badai dan prahara, sebagaimana kerja sama awak KRI Nanggala 402 selama ini dalam mengendalikan KRI Nanggala 402, menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI tercinta.
Di pundak setiap kita, tersemat semangat dan pengorbanan awak KRI Nanggala 402. Para pahlawan yang akan selalu berada di hati rakyatnya dan bangsa ini. Selamat jalan para pejuang KRI Nanggala 402. Melanjutkan tugas menjaga keutuhan wilayah NKRI dalam patroli abadi, sebagaimana status terakhir yang disematkan “On Eternal Patrol”.
ADVERTISEMENT
Lindungi dan jagalah lautan bangsa ini dengan segenap jiwa dan raganya. Terima kasih sudah menjaga lautan bangsa selama ini.
Jalesveva Jayamahe.