news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Sekarang Zaman Avengers, Bukan Superman

Akbar Mia
ASN Kemenpora yang juga seorang adventurir. Menyukai kegiatan luar ruang, hiking, beladiri dan olahraga, terutama Aikido, jogging dan memanah. Alumnus program pascasarjana UI konsentrasi Kajian Stratejik Pengembangan Kepemimpinan
Konten dari Pengguna
28 April 2022 15:15 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Akbar Mia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kartun superhero (Gambar: Freepik)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kartun superhero (Gambar: Freepik)
ADVERTISEMENT
Seri The Art of Leadership
Dalam salah satu adegan di film Avenger: Assemble, dikisahkan Steve “Captain America” Rogers, Tony “Iron Man” Stark, Bruce “The Hulk” Banner, Nick “Director” Fury, Natasha “Black Widow” Romanoff, dan Thor berkumpul dalam satu ruangan. Mereka berdebat mengenai penggunaan Tesseract sebagai senjata, serta motivasi kehadiran masing-masing di tempat tersebut.
ADVERTISEMENT
Bayangkan 6 sosok kepribadian koleris, masing-masing dengan jiwa pemimpin dalam dirinya, berkumpul dalam satu ruangan. Sudah dapat dipastikan, akan timbul keramaian dan mungkin juga perdebatan. Namun pada akhirnya mereka semua disatukan oleh satu hal, satu tujuan besar yang diperjuangkan bersama. Dalam adegan perang melawan pasukan Chitauri, para Avengers secara otomatis tanpa perlu diminta, sadar ataupun tidak sadar, menjadikan Steve Rogers sebagai pemimpin mereka.
Kita semua mungkin pernah merasakan masa dimana pahlawan super berjuang sendiri-sendiri. Semua bergerak dan bertindak di tempatnya masing-masing, tanpa campur tangan satu sama lainnya. Beberapa tahun belakangan, kita merasakan adanya perubahan dalam tampilan kerja para pahlawan super. Mereka kini kerap bekerja sama dalam melakukan pekerjaannya, istilah kerennya “berkolaborasi”.
ADVERTISEMENT
It Takes Two to Tango
Seorang pemimpin hanya akan bisa menjadi pemimpin apabila pihak lain yang dipimpin. Meskipun pada hakikatnya setiap kita adalah pemimpin, minimal menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri, hal tetap tersebut menunjukkan bahwa seseorang menjadi pemimpin karena ada pihak yang dipimpin. Tanpa pengikut, seseorang tidak dapat menjadi pemimpin, tanpa pengikut, pemimpin tidak memiliki pihak yang dapat dipengaruhi.
Kenyataan ini memberi makna lain pada arti pepatah “it takes two to tango”. Umumnya, pepatah tersebut diartikan sebagai semua pihak yang terkait sama-sama memiliki andil atau terlibat dalam hal yang dimaksud. Dilihat dari segi kepemimpinan, pepatah tersebut dapat diartikan bahwa seorang pemimpin memerlukan pihak lain untuk dipimpin.
Kembali ke kisah pahlawan super diatas, kita merasakan pernah ada masa dimana para pahlawan super sibuk dengan kegiatan masing-masing. Batman berkeliaran malam hari di Kota Gotham, Spiderman berayun mengelilingi Manhattan, Aquaman mengarungi lautan, dan jangan lupakan sang mahaperkasa, Superman dari Metropolis yang melanglang buana melindungi bumi.
ADVERTISEMENT
Sehebat-hebatnya seorang pahlawan super, tetap saja akan ada saat ia memerlukan kawan untuk bekerja bersama dalam mencapai tujuannya. Sendirin, ia hanya memiliki tenaga dan kemampuan satu orang, bersama lainnya, ia akan memiliki tenaga dan kemampuan tim.
Dalam dunia yang semakin terhubung dan kompleks, kerja sama merupakan suatu keniscayaan. Together, we achieve more. Dengan bekerja sama, berkolaborasi, maka sasaran yang ingin dicapai, tujuan yang ingin diwujudkan, akan lebih mudah untuk digapai, bahkan bisa jadi lebih dari itu. Terutama pada masa seperti sekarang, dimana pandemi telah mengubah banyak hal, termasuk dunia kepemimpinan. Dalam sebuah surveri, diketahui bahwa hanya 58% persen karyawan yang merasa bahwa kepemimpinan organisasinya telah melaksanakan transparansi dalam hal pengembangan yang memiliki dampak terhadap organisasi. Dari survey tersebut jua diketahui bahwa 1/3 responden milenial memandang bahwa pola kepemimpinan top-down akan menghilang.
ADVERTISEMENT
Zaman telah berubah, dunia semakin terkoneksi, permasalahan semakin kompleks, menjadikan solusi yang harus dicari pun semakin kompleks. Permasalahan dan solusi yang semakin kompleks menuntut adanya pemikiran yang komprehensif dalam proses pencarian solusi tersebut. Untuk itu diperlukan kerja sama dan kolaborasi dari seluruh pihak yang terlibat. Di saat itulah diperlukan peran kepemimpinan kolaboratif.
Kepemimpinan adalah usaha tim, bukan tindakan solo
Para pemimpin saat ini memerlukan adanya keterampilan yang dikembangkan dan pola pikir yang baru agar dapat menjawab tantangan zaman yang semakin pesat, dinamis dan kompetitif. Menjalankan tugas-tugas secara business as usual, terlebih secara pribadi, tidak lagi dapat membuahkan hasil sebagaimana yang diinginkan. Para pemimpin perlu keluar dari zona nyaman, dan dari menaga gading mereka, kemudian terlibat secara langsung dengan para pengikutnya. Kehadiran langsung para pemimpin, akan membuat para pengikut semakin terlibat dan merasa memiliki dengan visi bersama yang telah dibangun. Mereka akan merasa dipercaya, semakin bersemangat dan mengundang kreatifitas dalam meraih tujuan.
ADVERTISEMENT
Kepemimpinan kolaboratif mendatangkan suasana keterbukaan, kepercayaan dan rasa nyaman, terutama di kalangan para pengikut yang pada gilirannya akan meningkatkan produktifitas dan kinerja. Kolaborasi dalam tim ini akan membuat setiap individu merasa sebagai sosok yang penting dalam usaha bersama mencapai sasaran, terlebih apabila setiap individu diberikan peran masing-masing.
Dalam lingkungan masa kini dimana hampir setiap individu dan tim saling terkoneksi, pekerjaan dilakukan oleh kelompok-kelompok, tidak lagi oleh individu-individu terpisah, dan kemitraan semakin menguat, kepemimpinan kolaboratif merupakan salah satu solusi jitu untuk menjawab tantangan zaman. Namun demikian, bagi mereka yang dilahirkan atau tumbuh pada masa yang berbeda, menjalankan pola kepemimpinan seperti ini dapat menjadi tantangan tersendiri.
Berikut diantara hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjalankan pola kepemimpinan kolaboratif:
ADVERTISEMENT
1. Komunikasi dua arah yang terbuka
2. Memiliki inovasi, kreatifitas, dan fleksibilitas
3. Komitmen bersama untuk menciptakan suasana kondusif
4. Keterbukaan dan kejelasan tujuan
5. Membangun keterampilan kemitraan
6. Memotivasi para anggota
7. Mengatur dan bertanggung jawab atas konflik
8. Terus belajar dan berkembang, baik melalui pendidikan formal maupun informal, ataupun melalui pergaulan dan menimba pengalaman dari orang lain.
Situasi dunia masa kini dimana akses terhadap teknologi-teknologi terbaru dengan mudah didapatkan, pengakuan dan apresiasi terhadap kemampuan individu semakin menguat, dan pengambilan keputusan semakin berdasarkan atas data, peran kepemimpinan kolaboratif semakin menguat.
Para pemimpin semakin menyadari bahwa pemimpin bukanlah sosok individualis yang serba tahu dan serba bisa. Banyak hal yang tidak mungkin dicapai hanya dengan usaha pribadi, untuk itu diperlukan kerja tim yang baik, dimana semua anggota tim terlibat dan satu sama lain saling menunjang dengan potensi terbaiknya. Bahkan Superman yang dianggap sebagai karaktek pahlawan super paling digdaya sekalipun, memiliki keterbatasan. Ia gagal menghentikan pemboman di Capitol saat dengar pendapat dengan Senat, dan tanpa bantuan rekan-rekannya Batman dan Wonder Woman, Superman tidak akan bisa mengalahkan Doomsday.
ADVERTISEMENT
Dunia sudah sedemikian berubah, at the end of the day, yang penting bukanlah lagi siapa yang menjadi pahlawan, namun apakah tujuan yang ingin dicapai dapat diwujudkan dengan penggunaan sumber daya secara optimal. Banyak tujuan yang kini hanya dapat dicapai dengan kerja tim yang baik, bukan lagi hanya mengandalkan individu-invididu tertentu. Dalam bahasa teman saya Bakat Setiaji, Ketua Umum Komunitas One Day One Juz, sekarang adalah zamannya Avengers, bukan Superman.