Konten dari Pengguna

Investor Sulit Kenali Sinyal Praktik ESG di Perusahaan Domestik

Rumaisha Putri
Peneliti Center of Economic and Law Studies (CELIOS)
10 Juli 2024 6:31 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rumaisha Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kawasan Industri Hijau di Kalimantan Utara/Doc. CELIOS
zoom-in-whitePerbesar
Kawasan Industri Hijau di Kalimantan Utara/Doc. CELIOS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Investasi Langsung Asing (Foreign Direct Investment/FDI) sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pada tahun 2022, FDI di Indonesia mencapai $20,3 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan Singapura ($114 miliar) dan Vietnam ($28,5 miliar). Indonesia hanya menerima 6,5% dari total FDI di ASEAN, sementara Singapura memperoleh lebih dari 50%. Rasio FDI terhadap PDB Indonesia adalah 1,8%, masih lebih rendah dibandingkan Malaysia (3,5%) dan Vietnam (6,0%)​.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data terbaru dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi asing mencapai IDR 744,0 triliun, setara dengan 52,4% dari total investasi yang direalisasikan. Rasio FDI terhadap PDB Indonesia sedikit meningkat menjadi sekitar 2,0% pada tahun 2023, dibandingkan dengan Malaysia sebesar 2,9% dan Vietnam sebesar 3,7%. Meskipun peningkatan ini, sektor manufaktur dan infrastruktur di Indonesia tetap kurang menarik bagi investor asing dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Penerapan standar ESG (Environmental, Social, Governance) yang tidak merata di antara perusahaan merupakan faktor signifikan yang mempengaruhi rendahnya investasi asing di Indonesia. Menurut laporan tahun 2023 dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hanya sekitar 35% dari perusahaan besar di Indonesia yang telah menerapkan standar ESG dalam operasional mereka.
ADVERTISEMENT
Dari sekitar 750 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, hanya sekitar 220 yang telah menerbitkan laporan keberlanjutan yang mencakup aspek ESG, menurut data dari Global Reporting Initiative (GRI). Selain itu, survei tahun 2022 oleh PwC Indonesia menemukan bahwa hanya 28% dari usaha kecil dan menengah yang memahami pentingnya ESG.

Dinamika Investasi Asing, Kinerja ESG, dan Reputasi Perusahaan

Penelitian Amalia Siti Khodijah dalam jurnalnya "Pengaruh Kinerja Environmental, Social, and Governance terhadap Investasi Asing" menggunakan data dari perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2015-2019.
Hipotesis yang diuji dengan metode Two-Stage Least Square (2SLS) tidak terbukti bahwa "perusahaan dengan kinerja ESG yang lebih baik cenderung memiliki reputasi perusahaan yang lebih baik dibandingkan perusahaan dengan kinerja ESG yang lebih buruk".
ADVERTISEMENT
Ini berarti meskipun perusahaan telah meningkatkan kinerja mereka dalam aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola, mereka masih perlu meningkatkan reputasi mereka di mata publik dan pemangku kepentingan.
Dengan demikian, peningkatan kinerja ESG tidak secara signifikan mempengaruhi reputasi positif atau negatif perusahaan di Indonesia. Temuan ini konsisten dengan studi sebelumnya oleh Andayani (2021) dan Axjonow et al. (2016), yang juga menemukan bahwa penerapan ESG tidak secara signifikan mempengaruhi reputasi perusahaan.
Hipotesis keempat, bahwa "kinerja ESG mempengaruhi investasi asing melalui reputasi perusahaan," juga tidak terbukti. Kinerja ESG yang baik tidak secara otomatis menarik investasi asing.
Bahkan jika sebuah perusahaan memiliki kinerja ESG yang baik, hal ini tidak serta-merta meningkatkan reputasinya untuk menarik lebih banyak investasi asing. Namun, perusahaan dengan reputasi yang baik dalam kinerja ESG cenderung memiliki investasi asing yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang memiliki reputasi buruk.
ADVERTISEMENT
Ini menunjukkan bahwa reputasi perusahaan adalah mediator signifikan antara kinerja ESG dan keputusan investasi asing. Oleh karena itu, hanya meningkatkan kinerja ESG tidak cukup untuk meningkatkan investasi asing.
Untuk meningkatkan reputasinya, perusahaan juga perlu fokus pada faktor-faktor yang lebih kuat seperti infrastruktur, teknologi, sumber daya manusia, kapasitas, dan profesionalisme perusahaan domestik selain meningkatkan kinerja ESG.
Namun pertanyaannya adalah, apa yang menghentikan kinerja ESG dari secara signifikan mempengaruhi reputasi perusahaan di Indonesia?

Kendala Perusahaan dalam Pelaporan ESG

Penelitian ini menjawab pertanyaan tersebut dengan mengatakan bahwa tidak ada struktur standar dan pedoman untuk melaporkan kegiatan standar ESG di pasar modal Indonesia. Akibatnya, perusahaan kesulitan untuk diakui sebagai entitas yang mempraktikkan standar ESG dan menarik investor asing.
ADVERTISEMENT
Tanpa kerangka pelaporan yang jelas, perusahaan kesulitan untuk secara efektif mengkomunikasikan upaya ESG mereka, yang mengakibatkan investor asing tidak dapat mengidentifikasi sinyal positif dari penerapan ESG.
Meskipun regulasi mengharuskan tanggung jawab sosial dan lingkungan bagi perusahaan yang beroperasi di bidang sumber daya alam, seperti Undang-Undang No. 40 tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah No. 47 tahun 2012, regulasi ini hanya merupakan rekomendasi wajib tanpa panduan terstruktur tentang pelaporan dan pengungkapan praktik keberlanjutan.
Regulasi khusus, seperti POJK No. 51/POJK.03/2017 oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hanya berlaku untuk lembaga jasa keuangan, emiten, dan perusahaan publik tetapi tidak mencakup perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Kurangnya pedoman pelaporan yang terstruktur membuat perusahaan kesulitan untuk secara efektif mengungkapkan praktik ESG mereka. Akibatnya, investor asing tidak dapat mengidentifikasi sinyal positif dari penerapan ESG dengan baik. Tanpa pedoman yang jelas dan pelaporan yang terstruktur, upaya perusahaan untuk meningkatkan kinerja ESG mereka juga mungkin tidak diperhatikan atau disalahpahami oleh investor asing.
ADVERTISEMENT
Komunikasi dan sosialisasi tentang praktik ESG oleh perusahaan juga sangat terbatas. Banyak perusahaan hanya membuat pengungkapan (disclosure) wajib dan tidak secara sukarela melaporkan kegiatan ESG mereka. Ini membuat perusahaan sulit untuk menyampaikan informasi ESG yang andal kepada pemangku kepentingan.

Langkah Strategis untuk Meningkatkan Implementasi ESG

Banyaknya perusahaan di Indonesia yang belum menerapkan standar ESG bisa disebabkan adanya beberapa alasan. Pertama, kurangnya pemahaman dan kesadaran tentang pentingnya ESG dalam operasional bisnis dan dampaknya terhadap keberlanjutan perusahaan.
Kedua, biaya dan sumber daya yang diperlukan untuk menerapkan standar ESG sering dianggap tinggi oleh perusahaan, terutama untuk usaha kecil dan menengah. Ketiga, tidak ada regulasi dan pedoman yang jelas dan terstruktur untuk pelaporan ESG di pasar modal Indonesia.
ADVERTISEMENT
Untuk meningkatkan kesadaran publik akan pentingnya penerapan standar ESG, beberapa langkah strategis diperlukan untuk memastikan bahwa standar ESG diterapkan dengan baik di perusahaan-perusahaan Indonesia. Harapannya, hal ini dapat mempengaruhi kebijakan investasi asing di Indonesia.
Pertama, pendidikan melalui pelatihan dan lokakarya untuk manajer perusahaan dan karyawan diperlukan untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang pentingnya standar ESG. Pelatihan ini harus mencakup cara mengimplementasikan praktik ESG yang efektif dan mengapa hal ini penting bagi reputasi dan keberlanjutan perusahaan.
Mengintegrasikan materi ESG ke dalam kurikulum pendidikan tinggi dan profesional juga akan membekali calon pekerja dengan pengetahuan yang diperlukan tentang praktik berkelanjutan, sehingga mereka siap menerapkannya di tempat kerja.
Kedua, pengungkapan yang lebih intensif sangat penting. Perusahaan harus didorong untuk secara sukarela dan teratur menerbitkan laporan keberlanjutan yang merinci inisiatif ESG mereka. Laporan-laporan ini akan membantu para pemangku kepentingan memahami upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk menjaga keberlanjutan lingkungan dan tanggung jawab sosial.
ADVERTISEMENT
Selain itu, mengembangkan dan menerapkan standar pelaporan ESG yang jelas dan terstruktur akan memastikan bahwa informasi yang disediakan konsisten dan dapat diandalkan, sehingga memudahkan investor untuk mengevaluasi kinerja ESG perusahaan.
Ketiga, kampanye kesadaran publik diperlukan untuk meningkatkan pemahaman tentang manfaat penerapan standar ESG. Kampanye ini dapat dilakukan melalui media sosial, iklan, dan kolaborasi dengan organisasi non-pemerintah (NGO).
Perusahaan dapat bekerja sama dengan media untuk menyoroti kisah sukses perusahaan yang telah berhasil menerapkan standar ESG. Ini dapat membantu meningkatkan kesadaran dan apresiasi publik terhadap perusahaan yang berupaya menerapkan praktik ESG dalam operasinya, sehingga meningkatkan reputasi perusahaan.
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan masyarakat dan investor akan lebih memahami dan menghargai pentingnya standar ESG. Jika reputasi perusahaan dalam menerapkan standar ESG baik, hal ini akan menarik lebih banyak investasi asing ke Indonesia.
ADVERTISEMENT
Seiring dengan pengembangan regulasi dan pelaporan yang lebih baik, serta peningkatan kesadaran dan pendidikan tentang ESG, perusahaan-perusahaan Indonesia dapat memaksimalkan manfaat dari penerapan standar ESG dan meningkatkan daya saing mereka di pasar global.
Rendahnya investasi langsung asing (FDI) di Indonesia dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya mencerminkan kebutuhan untuk peningkatan dalam berbagai aspek, termasuk implementasi standar ESG yang lebih baik. Pendidikan, pengungkapan (disclosure) dan transparansi yang lebih baik, dan kampanye kesadaran publik adalah langkah-langkah strategis yang diperlukan untuk memastikan bahwa perusahaan-perusahaan Indonesia dapat meningkatkan kinerja ESG mereka, meningkatkan reputasi mereka, dan menarik lebih banyak investasi asing.
Dengan demikian, Indonesia dapat memanfaatkan potensinya yang besar dan meningkatkan daya saingnya di pasar global.
ADVERTISEMENT