Konten dari Pengguna

Catharsis bagi Gen Z: Menyalurkan Emosi di Era Digital

Artachika Runanta
Saya adalah Mahasiswa dari kampus Universitas Al-irsyad Cilacap, Saya mengambil jurusan D3 keperawatan. Semoga sukses semuanya
30 Desember 2024 12:27 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Artachika Runanta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Generasi Z, yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, tumbuh dalam era digital yang penuh dengan teknologi canggih dan konektivitas instan. Di tengah tekanan akademis, persaingan karier, serta dinamika sosial yang cepat berubah, penting bagi Gen Z untuk menemukan cara efektif dalam menyalurkan emosi dan menjaga kesehatan mental mereka. Salah satu konsep yang relevan dalam konteks ini adalah catharsis.
Sumber: (Freepik)
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: (Freepik)
Apa Itu Catharsis?
ADVERTISEMENT
Catharsis adalah proses mengeluarkan atau melepaskan emosi yang terpendam melalui ekspresi atau tindakan tertentu. Konsep ini berasal dari teori psikologi yang dikembangkan oleh Aristoteles dan kemudian diadopsi oleh Sigmund Freud. Tujuan utama catharsis adalah untuk mencapai pembersihan emosional, sehingga individu dapat merasa lega dan lebih mampu menghadapi tantangan kehidupan.
Catharsis di Era Digital
Sumber: (Freepik)
Bagi Gen Z, teknologi dan media sosial memainkan peran besar dalam kehidupan sehari-hari mereka. Platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube tidak hanya menjadi sarana hiburan tetapi juga medium untuk mengekspresikan diri. Berikut adalah beberapa cara Gen Z melakukan catharsis di era digital:
1. Media Sosial sebagai Tempat Ekspresi
Sumber: (Freepik)
Gen Z sering menggunakan media sosial untuk berbagi pengalaman pribadi, perasaan, dan cerita hidup mereka. Posting tentang kegagalan, kegembiraan, atau keresahan dapat menjadi cara untuk melepaskan emosi dan mendapatkan dukungan dari komunitas online.
ADVERTISEMENT
2. Kreativitas Digital
Sumber: Pinterest
Menyajikan karya seni, musik, atau video di platform digital memungkinkan Gen Z untuk menyalurkan emosi mereka melalui kreativitas. Misalnya, membuat vlog tentang perjalanan pribadi atau menciptakan musik yang mencerminkan perasaan mereka dapat menjadi bentuk catharsis yang efektif.
3. Gaming dan Komunitas Online
Sumber: Pinterest
Bermain game online tidak hanya sebagai bentuk hiburan, tetapi juga sebagai cara untuk berinteraksi dengan orang lain dan melepaskan stres. Komunitas gaming sering menjadi tempat di mana Gen Z dapat berbagi pengalaman dan mendukung satu sama lain dalam menghadapi tekanan.
A. Metode Tradisional dan Modern untuk Catharsis
Selain menggunakan platform digital, Gen Z juga mengadopsi metode tradisional dan modern lainnya untuk menyalurkan emosi mereka:
ADVERTISEMENT
1. Terapi dan Konseling
Semakin banyak Gen Z yang menyadari pentingnya kesehatan mental dan mencari bantuan profesional. Terapi kognitif-behavioral (CBT), konseling, dan terapi seni menjadi pilihan populer untuk membantu mereka mengelola emosi.
2. Jurnal dan Menulis
Menulis jurnal atau blog pribadi merupakan cara lain yang efektif untuk melakukan catharsis. Dengan menuangkan perasaan ke dalam tulisan, Gen Z dapat memahami dan mengendalikan emosi mereka dengan lebih baik.
3. Olahraga dan Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik seperti olahraga, yoga, atau meditasi membantu Gen Z melepaskan ketegangan dan meningkatkan kesejahteraan emosional. Olahraga tidak hanya baik untuk kesehatan tubuh tetapi juga untuk kesehatan mental.
B. Dampak Positif Catharsis bagi Gen Z
Melakukan catharsis secara efektif dapat memberikan sejumlah manfaat bagi Gen Z, antara lain:
ADVERTISEMENT
C. Tantangan dalam Melakukan Catharsis
Meskipun catharsis memiliki banyak manfaat, Gen Z juga menghadapi beberapa tantangan dalam proses ini:
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Catharsis merupakan elemen penting dalam menjaga kesehatan mental, terutama bagi Gen Z yang hidup di era digital. Dengan memanfaatkan berbagai metode, baik tradisional maupun modern, Gen Z dapat menyalurkan emosi mereka secara sehat dan konstruktif. Namun, penting juga untuk menyadari tantangan yang mungkin dihadapi dan mencari keseimbangan antara ekspresi online dan cara-cara tradisional dalam mengelola emosi. Dengan demikian, Gen Z dapat membangun fondasi emosional yang kuat untuk menghadapi masa depan yang penuh dinamika.
Referensi
1. Freud, S. (1926). Inhibitions, Symptoms, and Anxiety. SE, 20: 3-176.
2. Aristoteles. (2004). Poetics. (D. Ross, Trans.). Oxford University Press.
3. American Psychological Association. (2020). Understanding Mental Health in the Digital Age.
ADVERTISEMENT
4. Pew Research Center. (2023). Social Media Use and Mental Health among Gen Z.