Konten dari Pengguna

Mengamati Komunikasi dalam Praktik: Menjadi Seorang Dokter Hewan

Olivia Lee Ruo Qi
20, mahasiswa Universitas Airlangga, Jurusan Kedokteran Hewan.
7 Desember 2024 23:03 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Olivia Lee Ruo Qi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Saya dan beberapa teman dari program studi kedokteran hewan mengunjungi sebuah klinik hewan lokal di Surabaya iaitu Rumah Sakit Hewan Unair dengan penuh antusias untuk mengamati dan belajar. Dengan izin dari pihak klinik, kami diberi tur oleh dokter-dokter di sana, yang memungkinkan kami melihat bagaimana operasional mereka berjalan sehari-hari. Klinik ini mengkhususkan diri dalam merawat anjing dan kucing serta menawarkan berbagai layanan, mulai dari pemeriksaan rutin hingga penanganan darurat. Meski suasana klinik cukup tenang, interaksi dan sistem yang kami amati menunjukkan betapa pentingnya komunikasi dalam pelayanan kesehatan hewan.
ADVERTISEMENT
Sambutan Hangat dan Kesan Awal
Area resepsionis klinik terlihat sederhana namun nyaman, dengan dinding yang dihiasi poster berisi tips perawatan hewan yang teliti. Sebuah rak yang tertata rapi menampilkan brosur tentang jadwal vaksinasi dan nutrisi untuk hewan seperti
Pintu Depan Rumah Sakit Hewan UNAIR
anjing dan kucing. Resepsionis menyapa kami dengan ramah, “Selamat siang!” sebelum memandu kami melewati proses pendaftaran untuk pengunjung.
Arus masuk pemilik hewan peliharaan yang membawa teman berbulu mereka menunjukkan peran klinik ini sebagai penyedia layanan kesehatan terpercaya di komunitas. Komunikasi di sini terasa lugas dan sopan. Pemilik hewan peliharaan menjelaskan gejala yang dialami peliharaan mereka, sementara resepsionis merespons dengan pertanyaan atau penenangan. “Apakah anjing Anda sudah makan hari ini?” adalah salah satu pertanyaan umum yang mencerminkan pendekatan sistematis klinik dalam mengumpulkan informasi.
ADVERTISEMENT
Menjelajahi Klinik: Tur yang Terpandu
Kunjungan kami dimulai dengan melihat ruang rawat inap, tempat hewan-hewan yang sedang dalam pemulihan dirawat. Ruangan ini tenang, dengan kandang yang berjajar rapi di sepanjang dinding. Dokter hewan yang memandu kami menjelaskan bahwa banyak hewan di area ini sedang memulihkan diri dari operasi atau penyakit yang memerlukan perawatan jangka panjang.
Selanjutnya, kami mengunjungi ruang konsultasi, tempat pasien didiagnosis dan dirawat. Di sini, dokter hewan menunjukkan kemampuan mereka untuk berkomunikasi dengan pemilik hewan secara efektif, membangun rasa percaya dan pengertian. Seorang dokter dengan tenang menjelaskan diagnosis seekor kucing kepada pemiliknya, bergantian antara istilah medis dan bahasa yang mudah dimengerti: “Ada infeksi di saluran pernapasan atas, tetapi kita bisa tangani dengan antibiotik dan perawatan di rumah.”
ADVERTISEMENT
Kami juga diajak ke area karantina, sebuah zona terbatas yang dirancang untuk mencegah penyebaran penyakit menular. Area ini menunjukkan kepatuhan klinik terhadap protokol kebersihan yang ketat, dengan staf yang mengenakan pakaian pelindung. Mengamati ruang ini mengingatkan kami pada peran vital sistem seperti ini dalam menjaga kesehatan semua pasien.
Komunikasi dalam Aksi
Sepanjang tur, saya terkesan dengan berbagai bentuk komunikasi yang berlangsung—baik verbal maupun non-verbal. Para dokter hewan berinteraksi dengan hewan peliharaan menggunakan nada suara yang tenang dan gerakan lembut, y
IGD Rumah Sakit Hewan UNAIR
ang tampaknya membuat hewan-hewan yang cemas menjadi lebih tenang. Seekor anjing, yang awalnya enggan naik ke meja pemeriksaan, akhirnya rileks ketika dokter berlutut samping berbicara dengan lembut, dan menawarkan camilan.
ADVERTISEMENT
Komunikasi antar staf klinik juga tak kalah mengesankan. Saat mendemonstrasikan penanganan kasus darurat, dokter hewan menjelaskan, “Kami punya sistem triase,” seraya menggambarkan bagaimana mereka memprioritaskan kasus berdasarkan tingkat urgensinya. Kejelasan dan saling pengertian di antara tim menunjukkan efisiensi dan kerja sama yang erat.
Nuansa Budaya dalam Pelayanan Hewan
Sebagai klinik di Indonesia, pendekatan staf mencerminkan nilai-nilai budaya kehangatan dan rasa kebersamaan. Mereka meluangkan waktu untuk berbincang dengan pemilik, sering menanyakan kebiasaan hewan di rumah atau sejarah mereka bersama keluarga. Pendekatan ini menciptakan rasa akrab dan kepercayaan, sehingga pemilik merasa lebih nyaman selama kunjungan mereka.
Misalnya, dalam satu konsultasi, seorang dokter bertanya dengan lembut, “Apakah ada perubahan perilaku? Misalnya, lebih sering tidur atau tidak mau makan?” Pertanyaan-pertanyaan seperti ini menunjukkan bagaimana staf klinik menyesuaikan komunikasi mereka untuk memahami aspek medis sekaligus emosional dari perawatan hewan.
ADVERTISEMENT
Di Balik Sistem: Organisasi dalam Praktik
Struktur organisasi klinik adalah aspek lain yang menonjol. Jadwal janji temu dan catatan pasien dikelola secara digital, memastikan staf dapat dengan mudah mengakses informasi yang relevan. Dokter hewan menjelaskan bahwa sistem ini mengurangi kesalahan dan membantu memperlancar alur kerja mereka.
Di area perawatan, alat dan perlengkapan ditata dengan sangat rapi. Setiap prosedur memiliki protokol yang jelas, mulai dari persiapan operasi hingga penanganan vaksinasi rutin. Tingkat organisasi ini tidak hanya meningkatkan efisiensi tetapi juga memperkuat kepercayaan pemilik terhadap klinik.
Refleksi tentang Komunikasi
Mengamati operasional klinik ini memberikan wawasan berharga tentang hubungan antara komunikasi dan sistem pelayanan kesehatan. Beberapa tema penting muncul:
1. Empati sebagai Jembatan: Baik saat menenangkan hewan yang cemas maupun berbicara dengan pemilik yang khawatir, empati menjadi landasan setiap interaksi. Hal ini menciptakan rasa nyaman dan percaya, yang sangat penting di lingkungan yang sering penuh emosi.
ADVERTISEMENT
2. Adaptasi kepada Audiens: Kemampuan menyesuaikan bahasa dan nada untuk berkomunikasi dengan rekan profesional maupun masyarakat umum menunjukkan pentingnya fleksibilitas dalam komunikasi.
Kesimpulan
Kunjungan kami ke klinik hewan ini menawarkan lebih dari sekadar pandangan tentang pelayanan kesehatan hewan; ini adalah pelajaran tentang seni berkomunikasi. Mulai dari penenangan lembut yang diberikan kepada hewan hingga percakapan yang jelas dan penuh hormat antar staf, setiap interaksi menunjukkan peran penting komunikasi yang efektif dalam memberikan perawatan berkualitas. Sistem yang ada melengkapi sentuhan manusiawi ini, menciptakan lingkungan di mana hewan dan pemiliknya merasa benar-benar diperhatikan.
Sebagai calon dokter hewan, pengalaman ini sangat menginspirasi dan memberikan pelajaran berharga. Ini menegaskan pentingnya empati, kemampuan beradaptasi, dan kepekaan budaya dalam membangun kepercayaan dan memberikan perawatan yang luar biasa—kualitas yang saya harap dapat saya bawa dalam praktik saya di masa depan.
ADVERTISEMENT